Aisyah memasuki mobil ia memeluk erat boneka itu.Dengan Air mata yang terus keluar dari matanya.
"Maafin Aisyah ri"
Suaranya sangat terdengar lirih.
Aisyah menenggelamkan kepala nya di boneka itu.
"Maaf.."
Isakan Aisyah keluar kecil demi kecil diikuti Air mata yang semakin deras keluar.
Aisyah langsung mengambil handphone nya yang terletak di kursi kemudi.
Ia menekan nomor Aidan untuk menelfon nya.
Saat sudah tersambung, Aisyah menahan agar isakan nya tak keluar.
"Kak, cepet Aisyah di mobil"Dan cepat pula ia mematikan telfon itu, tak ingin berlama lama karena tak ingin juga isakannya keluar.
Aisyah menghapus Air matanya, mencoba terus menghentikan air mata yang keluar.
"Kenapa saat Aisyah dapat kebahagiaan hidup Aisyah ga lama?"
"Maaf ri, sebenernya Aisyah nyaman kalo sama Ari. Tapi Aisyah ga ingin punya hubungan lebih yang ngebuat Ari berharap ke Aisyah. Aisyah nantinya Ari kecewa dengan perginya Aisyah.."
=====
Aidan mengerutkan keningnya tak mengerti saat Aisyah dengan cepat menutup telfonnya.
Bahkan dalam telfon itu Aidan bisa mendengar jelas suara Aisyah sedikit parau.
Ia mempercepat langkah nya menuju mobil.
Antara khawatir dan sebal.
Khawatir karena takut terjadi apa apa yang membuat adik nya seperti itu tadi.
Tetapi sebal pula karena cape cape sedari tadi Aidan mencari adiknya dan ternyata Adiknya sedang berada di mobil.
Aidan mengatur nafasnya saat sampai di dekat mobil.
Ia membuka mobil mendapati Aisyah yang tengah menunduk sambil memeluk sebuah boneka.
"Lo kenapa de?" tanya Aidan dengan gelagat khawatir.
Aisyah menanggahkan kepalanya, ia tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
Aidan mengurai senyum, ia mengelus rambut Adiknya.
"Gue kira lo kenapa-napa, suara lo parau di telfon de bikin gue khawatir aja" ucap Aidan.
Ia memasuki mobil dan duduk di kemudi.
"Lo beneran gapapa kan? Mata lo ko merah?" tanya Aidan lagi.
Aisyah menggelengkan kepalanya lagi "Aisyah gapapa, ini kelilipan tadi"
Aidan ber'oh' ria menanggapi.
"Mau main lagi apa pulang?"
"Pulang aja kak, Aisyah ngantuk" jawab Aisyah.
Aidan memutar pandangan nya kemudian menyalakan mobil dan melajukannya.
Ia menoleh melihat Adiknya yang tengah melihat jalanan.
Tapi ada yang beda tak seperti Aisyah biasanya, pikir Aidan.
Sudahlah Aidan berniat akan menanyakannya saat nanti sampai di rumah.
Sesampai nya di rumah, Aisyah bergegas turun dan langsung memasuki kamarnya.
Aidan heran akan sikap adiknya.
Ia berjalan sedikit berlari mengejar Aisyah.
Tok tok..
Ia mengulur tangan mengetuk pintu kamar milik adiknya.
"De, buka" ujar Aidan saat mencoba membuka namun nihil.
Ia tau Aisyah menguncinya dari dalam. Tapi mengapa? Tak biasanya Aisyah bersikap seperti ini.
"De gue bilang buka!" Aidan berseru sedikit membentak.
Satu menit kemudian pintu terbuka menampilkan Aisyah yang tengah menunduk dengan sembab di matanya.
Aidan mengerutkan keningnya. Ia memegang dagu adiknya dan di naikan agar menatapnya.
"Lo kenapa de? Lo abis nangis?"
Aisyah diam tak menghiraukan.
Ia menepis pelan tangan Aidan kemudian memasuki kamar dan duduk di bibir ranjang nya.
Aidan mengikuti Aisyah, mendudukan dirinya di sebelah Aisyah.
"Jawab! Lo kenapa?" tanya Aidan lagi sedikit menekan.
Aisyah kembali menundukan kepalanya "Aisyah gapapa kak"
Aidan berdecak "Gapapa gimana? Jelas jelas mata lo sembab kaya gitu, lo abis nangis kan de? Terus juga tadi di telfon suara lo parau banget, lo ga bisa bohong sama gue kalau ga terjadi apa apa?!"
Aidan menghela nafasnya saat sudah bertanya cukup panjang tadi.
Tak ada sahutan dari adiknya.
Aidan memutar bola matanya jengah "Lo kenapa sih? Oh iya lo dapet boneka dari mana? Beli?"
"A-Aisyah dapet dari permainan di sana kak" jawab Aisyah.
"Giliran gue tanya gitu lo Jawab, Giliran gue tanya soal lo sendiri lo ga jawab!"
Aisyah menaikan wajahnya menatap kakaknya yang kini tengah kesal terhadapnya.
"Aisyah gapapa kak, cuma tiba tiba keinget daddy aja. Soalnya biasanya kalo ke pasar malam Aisyah selalu di temenin daddy"
Ya, alasan yang cocok untuk menutupi kejadian tadi dan tidak membuat Aidan penasaran lagi.
Aidan mengurai senyum tipis, dibawanya adiknya kedalam dekapan
Aidan mengelus kepala Aisyah lembut "Lo gausah nangis kalo inget daddy, tar daddy juga sedih di sana. Harus nya kalo lo tiba tiba keinget daddy lo berdoa, supaya daddy tenang di sana"
Aisyah tersenyum, mengangguk dalam dekapan itu.
"Kak kalau Aisyah nanti di panggil tuhan kaka ga akan sedih kan? Karena Aisyah ga mau liat kaka sedih"
Perntanyaan dan pernyataan yang Adiknya ucapan sukses membuat ia terdiam
Aidan hanya mempu memeluk semakin erat adiknya itu.
TBC
Gaje garing.
Spesial di hari menambahnya satu tahun aku, ini kode minta di ucapin😂Enggak-enggak bercanda hehehe
Saran tolong comment
Jangan lupa tinggalkan jejak (🌟) & (💬)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHILANGAN (end)
FanfictionTAHAP REVISI! AKU MOHON BANGET BUAT BACA, BACA CERITA YANG LAIN AJA DI WORK KU, KARENA YANG INI LAGI DI REVISI. SENGAJA GA AKU UNPUB SOALNYA PEMBACA DULU UDAH PADA BEDA TEMPAT. AKU SAYANG SAMA VOTE NYA HIKS:( SATU TAHUN BUAT INI DAN RASANYA SAYANG...