Kini Aisyah, Ari, Rena, Iqbaal, Syifa, Azka, Aidan, Ayla dan kakaknya Dokter Zulfikar tengah berada diruangan, dimana Aisyah dirawat.Aisyah terbaring lemah.
Tubuh nya yang semakin mengurus, pipi nya menirus, kulit nya yang semakin memucat.
Aisyah tersenyum lemah ke arah semuanya.
Semuanya yang tengah terdiam bingung di liputi rasa khawatir.
"Kalian kenapa natap aku kaya gitu?terus kenapa bisa kebetulan banget semuanya datang?" tanya Aisyah.
Syifa menggelengkan kepalanya dengan kerutan di kening yang terlihat jelas.
"Enggak, tapi gak tau kenapa Syifa ngerasa Aisyah lagi kenapa-napa"Aisyah tersenyum lagi "Aisyah? Aisyah gak kenapa-napa. Aisyah baik-baik aja kok"
"Tan, Ari boleh duduk di situ?" Ari bertanya meminta izin pada Rena agar duduk di kursi samping ranjang Aisyah.
Rena menganggukkan kepalanya "Iya boleh nak"
Ari menarik sudut bibirnya tersenyum, ia mendudukan dirinya di sana.
"Syah, gue takut. Lo gak akan pergi kan?"
Perntanyaan itu, perntanyaan yang tersimpan oleh semua orang yang tengah di berada di ruangan ini.
Pertanyaan itu akhirnya terwakil kan oleh Ari untuk bertanya.
"Kenapa takut?" tanya Aisyah balik.
Ari menggeram "jelas gue takut, gue takut kehilangan lo"
Aisyah tersenyum "Ari gak usah takut"
Aisyah terlihat menghela nafasnya "Aisyah udah pernah bilang sama kak Iqbaal, Sekalipun nanti Aisyah pergi. Aisyah perginya gak jauh, cuma tubuh Aisyah doang kok yang pergi. Aisyah nya enggak, Aisyah akan terus sama kalian. Di hati kalian, Orang orang yang menyangi Aisyah"
Ari menundukan kepalanya.
"Tapi tetep gue gak mau kehilangan lo""Syah" Kini Iqbaal yang bicara.
Aisyah menanggahkan kepalanya menatap Iqbaal "Apa kak?"
"Lo gak boleh pergi" tekan Iqbaal.
Aisyah tersenyum "Kalau tuhan berkehendak lain gimana? Aisyah kan gak bisa lawan takdir"
Aidan membelalakan mata nya sempurna "De! Lo ngomong apaan sih! Semua omongan lo itu seakan akan ngisyaratin kalo lo beneran bakalan pergi!"
Aisyah tersenyum lagi. Entah sudah berapa kali ia tersenyum menanggapi ucapan Mereka.
Ari menanggahkan kepala yang sedari tadi menunduk.
Pipi nya basah, terlihat jelas oleh Aisyah.
"Semuanya bisa tolong tinggalin Ari berdua sama Aisyah? Ari mohon" Pinta Ari.
Semuanya mengangguk lantas pergi keluar dari ruangan itu.
Kini.
Tinggal Ari dan Aisyah.
"Ri, Aisyah mau Ari jangan nangis kaya gini" Tangan Aisyah terurai mengelus pipi Ari untuk menghapus Air matanya.
"Masa cowok nangis ih, Aisyah kan jadi malu" ujar Aisyah.
Ari tersenyum tipis, tangan nya ia taruh untuk menggenggam tangan Aisyah yang tengah menghapus Air matanya.
"Kok malu?" Tanya Ari
"Iyalah, Aisyah malu. Masa Aisyah sayang dan cinta sama cowok yang cengeng gini"
Ari terkekeh pelan.
Ia menidurkan kepalanya di tangan Aisyah yang ia taruh di ranjang.
Tangan satu lainnya Aisyah mengelus rambut tebal Ari.
"Ari, kalau Aisyah pergi Ari jangan terpengaruh ya. Ari harus menjadi Ari yang seperti biasanya, dan Aisyah mau Ari harus bisa Move on"
Ari memejamkan mata medengar itu "Jangan ngomong kaya gitu, gue gak mau ngomong kalo lo bahas kaya gitu mulu"
Aisyah tersenyum.
Ari menengakan kepalanya menatap Aisyah.
Ia menarik Aisyah kedalam dekapannya.
"Gue boleh cium lo ya?"
Aisyah mengangguk dalam pelukan itu.
Cup.
Ari mendaratkan bibir di kening Aisyah.
Cukup lama, sampai saat ia meneteskan kembali Air matanya.
Ari melepaskan kecupan sekaligus pelukan nya, ia menatap dalam-dalam wajah Aisyah.
"Ari, Aisyah pergi ya, titip salam buat yang lain"
Aisyah menidurkan dirinya seperti posisi semula.
"Aisyah sayang sama Ari"
Dan, saat mata itu terpejam. Benar benar terpejam.
Ari mengoyangkan tubuh Aisyah "Syah, bangung. Lo jangan bercanda, jangan tinggalin Gue"
Tak ada sahutan, mata Aisyah masih terpejam dan badannya tak bergerak.
Dengan seketika alat pendeteksi jantung berbunyi nyaring, dan Garis yang awal nya berliku-liku berubah menjadi satu garis lurus.
Mata Ari membulat sempurna, diikuti dengan Air mata yang keluar dengan deras.
"Syah! Bangun!!""Dokter, Dokter tolong saya" ia berteriak.
Semua yang tengah berada di luar tadi sontak masuk dengan terburu buru.
Semua matanya sembab, pipi nya bahkan basah karena Air mata.
Mereka mendekati Aisyah.
"Aisyah"Dokter zulfikar, ia lebih dekat dengan Aisyah.
Ia mengecek keadaan Aisyah, kemudian menunduk dan menatap semua nya.
"Saya sudah berusaha semaksimal saya, mohon maaf. Aisyah tidak bisa di selamatkan, ia telah meninggal dunia" Suara nya sangat terdengar lirih dengan nada kecewa.
Semuanya menatap tak percaya.
Terutama Rena, ia langsung memeluk tubuh Aisyah.
"Aisyah.. Aisyah bangun nak, bangun jangan tinggalin mommy lagi. Aisyah bangun"
"Bangun sayang, Mommy gak mau kehilangan Aisyah"
Tamat.
Yash akhirnya tamat, maaf kalo feel nya gak kerasa.
Setelah satu tahun, dan lebih kayaknya hehe maklum lah dulu aku gantung.
Dan ini mumet, semoga suka yaa
Jangan lupa tinggalkan jejak, jangan bosen bosen baca cerita aku yaa.Terus jangan lupa baca cerita aku yang lainnya.
I luv yu guys❤
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHILANGAN (end)
FanficTAHAP REVISI! AKU MOHON BANGET BUAT BACA, BACA CERITA YANG LAIN AJA DI WORK KU, KARENA YANG INI LAGI DI REVISI. SENGAJA GA AKU UNPUB SOALNYA PEMBACA DULU UDAH PADA BEDA TEMPAT. AKU SAYANG SAMA VOTE NYA HIKS:( SATU TAHUN BUAT INI DAN RASANYA SAYANG...