Saat itu, hujan di luar jendela Hogwarts membuat udara yang memang sedang musim dingin semakin menusuk. Malam dimana para siswa seharusnya menghangatkan diri di depan perapian dan mengobrol di ruang rekreasi. Atau juga memakan malam mereka dengan tenang di Aula besar. Tapi, seperti yang dikatakan. Seharusnya itu yang dilakukan oleh para siswa Slytherin teman dekat Naruto. Namun, nyatanya mereka kini berada di depan ruang Kesehatan. Menunggu dengan cemas keadaan sahabat pirang mereka yang ada di dalam.
Makan malam kali ini memiliki makanan kesukaan Naruto, Pudding Coklat yang seharusnya akan membuat gadis itu mengerang keenakan dan memakan banyak pudding. Tapi, sekarang, bahkan untuk melirik saja sepertinya adik Draco Malfoy itu tak bisa. Draco mengerang dalam diam, menyalahkan bagaimana sikap sok Naruto yang selalu keluar masuk hutan kematian. Untuk pertama kalinya, Draco menyesal menbiarkan adiknya berada di hutan kematian yang bahayanya sudah pasti ia tahu benar.
Anak lelaki berumur duabelas tahun itu meremas tangannya dengan kuat. Menekan rasa takut dan khawatirnya dengan kuat. Percayalah, wajahnya yang pucat dan tajam semakin memutih karena takut. Perutnya melilit yang membuat si tampan Slytherin itu semakin gusar. Draco bahkan tak lagi merasa lapar meski dirinya sama sekali belum memakan makan malamnya.
Di sekeliling Draco, Pansy dan yang lainnya juga berdiri gusar dan tak tenang. Daphne dan Blaise yang tampak tenang pun sama takutnya dengan Draco. Bagaimana tidak? Mereka bertiga adalah yang pertama bereaksi menghampiri Naruto dalam gendongan Hagrid. Mereka semua melihat betapa parahnya luka si pirang. Pucat dan berdarah-darah, Daphne bahkan takut memegang lengan Naruto yang terkulai lemas, itu penuh memar dan banyak darah yang sudah kering.
Pansy menangis dalam diam di sudut. Dia paling menyayangi Naruto sebab gadis itu mengingatkannya pada adiknya yang telah lama tiada. Melihat sekilas bagaimana luka parah Naruto, wajar baginya merasa takut dan khawatir. Begitu pun juga dengan Theo. Anaka lelaki itu juga menangis dalam diam. Perasaan keduanya yang memang paling sensitif membuat mereka berdua menangis dalam diam. Slytherin tidak meraung-raung ketika menangis. Harga diri mereka selangit.
Semua sahabat Naruto itu hanya berumur duabelas tahun. Melihat sahabat mereka terluka parah dan nasibnya belum diketahui, itu pasti membuat mereka ketakutan. Apalagi semuanya kenal sedari kecil. Tak heran jika perasaan antara satu sama lain bercokol kuat.
Daphne yang terdekat dengan Draco bisa merasakan rasa bersalah dan takut yang lebih parah dari semuanya. Draco adalah kembaran Naruto, jelaslah pasti anak lelaki itu khawatir sangat dan merasa bersalah karena tidak menghalangi Naruto untuk tidak memasuki hutan kematian. Gadis kecil dengan rambut ikal yang cantik itu meremas bahu Draco membuat si anak lelaki menoleh
"Naruto Itu kuat, Drake," ujarnya menyunggingkan senyum tipis yang dipaksakan. "Dia pernah bertahan di keadaan yang sama berbahayanya bukan?"
Draci berbisik. Penghiburan Daphne tak membuatnya lebih baik. "Tapi, Naruto tidak terluka separah ini. Dia..." napasnya tercekat, "seharusnya gak begini. Aku yang membuat Naruto dalam bahaya."
"Itu tidak benar." Blaise ikut berbicara. Tampaknya dia mendengar percakapan Greenggras dan Malfoy tersebut. "Kau sama sekali tidak salah, Drake. Ini hanya kecelakaan."
"Sudahlah kalian. Aku yakin, Naruto akan baik-baik saja," ujar Daphne pada Pansy dan Theo. So rambut hitam yang panjang beringsut mendekati Daphne. Matanya masih basah, tapi tak lagi ada air mata yang mengalir.
"Aku... " Pansy tercekat. Dia tak lagi untuk berbicara karena takut akan menangis kembali. Theo sendiri mengambil napas panjang dan mengusap matanya yang basah.
Beberapa hentakan kaki yang berjalan mendekati ruang Kesehatan membuat semua sahabat Naruto itu menegakkan diri. Dari balik koridor, Profesor Dumbledore dan Severus datang diikuti si setengah raksasa, Hagrid. Pakaian Hagrid masih memiliki darah Naruto. Itu tersebar di dada dan perutnya yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Girl
FanfictionDisclaimer: Harry potter milik J.k.Rowling dan Naruto milik Masashi Kisimoto. Saya cuman pinjam Naruto benar-benar tak mengerti banyak hal. Bagaimana dia lahir, siapa sebenarnya dia, mengapa dia dibawa oleh orang yang sudah dianggap ayahnya ke kelu...