Hello, Guys. Lama banget gak ketemu di MNG. Seperti yang aku bilang, aku akan fokus menyelesaikan volume 2 dari buku MNG dan project yang ada di Webnovel. Maaf karena telah Hiatus untuk project ini. Aku harap kalian masih setia menantinya hahah oh ya bagi yang lupa jalan ceritanya, kalian bisa membacanya ulang dari awal Volume 2:v Terimakasih telah setia menunggu dan membaca karya ini. Enjoy this Part....
Naruto memejamkan matanya. Menjernihkan segala pikirannya dari segala pertanyaan yang muncul, Naruto menghembuskan napasnya. Dia berusaha tenang agar sensornya menyala. Tak lama indranya mengatakan kalau ada bunshin didekatnya. Sedetik kemudian mata Naruto terbuka; menatap pada penanda buku yang entah sejak kapan ada di atas lembaran buku yang telah ia baca.
"Pergilah cari tahu siapa yang memiliki bulu ayam dan bau ayam ditubuhnya atau mungkin di kamar asramanya," bisik Naruto sangat pelan seraya mengelus permukaan penanda buku itu. Seolah mengerti, penanda buku biasa dan sederhana itu meledak pelan menimbulkan asap putih samar. Setelah asap itu menghilang, hanya ketiadaan yang menyambut pemandangan mata Naruto. Gadis itu tersenyum tipis dan bangkit dari duduknya. Usai menyelipkan kembali buku kuno nan besar itu ke tempatnya semula, Naruto melangkahkan kakinya menuju mejanya dan teman-teman Slytherin.
Serangan ganda kepada Justin dan Nick si Kepala-Nyaris-Putus mengubah yang sebelumnya kegugupan menjadi kepanikan besar. Anehnya, nasib Nick si Kepala-Nyaris-Putuslah yang paling membuat kha-watir orang-orang. Apa yang mungkin berbuat begitu kepada hantu, orang-orang saling bertanya, kekuatan mengerikan apa yang bisa merusak orang yang sudah mati? Orang-orang berebut memesan tempat duduk di Hogwarts Express agar anak-anak bisa pulang Natal nanti.
Naruto dan teman-temannya sudah mengirimkan surat terlebih dahulu beberapa hari sebelum Natal untuk bertanya apakah mereka akan pulang. Tapi, hanya Daphne dan Pansy yang dibalas oleh kedua orang tua mereka. Sedangkan Zabini, Nott, dan Malfoy, belum juga ada balasan. Entahlah sebabnya. Mungkin hari ini, mungkin juga besok. Naruto tidak tahu.
Daphne dan Pansy tidak bisa menghabiskan Natal bersama mereka. Kedua orang tua Daphne dan Mommy Pansy mengkhawatirkan kedua gadis itu tinggal di Hogwarts yang sedang tak aman. Jadi, mereka telah merebut beberapa kursi di Hogwarts Express dengan koneksinya. Karena itu, Daphne dan Pansy sudah ribut untuk merapikan pakaian dan apa saja yang harus dibawa pulang. Kegembiraan mereka menyambut Natal bersama keluarga sedikit membuat Naruto mengernyit iri.
Gadis itu bertanya-tanya mengapa ayahnya tidak membalas surat. Padahal biasanya belum juga seminggu, surat anak-anak Malfoy itu sudahlah dibalas oleh kepala keluarga. Apa terjadi sesuatu di rumah? Oh, seandainya Naruto tahu apa yang terjadi.
"Jangan cemberut gitu, Nar," tegur Draco mencubit bibir Naruto yang merenggut. The Royal Slytherin itu sedang sarapan pagi. Seperti biasa di meja para ular. Yuuki sendiri sudah nongkrong di bawah meja Naruto. Dia berputar di kaki sang majikan, meminta perhatian alias makan karena perut Yuuki sendiri sudah keroncongan.
"Heum," Daphne mengangguk, "kau sudah seperti tidak ingin ditinggal kami berdua," ujarnya seray menyuapkan sarapan paginya hari ini.
Naruto mengaduk tehnya dengan tak berminat. "Aku hanya penasaran mengapa Mom dan Dad belum membalas suratku." Dia mengerjap lalu melihat Draco yang berada di depannya. "Dray, apa ada yang terjadi di rumah?"
Draco menyipitkan matanya. Dengan sengaja, anak itu melemparkan kacang pada si saudari. "Jangan pikir yang macem-macem." Itu membuat Naruto cemberut dan dengan baik hatinya, Yuuki melingkari pergelangan kaki Naruto, berniat menghibur, mungkin.
"Oh, ya, Blaise, apa kau sudah mendapatkan kabar dari orang tuamu?" tanya Theo teringat sesuatu. "Seingatku, hanya Pansy dan Daphne yang mendapatkannya minggu lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Girl
FanfictionDisclaimer: Harry potter milik J.k.Rowling dan Naruto milik Masashi Kisimoto. Saya cuman pinjam Naruto benar-benar tak mengerti banyak hal. Bagaimana dia lahir, siapa sebenarnya dia, mengapa dia dibawa oleh orang yang sudah dianggap ayahnya ke kelu...