Matahari bersinar cerah mengilaukan rambut putih seorang gadis yang cantik jelita. Di mulutnya sebuah bolpoin biru di gigitnya dan di tangannya terdapat lembaran-lembaran kertas yang penuh dengan tulisan-tulisan rumit dan penuh coretan.
"Blade of despair sama... ini.. eem.. em.." gumam gadis tersebut sambil tetap berpikir.
"Miyaaa!!!" Sebuah teriakan gadis manis mengejutkannya.
Layla, nama gadis itu. Sahabat Miya yang cantik dan manis, rambutnya pirang di ikat memanjang sampai ke punggungnya. Ia menepuk bahu Miya pelan, yang di sambut omelan Miya akan kebiasaan sahabatnya tersebut yaitu mengejutkannya dari belakang. Cengiran manisnya seakan-akan berkata 'maaf, tidak sengaja oke?'.
Akademi-ML prep adalah tujuan mereka. Sebuah sekolah elite di kota tersebut. Beberapa murid-murid sekolahan tersebut juga mulai bermunculan dan bersenda-gurau dengan teman masing-masing, berbeda dengan Miya dan Layla.
Layla tidak menghentikan ocehannya dan Miya tidak menanggapi sama sekali, ia sibuk menghapal.JDUAK!
"Aduh.." rintih Miya yang di sambut tawa Layla.
"Kangen banget kepalamu sama tiang listrik, mau kayak Pak Setnov itu?" Tawa Layla.
"Kamu tidak mengingatkanku, Layla!" Kata Miya.
"Suruh siapa kamu terlalu fokus." Layla membela diri.
"Tapi kan fokus belajar itu baik, bukan fokus bermain hp, La." Dengus Miya, menyindir kebiasaan Layla.
"Baiklah, terserah. Tapi ada baiknya kamu simpan dulu kertas-kertas butek itu, keluarin lagi aja pas nyampe sekolah dan belum bel." Sahut Layla.
"Terserah." Kata Miya menyerah.
Gerbang akademi terlihat, kedua gadis cantik ini memasuki gerbang dan kelas mereka yang kebetulan sekelas. Miya segera duduk manis di kursinya dan mulai belajar.
"Miya, ini permen untukmu." Kata Clint begitu melihat Miya memasuki kelas.
"Terima kasih, tetapi lain kali saja." Tolak Miya halus.
"Untukku saja!" Seru Layla bersemangat.
"Hei, aku membeli permen mahal itu khusus untuk Miya tahu! Mana mungkin aku mau memberikannya padamu!" Seru Clint.
"Berikan saja pada Layla, Clint. Kalau kau memberikannya padanya aku juga akan meminta." Kata Miya, sambil tetap fokus membaca.
"Ba.. baiklah." Kata Clint gugup.
Clint menyerahkan bungkusan permen putih yang telah dihiasnya dengan sebuah pita biru muda pada Layla dengan berat hati. Sepeninggal Clint, Layla menjulurkan lidahnya sengit dan membuka kotak permen mahal tersebut.
"Hei, Mi. Kamu harus belajar peka suatu hari. Kamu nggak boleh gini terus, kamu juga terlalu polos." Kata Layla dengan mulut penuh.
"Buat apa?" Tanya Miya polos.
"Buat dapet pacar Miya sayang!!" Gerutu Layla yang luar biasa peka sampe selalu kege-eran.
"Gak butuh." Katanya dingin.
Layla berdecak pelan, sebenarnya ia menyuruh Miya jangan terlalu polos supaya kejadian masa kecilnya tidak terulang. Miya sendiri mengalami amnesia sebagian tentang itu dan hanya Layla yang merupakan sahabat Miya dari kecil yang mengingatnya, semua terjadi karena kepolosan dan ketidak-pekaan Miya.
Layla menyerah dan mengeluarkan bukunya, berharap ia dapat tuntas tes hari ini tanpa nilai pas-pasan."Andai kau mengingat hari orang tuamu meninggal itu Miya, aku tidak mau kau menderita lagi karena kepolosanmu." Batin Layla dalam hati.
Berjam-jam berlalu, suasana suram memenuhi kelas Miya. Lembaran soal ujian berkali-kali di bolak-balik, kali ini memang luar biasa menyusahkan.
Bel istirahat pun menyelamatkan mereka."YIPPIEEE!!!"
Sorakan dari nyaris seluruh kelas memenuhi sekolah, mereka benar-benar penat dengan ujian ini. Satu-persatu mengumpulkan kertas ujian mereka dengan doa supaya tuntas dengan nilai yang pas-pasan juga nggak apa-apa.
Miya dan Layla memutuskan untuk ke kantin, (Layla menggeret Miya ke kantin minta di temenin beli es). Mereka menyegarkan otak mereka yang sudah panas."Miya, ikut aku dong." Clint meraih pergelangan tangan Miya yang baru duduk.
"Eh? Mau apa?" Tanya Miya.
"Mau ngomong, penting." Kata Clint sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Layla mengamati Clint judes, ia tahu Clint menyukai Miya. Seorang gadis cantik luar biasa, genius, dan berkelakuan baik. Mana mungkin hal-hal tersebut tidak menarik para murid pria?
Layla mendengus, bukan hanya Clint yang menyukainya. Banyak murid pria lainnya."Erm.." Miya hendak mengiyakan dan di potong Layla.
"Tidak, Miya harus mengajariku biologi. Lain kali saja ya Clint? Terima kasih." Sahut Layla sambil menarik Miya pergi.
"Eh! Woi! Layla!" Seru Clint, menatap Miya dan Layla yang berlari pergi.
"Kamu kenapa sih, La?" Tanya Miya.
"Kamu tau nggak kalau dia suka sama kamu?" Gerutu Layla.
"Nggak." Kata Miya polos, mengerjapkan mata violet bulatnya yang sangat indah. "Memang iya?"
"Iyaa! Keliatan banget Miya, kamu suka sama dia?" Sahut Layla.
"Nggak." Kata Miya lagi.
"Ya sudah, jangan ikuti permintaan dia lagi. Palingan dia mau nembak kamu. Ribet kan?" Kata Layla menggurui Miya.
"Iya." Kata Miya masih terkejut dengan Layla.
"Ayo, ke kelas saja. Banyak pengganggu di kantin." Kata Layla, sebal.
"Miya, Layla! Gitu ya, aku di tinggal." Seorang gadis cantik berambut kecokelatan menepuk pundak keduanya saat mereka di kelas.
"Eh, O.. Odette. Maaf, ini sih si Laylanya narik-narik aku terus." Kata Miya.
"Ya elah, jangan ngomong gitu juga dong! Aku yang keliatan jadi yang jahatnya tau." Kata Layla.
"Eh, ya sudah. Maksudku, tadi aku dan Layla ingin cepat-cepat mendinginkan otak kami." Kata Miya mengoreksi.
Pletak!
"Aw, sakit Odette." Kata Layla mengelus jidatnya yang di jitak Odette.
"Kamu pikir aku tidak mau mendinginkan otak?! Aku juga mau kali!" Seru Odette kesal.
Miya nyengir saat melihat kedua temannya malah beradu mulut dan saling jitak, mereka lalu kejar-kejaran seperti anak kecil saja.
"Odette, Beautifull Odette!" Sebuah suara menghentikan Odette.
Layla berhenti dan terengah-engah, Miya tersenyum kecil, Odette menampilkan sebuah cengiran besar yang sangat manis.
"Lancelot!" Serunya sambil menghampiri pacarnya itu. Semua murid di akademi sudah tahu dan mengerti kalau mereka pacaran dan mesra kebangetan.
"Akhirnya, tuh emak-emak balik sama pacarnya. Baguslah, gila jitakannya maknyus." Gerutu Layla, menatap kepergian kedua sejoli itu.
"Kamu juga, terlalu gampang di pancing sih." Ucap Miya.
"Ya, dia nggak akan gitu kalo kamu nggak ngomong gitu, Mi." Kata Layla.
"Hehe.. maaf." Kata Miya, sweatdropped.
"Jangan polos-polos kayak kertas putih, Mi!" Guru Layla.
"Iya, La." Cengir Miya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Elf [Complete]
FanficKehidupan Miya yang biasa-biasa saja sebagai gadis cantik yang cerdas berubah semenjak kedatangan anak baru itu, Alucard. Dibantu sepupu-sepupunya, dan sahabatnya ia berusaha menemukan jati diri sebenarnya yang terkubur bersama masa lalunya. Apa Miy...