Madam Promfey yang baru saja bangun dari tidurnya, meregangkan diri. Jubah patronnya sudah terpasang rapi. Tapi, hari masih sangat pagi. Baru saja fajar menyingsing. Angin sejuk yang semilir karena ventilasi membuat Madam Promfey merasa mengantuk kembali. Tapi, dia tak bisa kembali tidur. Dia masih memiliki banyak sekali pekerjaan. Simpanan ramuannya sudah mulai kosong, herbalnya juga banyak yang kosong. Belum lagi dirinya juga harus mengecek kondisi tubuh membeku para siswa dan... Naruto. Ah, gadis pirang itu benar-benar membuatnya khawatir.
Mengingat itu, Madam Promfey merapikan jubahnya sejenak sebelum menyingkap tirai ranjang milik Nona Naruto Lucius Malfoy tersebut. Ketika memeriksa tubuhnya dengan sihir, Madan Promfey mengerutkan kening. Tidur. Apakah Naruto belum sadar dari komanya? In sudah lima hari, tapi....
"Eungh..." erangan itu membuat Madam Promfey tersadar. Di atas ranjang, Naruto mengerjapkan mata seraya mengerang. Senyum di wajah Patron tua milik Hogwarts itu muncul. Dia segera mengisi air di gelas yang ternyata telah kosong dan menyapa pasiennya yang baru saja terbangun.
"Selamat pagi."
Naruto ikut tersenyum. Tak aneh melihat Madam Promfey ketika dirinya bangun. "Selamat pagi, Madam." Gadis itu melirik jendela yang masih tertutup. "Apa ini fajar?"
"Minum dulu," ujar Madam Promfey seraya membantu Naruto untuk minum. "Sepertinya kau sudah baikkan."
"Tentu saja. Aku dirawat Patron terhebat sepanjang masa," godanya yang membuat Madam Promfey mendengus. Naruto yang menggoda dan bercanda dengannya adalah Naruto yang pastinya sudah membaik.
"Mulut yang manis."
Naruto tertawa, tapi ternyata itu membuat luka di dadanya tertarik yang membuat gadis itu terbatuk. "Ough! Ough!" Madam Promfey segera menepuk pelan punggung si pirang.
"Jangan banyak bergerak dan berbicara. Tubuhmu masih perlu pemulihan."
Naruto tersenyum minta maaf dan menghentakkan candaannya. "Terimakasih, Madam, telah merepotkanmu."
"Itu tugasku." Madam Promfey tersenyum. "Baiklah kalau begitu, aku akan mengambilkanmu makanan. Kau tunggu di sini."
Nruto mengangguk. Mdam Promfey menyipitkan matanya. "Ingat, jangan kemana-mana dan jangan banyak bergerak. Apalagi turun dari ranjangmu. Mengerti?"
"Aku paham, Madam."
Draco menghela napasnya. Rasa khawatir dan cemas masih kuat dalam hatinya. Selama Naruto belum bangun, rasa itu tetap akan selalu ada mengganjal. Apalagi rasa bersalah dan sesalnya karena tidak melarang Naruto hari itu juga terkadang mengusiknya. Draco benar-benar ingin berbicara pada seseorang mengenai apa yang ia rasa. Dia ingin menulis surat pada kedua orangtuanya di Malfoy Manor, tapi Hogwarts yang melarang adanya kirim-terima surat burung hantu membuat Draco harus menggertakkan gigi.
Severus juga tak membantu. Dia sibuk dengan urusan lain dan percuma juga Draco berbicara padanya. Ayah baptisnya itu justru hanya akan mengacuhkan keluhan dan pertanyaannya. Ia bertanya-tanya bagaimana kondisi sang ayah dan ibu di rumah, tapi hanya jawaban samar yang bisa Draco terima. Itu sungguh menyebalkan. Belum lagi kelakuan Romilda dan teman yang semakin tak karuan. Perempuan berumur duabelas tahun itu bahkan dengan berani mengambil pena yang biasa ia pakai.
Terhitung sudah tujuh hari semenjak Naruto diantar ke Hospital Wings. Tapi, meski kondisinya membaik, Naruto tetap tak sadarkan diri. Draco sering mengunjungi gadis itu ketika luangnya. Ular lainnya juga berkunjung. Tentu saja identitas Draco sebagai kakak Naruto dan teman-temannya Naruto itu yang boleh menjenguk. Pengunjung tanpa keperluan khusus, tak diijinkan masuk.
"Drake, apa kau jadi ke Hospital Wings sebelum sarapan?" tanya Blaise seraya mengancingkan kemeja khas sihirnya. Draco yang sedang menghitung hari tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Girl
FanfictionDisclaimer: Harry potter milik J.k.Rowling dan Naruto milik Masashi Kisimoto. Saya cuman pinjam Naruto benar-benar tak mengerti banyak hal. Bagaimana dia lahir, siapa sebenarnya dia, mengapa dia dibawa oleh orang yang sudah dianggap ayahnya ke kelu...