Begitu Naruto membuka mata, hari telah pagi. Tapi, terlalu pagi untuk memulai aktifitas. Matahari masih berada di ufuk timur, menyembunyikan sinar hangatnya dibalik rimbunan pohon dingin. Burung-burung bahkan belum berkicau saat itu. Terlalu dini bagi mereka untuk bangun.
Namun, gadis pirang yang terbiasa bangun sepagi ini sulit untuk kembali tidur. Tubuhnya telah kembali sehat meski hanya terlalu pegal akibat berbaring seharian. Naruto dapat merasakan tenaga berkumpul di perutnya. Menunggu untuk dialirkan ke seluruh pembuluh darahnya.
Naruto meregangkan lehernya. Beberapa bunyi persendian terdengar saat gadis itu meregangkan anggota tubuhnya. Ia mengulet sebentar sebelum mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk.
Netra birunya mengedar ke seluruh ruangan yang gelap. Tentu saja Naruto tak dapat melihat jelas dikegelapan. Yang bisa gadis itu andalkan hanya sensoriknya, tapi belum cukup kuat sensorik Naruto untuk merasakan bahkan benda sekali pun dalam kegelapan.
Seperti yang diharapkan, Naruto hanya bisa melihat samar-samar. Dia menggaruk kepalanya malas, terlalu lama berbaring membuat gadis itu enggan kembali beraktifitas. Yah, lagipula Naruto tak tahan lagi terus berbaring.
Naruto menghela napas lalu mengambil air minum di atas meja. Kebiasaannya untuk meminum air setelah bangun tidur. Gadis yang memakai jubah pasien itu turun dari ranjang, berniat ke kamar mandi yang berada di pojok ruangan.
Kaki telanjangnya menapaki lantai dingin. Segera hawa dingin di bawah sana menusuk telapak kakinya, tapi Naruto hanya sejenak menggigil. Membiasakan diri sebelum dengan mantap melangkah.
Dalam beberapa saat kemudian, gadis itu usai membersihkan diri. Tubuhnya terasa segar setelah terbasuh air dingin. Yah... meski airnya benar-benar terlalu dingin, tapi setidaknya Naruto dapat membubarkan rasa risih di tubuh.
Naruto yang ingin melakukan pemanasan, berniat untuk keluar dan mengambil beberapa langkah latihan. Namun, begitu ia ingin melangkah, tanpa sengaja matanya bertemu dengan tirai samping ranjang yang sebelumnya dipakai.
Naruto mendekat dan membuka tirai dengan pelan. Tak berniat membuat suara keras walau tahu tak ada siapa pun di ruangan besar tersebut.
Sosok muncul di atas kasur dengan kaku. Samar-samar, entah mengapa Naruto melihat sinar dari pancaran matanya. Tiba-tiba rasa penasaran mulai menggerogoti hatinya.
Jemari lentik gadis itu terulur, meraba setiap inci wajah Colin yang membeku. Dan tangan gadis itu berhenti pada lekukan yang merupakan mata pemuda tersebut. Sebuah pemikiran muncul entah darimana.
Dinilai dari ekspresi terkejut dan takutnya, pasti Colin telah melihat sesuatu sebelum membeku. Tapi, apa? Apa yang dilihatnya?
"Pasti kamu bingung apa yang dilihat tikus tak berotak ini, kan? " pertanyaan yang datang entah darimana membuat Naruto dengan reflek menoleh ke sumber suara.
Gadis itu mengerutkan kening saat siluet tubuh yang familiar muncul dari balik bayang-bayang. Siluet yang berada di bawah bayangan jendela itu melangkah ke arahnya dengan anggun.
Naruto mengangkat sebelah alisnya, apa itu seseorang yang dikenalnya?
"Aku kecewa kau belum mengenalku bahkan dari suara, " ujar sosok itu. Dinilai dari suaranya, ia seorang lelaki. Dan dari semua lelaki yag Naruto kenal, cukup bagi gadis itu menebak dengan benar.
Naruto tersenyum kecil, "Maafkan aku untuk tidak dapat mengenalimu, My Lord. " Namun, meski permintaan maaf keluar dari bibirnya, Naruto tak merendahkan diri. Kepalanya tegak seperti biasa dengan dagu yang tinggi.
Tom terkekeh melihat gadis itu seperti biasa. Terlihat sehat dan segar, tidak seperti beberapa waktu lalu yang bahkan memiliki wajah sepucat kertas dalam tidurnya. Rasa-rasanya melihat gadis kecil itu seperti ini, membuat pangeran kegelapan merasa lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Girl
FanfictionDisclaimer: Harry potter milik J.k.Rowling dan Naruto milik Masashi Kisimoto. Saya cuman pinjam Naruto benar-benar tak mengerti banyak hal. Bagaimana dia lahir, siapa sebenarnya dia, mengapa dia dibawa oleh orang yang sudah dianggap ayahnya ke kelu...