36

12K 826 116
                                    

Berkas perceraian sudah dimasukkan ke pengadilan. Hanya tinggal menghitung hari sampai sidang pertama mereka diadakan, Chanyeol dan Jisoo sepakat untuk tidak hadir. Mereka ingin agar semuanya cepat selesai. Jangan tanya bagaimana keadaan Chanyeol. Dia hidup dalam mode autopilot. Dia tetap makan, kerja, tidur, berfungsi selayaknya manusia normal, tapi pikiran dan hatinya kosong. Ia bekerja seperti robot dan bicara hanya kalau ditanya. 

Seharusnya sekarang ia mulai sibuk belanja keperluan calon anaknya. Tapi lihatlah dirinya sekarang, ia malah duduk menatap rumah yang dibelinya sendirian. Jisoo tidak akan membatasi dirinya untuk bertemu dengan anak mereka. Tapi kenyataan kalau mereka harus hidup terpisah sulit diterima oleh Chanyeol.

Rumahnya yang tidak terlalu besar itu terasa sangat luas dan kosong. Tidak ada suara Jisoo yang cerewet mengembalikan barang - barang ketempatnya karena Chanyeol meletakkannya sembarangan. Tidak ada bunyi klontengan di dapur dari Jisoo yang sedang belajar masak. Tidak ada suara tawa Jisoo melihat tingkah laku bodoh Chanyeol.

Rumah terasa hampa dan tak bernyawa. 

Chanyeol merasa sangat tertekan berada di rumah yang ia beli untuk keluarga kecilnya itu. Kalau seperti ini, untuk apa dia tinggal disana?

Chanyeol merapikan kembali bungkusan roti tawar yang menjadi sarapannya hari itu. Kawat warna biru ia lilitkan kembali ke plastik roti. Ia memutar kawat tersebut beberapa kali dan image yang familiar menjalari otaknya.











Ia menggenggam sebuah tangan dengan kuku - kuku yang lentik.

Suara tawa yang sudah lama tak ia dengar itu kembali terngiang di kepalanya.

"Ini cincin tunangan kita!" Suara Chanyeol tidak pernah seceria itu.

"YAY!!!" Pekik Jisoo sambil melihat jari manis kirinya yang dilingkari kawat warna biru.

"Come here my fiancee, let me kiss you!" Chanyeol menarik Jisoo ke dalam pelukannya dan hendak mempertemukan bibir mereka saat Jisoo menahannya dengan jari telunjuk.

"Lamarannya mana?" Tanya Jisoo dengan nada manja yang asing. Sesuatu yang tidak akan Jisoo lakukan kalau bukan karena mabuk.

Chanyeol berdeham, efek alkohol yang sudah mengambil alih seluruh dirinya membuatnya jadi berani, "nona Kim Jisoo, maukah kamu membangun keluarga bersamaku? Menjadi istri dan ibu dari anakku?"

Jisoo merapatkan bibirnya, menatap tajam ke kedua bola mata cowok dihadapannya yang selama ini bahkan tidak pernah diajaknya bicara. "Aku mau asalkan kamu bisa memenuhi standar hidup aku!"

"Kayak gimana?"

"Aku mau pesta pernikahan yang mewah kayak princess -princess! Terus aku mau rumah yang gede yang ada halamannya! Liburan ke Eropa setiap musim panas, credit card buat aku shopping, dan kamu harus selalu ada buat aku!" Jisoo mengakhiri kalimatnya dengan hidung yang saling bersentuhan dengan Chanyeol.

Pria itu terkekeh mendengar syarat Jisoo, "matre banget anjir."

"Kalau nggak bisa ya udah, gue cari cowok laen aja. Suho mungkin?" Jisoo menelengkan kepalanya, sok mikir padahal kepalanya terasa sangat berat.

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang