6. IDR

5.1K 288 11
                                    

Aisyah, matanya perlahan terbuka. Ia sedikit mengerjap karena silau matahari yang mengenai matanya. "Eughh.."

"Lo udah bangun?" Aidan menghampiri Aisyah, mendudukan diri di ranjang yang tak terlalu kecil itu. "Dek lo gak pa-pa kan?"

Aisyah tersenyum, sangat manis. "Aku gak pa-pa kok." Suaranya sangat serak, suara Aisyah yang memang sudah serak ditambah karena ia yang baru saja bangun.

"Kenapa lo bohong sama gue sih? Kenapa lo bilang udah? jelas jelas lo belum makan kan?"

Aisyah tersenyum kembali tanpa menjawab pertanyaan kakaknya.

"Lo malah senyam-senyum! Aisyah Aqilah jawab pertanyaan gue!"

"Iya iya, Ais lagi males makan aja kak." balas Aisyah. Lemah,kecil suara yang keluar dari bibir ranumnya.

Aidan menatap lekat pekat bola mata Adik tercintanya. "Gue ngerti mungkin lo bosen terus-terusan gini, tapi gue mohon dek, seengaknya untuk gue lo harus tetep lakuin itu? Okay?"

Aisyah tersenyum, lagi-lagi.

•••

"Suara motor itu, semakin mendekat

Kamu abaikan sapa nya.

Dia berupaya, mencari senyummu

Dengan rayuan yang pelik.

Waktu demi waktu ku berlalu

Keinginanmu mulai tumbuh.

Biar dia.. merindukan mu sendiri..

Wooo..

Jangan resah, dia pasti pikirkanmu.

Walau kau tak tahu.

Hingga di ujung malam..

Engkau menyusuri jalan bersamanya.

Dikala dinginnya senja.

Hanya berduaan tanpa tau tujuan

Bahkan tidak mau tahu.

Namun sudah saatnya untuk pulang.

Tak ingin kau akhiri hari itu

Biar dia merindukanmu sendiri

Woo..

Jangan resah dia pasti pikir kan mu

Walau kau tak tahu

Hingga di ujung malam.."

-Rindu sendiri-

Alunan lagu dinyanyikan oleh seseorang yang merupakan penciptanya. Iqbaal Dhiafari Ramadan, lelaki yang beberapa tahun ini menetap di New York.

KEHILANGAN (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang