Part 2

2.4K 149 18
                                        

Angin sore bertiup pelan, kicauan burung juga mulai bersahut-sahutan.

Eh apaan si thor kayak baca puisi aja /plak.

Dering bel pulang sekolah menyegarkan mata Layla yang mulai mengantuk mendengar penjelasan Pak Jawhead yang luar biasa kayak main biola.
Miya membereskan buku-bukunya dan tasnya, begitu pula Layla. (Sebenarnya Miya juga buru-buru gara-gara di suruh sama Layla supaya nggak banyak fan-boy yang deketin Miya maupun Layla).

"Mi, pinjem catetan si." Pinta Layla.

"Nanti aku fotoin aja, mau kubelajarin ni catetan." Kata Miya.

"Ck, kerajinan." Timpal Layla.

"Mi, sebelah sini juga ya?" Odette nimbrung.

"Minta sama Layla gih." Cengir Miya yang dibalas kerucut bibir Odette.

Cengiran Miya yang begitu di lihat banyak cowok membuat mereka semua meleleh. Odette bergegas menuju Lancelot yang sudah menunggunya di luar kelas untuk berkencan mungkin? Entahlah.
Miya dan Layla melenggang pergi dari kelas.

"Miya, tunggu." Sebuah suara mengagetkan mereka.

"Ada apa, Chou?" Tanya Miya.

"Kamu.. manis, mau jadi pacarku nggak?" Kata Chou.

"Maaf, Chou.. tetapi aku tidak menyukaimu dan tidak ingin pacaran. Maaf ya?" Kata Miya.

Layla mengerilingkan matanya, tertawa dalam hati. Pelajaran lewat chattingnya dengan Miya sukses juga, supaya Miya bisa menolak cowok-cowok yang tidak ia sukai yang menembaknya. Layla juga sering di tembak cowok, rata-rata juga di tolak semua.
Chou berlalu dengan sakit hati yang tertampang.

"Pinter." Komentar Layla.

"Makasih." Jawab Miya.

"Mau ke apartemenku nggak?" Tawar Layla.

"Nggak deh, hari ini jadwal masak aku." Kata Miya, jujur.

"Ya sudah, kuylah. Duluan ya? Hati-hati!" Kata Layla.

"Ya!" Senyum Miya, Layla berlalu dengan jemputannya.

Miya menghela nafas ringan, ia melangkah menuju rumah sepupunya yang seumuran dengannya.
Diputarnya kunci rumah dan melepaskan sepatunya, lalu naik ke tangga dan masuk ke kamar biru mudanya yang cukup luas. Ia menghempaskan dirinya di kasur dan menaruh tasnya di bawah kasur.
Jangan pikir karena Miya perempuan dia rapi ya!

"Miya, kamu udah di rumah?" Sebuah suara memanggilnya.

"Sebentar!" Serunya sambil menuruni tangga.

Tampak sepupunya yang kelelahan entah darimana, seragamnya tampak kusut (padahal ia tidak ke sekolah), rambut marun panjang di kepangnya juga.

"Les, kamu mandi dulu sana. Aku masak makan malam dulu." Sahut Miya.

Lesley, sepupunya mengangguk perlahan dan menaiki tangga dengan lemas. Miya menggelengkan kepalanya melihat Lesley, bahkan Miya baru sadar kalau seragam putihnya belum ia lepaskan. Rok marunnya juga apalagi, masih belum di cucinya dari 2 hari yang lalu.
Sebentar ini, masak doang.

"Les? Kau di dalam?" Miya mengetuk pintu kamar Lesley yang berdepan-depanan dengannya.

Miya mengusap-usap rambut panjangnya yang basah sehabis mandi dengan handuk. Mengetuk pintu Lesley sekali lagi, tidak ada jawaban. Miya menggantungkan handuknya lalu membuka pintu Lesley.

"Aku masuk ya.. Lesley!" Seru Miya.

Sepupunya itu tergeletak di lantai kayu. Wajahnya pucat dan cairan berbau besi keluar dari hidungnya. Di pegangnya wajah Lesley, super-panas!
Miya menghela nafas, Lesley memang begini. Suka memaksakan diri, ia mengambil kotak tisu dan mengelap darah yang mengucur dari hidung Lesley. Ia berusaha mengangkat Lesley ke kasurnya namun, ia tidak kuat.

"Harley.. Harley.. pulanglah.." gumam Miya.

Beginilah kehidupan mereka bertiga, menurut versi yang Miya ketahui sih.. kedua orang tua Miya meninggal karena kecelakaan, lalu Miya di adopsi orang tua Lesley dan Harley sepupunya itu dan tinggal bersama mereka di situ. Orang tua mereka terlalu sibuk bekerja, uang dikirimkan banyak ke rekening Miya untuk kehidupan mereka sehari-harinya. Miya berpikir, sebuah kebetulan bisa bertemu sahabat lama di kota asing.

~telepon disambungkan~

"Harley!" Seru Miya di telepon.

"Ada apa sih, Kak? Sampai histeris begitu." Kata Harley di telepon.

"Kakakmu ini, Harley. Dia pingsan, terus mimisan, badannya panas, super-panas. Aku nggak kuat angkat, kamu bisa pulang nggak? Atau kalau ganggu nggak apa-apa, aku akan berusaha lebih." Kata Miya.

"Hah? Yang benar? Aku sedang dalam perjalanan bersama Nana, Kak Miya. Tunggu ya?" Kata Harley, terdengar panik.

"Ditunggu, Harley. Segeralah!" Seru Miya.

~telepon diputus~

"Erm.. Nana, Kak Lesley jatuh pingsan di rumah. Apa aku boleh ke rumah dulu baru mengantarmu?" Kata Harley pada Nana di jok penumpang.

"Eh? Baiklah, tidak apa-apa. Kasihan Kak Miya juga. Mengebutlah, Har!" Seru gadis berambut pink itu, Nana.

Harley menambah kecepatan mobilnya, dengan panik menghiasi wajahnya. Tidak mau ada yang terjadi pada kakak semata wayangnya itu, dan juga kakak sepupunya yang sangat ia sayangi. Nana juga sangat khawatir pada kakak sahabatnya itu.

Brak!

"Kak Miya! Kak Lesley?!" Seru Harley terengah-engah berlari menaiki tangga di ikuti Nana.

"Iya, bisa minta tolong?" Miya menyeringis pelan sambil tetap memoleskan tisu di hidung Lesley yang darahnya tidak kian berhenti.

Harley dan Nana dengan sigap mengangkat tubuh lemah Lesley itu, Miya mengambil kesempatan tersebut untuk mengambil es di lemari pembeku dan menempelkannya di hidung Lesley.

"Nana, bisakah aku meminta tolong untuk mengambilkan air hangat?" Tanya Miya yang dijawab anggukan dan derapan menuju dapur.

"Lesley.. kumohon.." gumam Miya. "Harley, mandilah dahulu. Lalu bantu aku mengompresi Lesley."

Harley mengangguk dan segera berlari ke kamar sebelah, kamarnya dan mandi secepat mungkin. Nana kembali dengan selembar kain dan air hangat, Miya mengompresi Lesley.

"Kakak, makanlah dahulu." Kata Nana.

"Tidak Nana, aku akan makan bersama Lesley." Kata Miya.

Tak terasa, malam pun tiba. Pukul 19.00, Miya menyerah dan mulai makan terlebih dahulu. Ia membawakan ke kamar makanan Lesley setelah mencuci piringnya dan piring Harley.

"Dia sudah sadar?" Tanya Miya sambil mengelus kepala Harley yang dibalas gelengan sedih, juga Nana yang sibuk mengompresi Lesley.

"Kak, Harley. Kak Lesley siuman!" Nana berkata sambil melepaskan kompresnya.

Miya buru-buru menghampiri sepupunya itu, Lesley mengerjap-ngerjapkan matanya. Harley menghela nafas lega, berikut pula Nana. Miya membantunya duduk.

"A.. apa yang terja..di?" Tanya Lesley.

"Tidak apa-apa. Hey, makanlah." Senyum Miya lembut. "Ayo, 'ah' gitu."

---

The Moon Elf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang