Aisyah tengah berbaring di ranjangnya, kepalanya terasa pusing saat tadi sehabis dari rumah Ari.Ia sengaja tiduran di ranjang, agar pusing nya mereda.
Aisyah juga sudah meminum obat tadi.
"Aw"
Aisyah memegang kepalanya, bukannya mereda Aisyah malam semakin merasa sakit di bagian kepala.
"Bii.."
Dengan sekuat tenaga Aisyah mencoba berteriak memanggil bibi
Namun tak ada sahutan, bibi pun tak datang menghampiri Aisyah.
Hidung Aisyah terasa sedikit panas, Aisyah meraba itu.
Darah, Aisyah mimisan.
Kenapa ini.Padahal baru beberapa menit lalu Aisyah meminum obat, biasanya jika setelah minum obat Aisyah akan merasa lebih lega.
Tapi,kali ini tidak
"Kak.."
Aisyah mencoba bangkit, berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya.
===
Aisyah membuka matanya, sorot lampu seakan masuk pada retina mata Aisyah.
"Euh"
Sebuah tangan menghalangi lampu yang menyorot.
"Ka Iqbaal" lirih Aisyah
Iqbaal tersenyum simpul
Aisyah dapat melihat jelas terdapat raut sedih dalam senyuman itu.
Mata Iqbaal juga terlihat memerah, apakah ia habis menangis.
Ataukah Iqbaal sudah mengetahui akan penyakit yang ia derita, perntanyaan itu terbesit dalam benak Aisyah
Aisyah mencoba untuk duduk, dan Iqbaal membantunya.
"Pelan pelan" ujar Iqbaal.
Setelah mendapat posisi nyaman, duduk bersender di ranjang.
Aisyah melihat kesekeliling.
Rumah sakit.
Ah pasti Iqbaal sudah mengetahuinya.
Pintu di sebelah mereka terbuka menampakan Aidan dan juga Syifa dengan raut wajah sangat khawatir.
"De, lo udah sadar" Ucap Aidan.
Aisyah tersenyum, mengangguk satu kali anggukan.
"Dan,Syif. Bisa tinggalin gue berdua sama Aisyah" Iqbaal berbicara dengan nada memerintah.
Aidan dan syifa kemudian berlalu keluar dari kamar itu.
Hening, beberapa menit.
Awalnya, sampai Iqbaal membuka bicara duluan.
"Kenapa ga bilang sama gue?"
Aisyah yang seakan mengerti terhadap pertanyaan Iqbaal hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Jawab gue syah! Kenapa lo ga bilang sama gue kalo lo menderita penyakit mematikan kaya gini!"
Kali ini, untuk pertama kalinya Aisyah mendengar Iqbaal membentaknya.
Walaupun Aisyah tahu Iqbaal membentaknya karena Iqbaal sangat mengkhawatirkannya.
"Aisyah cuma ga mau buat kalian semua khawatir"
Iqbaal mengacak acak rambutnya frustasi
"Gue..."
Belum sempat melanjutkan ucapan nya Iqbaal sudah menarik Aisyah kedalam dekapannya.
"Gue ga mau kehilangan lo"
Ucapan Iqbaal terdengar sangar lirih, dengan getaran yang keluar.
"Gue ga mau kehilangan lo Aisyah"
Ia mengucapkan itu lagi.
Bahkan sekarang air mata Iqbaal sudah keluar dan membasahi pipinya.
Iqbaal menenggelamkan kepala di lekukan leher Aisyah.
"Gue sayang sama lo syah..."
"Gue ga mau kehilangan lo, gue gamau"
Senyum tipis terhias di wajah pucat Aisyah.
"Ka Iqbaal Aisyah juga sayang sama ka Iqbaal"
Aisyah mengurai melepas pelukannya.
Kedua tangannya menangkup pipi Iqbaal menghapus Air mata yang terus keluar.
"Ka Iqbaal malu maluin. Masa ka Iqbaal nangis sih" Ujar Aisyah dengan sedikit bercanda, berniat ingin membuat Iqbaal tersenyum.
Namun nihil, Iqbaal sama sekali tak merasa itu candaan.
Iqbaal memegang tangan Aisyah yang menangkup pipinya.
"Gue takut syah.."
"Gue takut lo bener bener pergi, gue takut.. "
"Gue ga mau kehilangan lo" tekan Iqbaal.
Aisyah mengurai senyum, sangat manis.
"Ka Iqbaal ga usah takut, kalau pun ia nanti Aisyah pergi. Aisyah perginya ga jauh"
Ia terlihat menghela nafasnya sebentar lalu menlanjutkan bicara"Cuma badan Aisyah doang ko yang pergi, Aisyah nya engga. Aisyah akan terus sama kalian, dihati kalian. Orang orang yang menyayangi Aisyah"
.
TBC
Feel nya kerasa apa engga? Kalo engga maaf hehe
Tinggalkan jejak Voted and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHILANGAN (end)
FanfictionTAHAP REVISI! AKU MOHON BANGET BUAT BACA, BACA CERITA YANG LAIN AJA DI WORK KU, KARENA YANG INI LAGI DI REVISI. SENGAJA GA AKU UNPUB SOALNYA PEMBACA DULU UDAH PADA BEDA TEMPAT. AKU SAYANG SAMA VOTE NYA HIKS:( SATU TAHUN BUAT INI DAN RASANYA SAYANG...