32. Ari mengetahuinya

3.2K 198 25
                                    


Aisyah menundukan kepalanya. "Aisyah gak ingin buat Ari berharap lebih karena Aisyah.."

Cairan merah keluar dari hidung Aisyah, Aisyah meraba itu sebelum melanjutkan bicaranya.

Tangannya juga merah, karena darah yang keluar.

"Aisyah lo kenapa? Syah lo mimisan?"

"Aisyah gapapa ri, Aisyah pengen jelesin dulu.. Aisya---"

Duk

Saat itu juga pertahanan Aisyah runtuh, untung saja dengan cepat Ari segera menangkapnya yang hampir terjatuh ke tanah.

Ari memegang pipi Aisyah, menguncang guncangkan tubuhnya.

"Aisyah? Syah?! Bangun syah lo kenapa?!"

"Aisyah bangun!"

====

Ari membolak balikan dirinya modar mandir di depan ruang ISU

Ia terus memejamkan matanya dan membukanya lagi dengan tangan yang menggempal satu sama lain.

Pintu ruangan itu terbuka, dengan cepat Ari menghampiri seorang dokter yang keluar.

"Dok gimana keadaan Aisyah dok?!" Ari sontak menanyakan itu.

"Untunglah anda dengan cepat membawa pasien saya, keseimbangan nya sudah sengat lemah. Dia terlalu banyak menguras tenaga" jelas dokter itu.

Ari mengerutkan keningnya tak mengerti "Pasien dokter? Maksud--- dia sakit apa dok?"

"Anda siapa dari pasien?" tanya Dokter itu.

"Saya--saya temannya dok"

"Oh kalau begitu lebih baik anda tunggu sampai pasien sadar saya tak mungkin menjelaskannya pada anda" Dokter itu menghela nafasnya "Kalau begitu saya permisi"

Dokter itu berlalu meninggalkan Ari dengan segala keterbingungan.

Pintu ruangan di depan Ari kembali terbuka.

Aisyah yang tengah berada di ranjang dorong.

"Mau di kemanain sus?" tanya Ari.

"Pasien akan di ke ruang inap nya" jawab salah satu suster.

Ari mengangguk mengerti kemudian berjalan bersamaan dengan Aisyah yang tengah terbaring di dorong menuju ruangan inap nya.

Sesampai di sana suster-suster di bantu dengan Ari memindahkan Aisyah ke ranjang yang ada di dalam sana.

Dan suster suster itu berlalu pergi saat selesai.

Ari duduk di kursi di dekat ranjang.

Ia menggenggam lengah Aisyah.

Memandang wajah Aisyah yang sangat pucat.

Ari memejamkan matanya sekejap "Lo kenapa sih syah? Lo bikin gue khawatir"

Ari mengulur tangan nya mengelus pelan pipi tirus Aisyah.

Pandangannya tak tergantikan selain memandang wajah Aisyah.

"Lo ngapain di sini?!"

Ari menoleh saat mendengar suara itu.

"Lo yang ngapain disini?" balas tanya Ari.

"Dia ade gue! Jelas gue pasti ada di sini!"

Dia Aidan.

"Ade lo?"

"Iya!" Aidan menghela nafasnya "Lo ngapain di sini hah? Oh atau jangan jangan lo bawa ade gue kabur tadi, hah?!"

"Bawa ade lo? Aisyah yang pengen ketemu sama dan dia yang nyamperin gue!" jawab Ari.

"Seharus nya lo larang lah!, lo udah tau Aisyah sakit lo marah biarin aja dia nyamperin lo?!"

Ari mendesis dengan kerutan di keningnnya "Gue bahkan ga pernah Aisyah sakit! Dan kalaupun gue tau gue ga akan nyuruh Aisyah buat nyamperin gue!"

"Lo keluar! Keluar dari ruangan ini!" titah Aidan.

"Gak!"

"Gue akan keluar dari ruangan sampai Aisyah sadar!" lanjut Ari.

"Keluar gue bilang!!" Aidan berucap nada merintah dengan suara yang sangat tinggi.

"Aidan!"

Bukan Ari melainkan syifa yang baru saja datang dan langsung memanggil keras nama Aidan.

"Jangan berisik! Dan biarin Ari di sini, Aishah butuh Ari!" tekan Syifa.

Aidan mengerutkan keningnya tak mengerti "Lo apaan sih syif?"

"Kamu ga tau apa apa dan! Udah lah biarin Ari di sini sampai Aisyah siuman.." ucap Syifa.

"Aisyah udah bangun"

Semua nya sontak menoleh ke arah suara.

Aisyah berucap lirih namun terdengar.

Kini Aisyah tengah tersenyum tipis.

"Akhirnya syah, lo gapapa kan? Gue khawatir banget tadi"

Ari yang berbicara, di tanggapi senyuman manis oleh Aisyah.

"Aisyah gapapa ih, Ari udah tau soal penyakit Aisyah?"

Ari mengerutkan keningnya tak mengerti, menatap Aisyah dengan gelagat heran "Penyakit?"

"Ari belum tau?" tanya Aisyah lagi.

Ari menggelengkan kepalanya, menatap wajah Aisyah dalam dalam.

"Penyakit apa syah?"

"Kanker" Aisyah menghela nafasnya "Kanker darah, leukimia. Ini alasan Aisyah nolak Ari saat itu"

"Syah tapi--penyakit lo bukan alasan. Lo masih bisa sembuh" tekan Ari.

Aisyah menggelengkan kepalanya kekeh "Enggak ri! Kanker Aisyah udah stadium akhir, Aisyah udah ga ada peluang untuk lebih lama, bahkan hidup Aisyah sudah bisa pastikan oleh itungan hari"

"Gak! Lo bisa sembuh! Syah--"

"Engga! Aisyah ga bisa sembuh ri, ga akan bisa. Udah Aisyah bilang Aisyah ga ingin Ari berharap lebih, berharap lebih akan kesembuhan Aisyah. Sama seperti yang lainnya"

"Aisyah ga akan pernah bisa sembuh, Aisyah akan di panggil tuhan dan Aisyah akan bersama sama daddy nya Aisyah"

TBC

.
Ga ngerti, ga ada feel): aku yang nulisnya aja ga ngerasa):

Biarin deh yang penting next ya):

Jangan lupa tinggalkan jejak (🌟) & (💬)

KEHILANGAN (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang