3. Dibeda-bedakan

6.6K 320 4
                                    

Kini Ari tengah berbaring di atas Rooftop sekolahnya, dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Di sana tak hanya Ari, tetapi ada banyak temannya.

"Ri, lo kenapa sih senyum-senyum sendiri?" Tanya Zacky, Abang super ganteng dengan jiwa gitarisnya.

"Gila kali!"

Pletak!!

Kepala seseorang yang tadi berbicara sukses mendapat jitakan dari Azka, sepupu sekaligus sahabatnya Ari. Pakboi tingkat akut!

"Sepupu gue anju!"
"Hehe."

Ari bangun dari posisi sebelumnya, diubahnya manjadi duduk. "Gue emang gila, gila karna dia" Ia mulai menatap langit masih dengan senyuman di bibirnya.

"Eh, bukan sepupu gue deh!" Azka mulai geli. "BUKAN TEMEN GUE!" Teriak semua teman Ari disusul gelak tawa.

"Oh I know!"

"Kenapa yang?" Tanya Ajil. Cowok tertinggi dan tampan, namun kaum hawa sudah tidak bisa menjadi bucinnya karena Ajil sudah punya kekasih. Namanya Sarah, yang berbicara tadi.

"Pasti temen kita yang satu ini lagi jatuh cinta nih" Ucap Sarah sambil merangkul Ari.

Ari semakin merekah kan senyumannya.

"Woh si Ari jatuh cinta anjir!"
"Gila gue kira manusia doang yang bisa jatuh cinta"

"Arii... Jugaa manusia" Azka menirukan lagu 'Rocker juga manusia' dengan diganti liriknya.

"Haha suara lo fals asu!"

"Perut gue sakit, gue mual lagi!" Timpal Maureen, kekasih Kevan.

"Kamu hamil yang?" polos nya Kevan bertanya seperti itu.

"Anjing lo!"

Semuanya kembali tertawa.

•••

Uang gak bisa beli kasih sayang, Mom.

Jika saja ia punya keberanian, ia pasti sudah menanyakan itu sejak lama, kepada ibunya.

Dulu, ia selalu mendapatkan kasih sayang dari Ayah nya. Tapi saat ayahnya pergi semua kasih sayang itu juga ikut pergi.

Aisyah, tengah duduk di ayunan Gazebo rumahnya. Menangis, mencoba tak bersuara.

"Dad, Aisyah kangen sama daddy.." lirihnya.

"Aisyah sini!" Seseorang di dalam rumah berteriak, memanggilnya. Itu Rena, ibunya.

"Iya Mom sebentar." Balas Aisyah.

Aisyah beranjak, menghapus sisa air mata yang masih berada di pipinya, kemudian menghampiri Ibunya.

"Ada apa Mom?"

"Mommy ada kerjaan di Singapura, kamu baik baik di sini. Bilangin juga sama Aidan ya. Oh iya, bekal kamu sama Aidan nanti Mommy transfer." Ibunya menjelaskan dengan masih terfokus pada kerjaannya di layar laptop.

Aisyah awalnya diam, lalu ia mencoba untuk bertanya. "Mommy perginya kapan?berapa lama?"

"Sekarang, satu mingguan paling"
"Mom, bentar dulu. Ais mau ngomong."
"Yaudah ngomong"

Semoga waktu yang tepat. "A-apa Aisyah boleh sekolah biasa kayak Kak Aidan?" tanya Aisyah dengan sedikit kegugupan.

Pandangan Rena tadinya terus memandang laptop kini berpaling menatap tajam pada Aisyah. "Gak!"

"Tapi Mom-"

"Gak ada tapi-tapi! Kamu itu beda sama Aidan! Udah syukur yah Mommy sekolahin kamu, kamu masih aja banyak kemauan. Asal kamu tahu Aisyah! Homeschooling itu jauh lebih mahal dari sekolah biasa dan harusnya kamu lebih banyak bersyukur!" Itu bentakan, begitu menyakitkan untuk Aisyah, cairan bening itu keluar dari pelupuk matanya tanpa bisa ia tahan.

KEHILANGAN (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang