Aisyah membolak balikan lembaran buku sedari tadi.Ia bosan
Bosan terdiam terus di rumah sakit, ruangan ini.
Dokter tak mengizinkan Aisyah pulang, bahkan Aisyah juga tak diizinkan untuk keluar dari kamar ini selama satu minggu.
Sangat membosankan bukan?
Ya walaupun Iqbaal, Aidan juga Syifa tak pernah lupa menjenguk Aisyah.
Bahkan Iqbaal hampir setiap hari sehabis sekolah menemani Aisyah sampai malam, sampai jam besuk habis.
Aisyah merindukan sesuatu, Ari dan Aisyah rasa ibu nya Ari pula.
Ia mengingat saat bercanda tawa dengan Dian, ibu Ari.
Saat itu Aisyah sangat senang, karena dapat merasakan hangat nya seorang ibu.
Untuk pertama kalinya.
Aisyah menaruh buku novel itu dan membuka handphone nya melihat tanggal yang tertera di layar handphone nya.
"Tanggal 16, itu berarti waktu Aisyah ga lama" ia bergumam pelan meruntuki hidupnya.
"2 minggu lagi" lanjut Aisyah.
Ya, kurang lebih.
2 minggu lagi Aisyah dapat bertahan hidup dengan yang sudah di vonis dokter.
Cairan bening itu keluar dari mata indah Aisyah, menuruni pipi tirusnya.
Semakin kesini Aisyah semakin kurus karena ia jarang sekali ingin makan.
Jika makan pun mungkin hanya 5-6 suap.
Tangan Aisyah terulur menghapus Air matanya.
Ia kembali melihat handphone nya, sudah satu minggu ini Ari terus mengirim pesan padanya.
Namun Aisyah tak membalasnya.
Dan Aisyah fikir mungkin ia akan membalasnya jika sudah di bolehkan pulang nanti.
Aisyah membuka galery nya, melihat foto foto nya dengan sahabat, kakak, bahkan ibunya Ari.
Ya, Aisyah sempat mendapat gambar dari Ari.
Gambar ia dengan Dian.
Aisyah tersenyum melihat itu.
Foto itu malah mengingatkannya dengan ibu kandung nya, yang sama sekali tak peduli dengan dirinya.
Selama satu minggu ini Aisyah di rawat, ibunya sama sekali tak menjenguk Aisyah.
Ia lebih mementingkan kerjaan di banding anak nya sendiri.
Air mata Aisyah kembali menuruni pipi tirus dan cepat ia menghapus nya.
"Buat apa Aisyah nangis, sampai kapanpun mommy ga peduli sama Aisyah" tekannya.
Aisyah menekan tombol telfon dan menelfon kakanya
Calling Aidan...
"Halo de kenapa?"
"Cepet ke sini"
Tut...
Aisyah mematikan sambungan telfon itu.
Sakit hatinya jika mengingat sosok ibu.
Aisyah membutuhkan Aidan untuk di peluknya.
Dan untuk membuatnya merasa tak bersedih lagi.
====
Mendengar ucapan dari Adiknya tadi benar benar membuat Aidan khawatir.
Suara Aisyah sangat terdengar bergetar, Aidan fikir Adik nya tengah menangis.
Aidan menghampiri Syifa yang tengah berbincang dengan teman teman Osis nya.
"Syif"
Syifa menoleh "Apa Dan?"
"Gue ga bisa ikut forum" Aidan menghela nafasnya "Aisyah tadi telfon gue dan suruh gue cepet cepet kesana. Gue khawatir terjadi apa apa"
Pernyataan dari Aidan sukses membuat Syifa khawatir pula "Yaudah kalo gitu, kamu cepet cepet ke sana Dan. Cepet cek Aisyah, soal forum biar aku izinin nanti"
Aidan mengangguk lalu bergegas pergi menaiki mobilnya menuju rumah sakit.
Aidan menaikan kecepatan mobilnya agar segera sampai di rumah sakit.
Saat sampai Aidan memarkirkan mobil dan langsung berlari ke ruangan Aisyah.
Ia membuka knop pintu kamar itu, Aidan menghembuskan nafasnya lega saat melihat Aisyah yang tengah duduk di ranjang dengan membaca novel yang ia beri.
Aidan mengurai senyum, ia menghampiri Aisyah dan langsung mengelus rambut panjangnya.
"Kenapa nyuruh kaka cepet cepet ke sini? Kaka khawatir tau. Kamu ga Kenapa napa kan de?"
Aisyah mengurai senyum "Aisyah ga kenapa napa"
"Syukur lah de, kalo kamu ga kenapa napa"
"Aisyah cuma ingin sama kaka" Aisyah menenggelemkan wajahnya di dada bidang Aidan.
Menangis disitu.
"Ka.. Aisyah sayang sama ka Aidan" Aisyah mengucapkan itu dengan bibir bergetar, nada yang sangat lirih bahkan sudah terdengar isakan.
Aidan membalas peluk Adiknya "Kaka juga sayang sama kamu de"
"Udah jangan nangis, Adik nya Aidan itu pasti kuat. Masa cengenh sih"
Aisyah berusaha menghentikan tangisnya dan berusaha menggantinya dengan sebuah tawa kecil.
"Mommy mana?"
Perntayaan itu sukses membuat Aidan diam, dan bingung harus menjawab apa.
Adiknya sangat membutuhkan kasih sayang dan semangat dari ibunya sekarang.
Tapi di mana dia?
Sama sekali tak peduli.Aidan merasa miris melihat adiknya seperti ini.
"Mommy kerja de, nanti kaka usaha-in suruh mommy untuk ke sini"
Aisyah memejamkan matanya, berharap kakanya bisa membawa ibunya pada nya.
"Apa mommy bisa datang ke sini?"
Aisyah bertanya lagi."Kaka usaha-in de" jelas Aidan.
Aidan mengurai pelukannya menghapus Air mata Aisyah dari pipi hingga pelupuk mata.
"Kaka yakin mommy bakalan ke sini" tekan kakanya.
Aisyah tersenyum kecut "Semoga aja"
"Ka Aisyah bosen di kamar terus" lanjut Aisyah dengan nada merengek.
Aidan tersenyum, mengelus pelan pipi lembut Adiknya.
"Kaka tanyain dulu sama dokter ya, boleh ga jalan jalan" ucap Aidan.
Aisyah menangguk, dan Aidan berlalu pergi sesuai dengan ucapannya tadi untuk menemui dokter
TBCTinggalkan jejak Voted🌟 dan comment
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHILANGAN (end)
FanfictionTAHAP REVISI! AKU MOHON BANGET BUAT BACA, BACA CERITA YANG LAIN AJA DI WORK KU, KARENA YANG INI LAGI DI REVISI. SENGAJA GA AKU UNPUB SOALNYA PEMBACA DULU UDAH PADA BEDA TEMPAT. AKU SAYANG SAMA VOTE NYA HIKS:( SATU TAHUN BUAT INI DAN RASANYA SAYANG...