Chapter 12

3.9K 392 24
                                    

Hy, Rezy kembali dengan membawakan chapter 12 yang telah ditunggu-tunggu. Sungguh, aku senang dan tak menyangka banyak yang membaca ceritaku. Huwaaa, arigatou minna san. Sungguh terimakasih banyak, aku senang sekali. Baiklah langsung saja, selamat membaca... Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, aku tak memaksa. Hanya mengatakan saja loh, silahkan yang ingin coment, saran, kritik, dan voted cerita ini. Happy reading....

Satu minggu kemudian

Di kamar kebutuhan, seorang perempuan remaja berambut pirang yang lepek tengah duduk bersimbah keringat. Tank top merah yang dipakainya begitu basah akibat keringat begitupun dengan celana pendeknya. Mata gadis itu terpejam selama seminggu ini, ia sama sekali tak makan ataupun minum untuk mengisi energi. Peluh membasahi tubuhnya, sama halnya dengan wajah si gadis pirang. Air keringat mengalir dari kepalanya, turun ke mata melewati bulu mata yang sangat lentik, menyebrang pipi chubby yang memang sudah basah, dan sampai di dagu si pirang.

Ular hijau yang dikirim Dark Lord untuk mengawasinya masih berada di sana, bersembunyi di balik tanaman yang panjang-panjang itu. Dengan mata merahnya, ular itu terus mengawasi si pirang diam-diam. Naruto yang sedang memfokuskan diri dalam ujiannya bersama Kurama, tak menyadari seekor ular hijau di ruangan itu.

Perlahan-lahan mata yang memiliki bulu lentik itu terbuka, menampilkan batu Shappire yang berkilauan. Mata itu mengerjap, menerbangkan beberapa tetes peluh yang menggantung di bulu mata yang lentik itu. Dengan lemas, Naruto mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Keningnya berkerut merasakan energi dalam tubuhnya terkuras habis, ia ingin berbaring. Namun gadis itu harus pergi, ini waktunya untuk beristirahat di kasur empuk dalam kamar asramanya. Dengan enggan, Naruto meluruskan kakinya. Suara tulang yang bergeser terdengar membuat Naruto menipiskam bibir dengan kuat. Dan saat ia mencoba turun dari platform es tersebut, suara tulang semakin keras terdengar. Naruto menahan sakit yang teramat dalam tubuhnya dengan menggemulutukkan giginya. Rasanya saat ia menggerakkan anggota badan, setiap sendi di tulang terus memberontak.

Naruto berdiri dengan gemetar, kaki kecilnya terlihat tak kuat menopang tubuh ramping tersebut. Ia berpegangan di tepi platform, sakitnya semakin menjadi-jadi. Perempuan itu harus pergi ke madam Promfey untuk mengambil ramuan penguat tulang, agar masa penyembuhan semakin berhasil dan cepat.

Naruto mencoba melangkahkan kakinya, namun ia terjatuh. Suara lutut yang berbenturan dengan lantai ruangan itu terdengar diiringi suara derakan tulang, semua ini membuat tambah parah. Sial, rasa sakit ini benar-benar merepotkan.

Naruto mengepalkan tangan dan mencoba berdiri kembali, sekali lagi tubuh itu terjatuh. Peluh yang melapisi tubuh itu semakin banyak, Naruto serasa mandi keringat, dan itu menjijikkan.

Tiga kali gagal, dan Naruto berhasil berdiri walau gemetar hebat dirasa. Gadis pirang itu melangkahkan kakinya dengan lambat, disusul langkah berikutnya. Perlahan-lahan seperti balita yang baru bisa berjalan, Naruto melangkahkan kakinya dengan limbung. Saat di bawahnya terdapat jubah, ia mengambil dan memakainya. Kain jubah itu kini membalut tubuh Naruto, dengan itu Naruto membuka pintu kamar kebutuhan dan tanpa disadari, Ular itu mengikuti keluar.

Ternyata hari sudah siang di luar kamar kebutuhan, bersyukur koridor yang terdapat kamar kebutuhan sedang sepi. Dengan berpegangan ke tembok, Naruto berjalan dengan susah payah.

Setelah keluar dari koridor kamar kebutuhan, koridor sekolah yang ramai berubah hening saat melihat Naruto yang kepayahan. Suasana menggelap dengan kebingungan yang menyelimuti, mereka heran. Bukankah gadis pirang itu Princess Sletryhin yang menghilang selama seminggu? Kenapa ia datang dengan pucat dan lemah?

Draco berlari ke koridor tempat Naruto berada, ia tahu sekarang adalah saatnya Naruto keluar dari kamar kebutuhan. Rencananya ia ingin menjemput si gadis pirang yang sudah sangat ingin ia temui. Dengan diikuti keempat teman baiknya, Draco berlari. Saat matanya menangkap tubuh sang adik dalam keadaan lemas tak berdaya, ia menghentikan lajur langkahnya. Diikuti pemberhentian teman-temannya, mereka melebarkan matanya melihat keadaan sahabat pirang mereka. Di tengah kerumunan, tubuh Naruto merosot bersandar ke dinding dengan mata terpejam. Emosi kakak angkat dari Naruto itu perlahan meningkat, ia tahu gadis yang pingsan itu sedang sesak. Sialan, kenapa siswa-siswi bodoh itu malah mengerumuni seseorang yang sedang sakit? Tak mengertikah mereka, bahwa gadis itu harus mendapatkan pertolongan dan bukannya malah dikerumuni?

My New Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang