Part 9

1.8K 113 1
                                        

Miya berlari ke kelasnya sambil menutup mulutnya. Masih sedikit terkejut atas perkataan Alucard tentang sahabatnya dari kecil, juga tidak menyangka.

"Memangnya apa yang dilakukan Layla?" Tanya Miya.

"Tentu saja dia juga menolongmu selain dua malaikat penolong dan pelindungmu, yah kau tahu elf dari golongan kerajaan selalu punya malaikat seperti itu." Ujar Alucard santai.

"Lalu kemana mereka?" Tanya Miya.

"Tentu saja melacak posisi monster itu, yang telah dibasmi papamu ke sebuah negeri antah berantah. Sebenarnya ia yakin monster itu dapat kembali, tetapi beliau begitu karena memberimu waktu untuk menjadi kuat." Jelas Alucard.

"La.. lalu.. Layla?" Miya masih belum mempercayai fakta Layla terlibat juga.

"Dia bahkan tahu kejadian yang kau lupakan, Putri Miya. Apa kau tidak menyadarinya?" Sahut Alucard sambil mengedikan bahunya.

Miya langsung berlari setelah itu untuk memastikan kebenaran yang dikatakan Alucard. Sementara Alucard bernafas lega, jantungnya sudah berdebar-debar terus saat berada didekatnya.

"Setidaknya aku memberi tahumu sepotong kecil fakta yang tersimpan begitu dalam di biografimu.. Putri Miya."

Miya berlari ke kelasnya, nihil. Layla tidak disana, di kantin? Anak itu juga tidak nampak batang hidungnya, padahal ia meninggalkannya dengan Clint disini.
Kalau mereka berdebat pasti lama sih, dan ribut banget.
Kenapa mereka malah tidak ada disini?
Diusir kah gara-gara terlalu berisik? Ah tidak mungkin, tapi sepertinya ada kemungkinan.. atau dia sudah pulang.
Miya tidak menyerah begitu saja, ia berusaha mencari Layla lagi.

Sementara itu.. di daerah sekolah yang sepi..

"Lance, apa Alu memberi tahumu sesuatu?" Gadis itu bertanya pada pacar dihadapannya itu, Lancelot

"Entahlah, apa dia berhasil membantu Putri Miya menemukan jati dirinya. Tugas kita disini 'kan hanya menjaganya sampai Alu datang." Jawab Lancelot.

"Haah.. aku sih sudah lumayan bersahabat dengannya.. tetapi akhir-akhir ini aku meninggalkannya dengan Layla, aku pikir supaya Alu bisa mendekatinya ternyata sepupunya malah pulang bareng dia.. huft, capek." Keluh Odette, "mana ujiannya susah lagi, kemarin 'kan aku nggak belajar!"

Pletak!

"Sakit, beb." Odette meringis memegangi dahinya yang dijitak Lancelot.

"Kamu tuh.. sudah belajar di sekolah kok, tinggal mengulang saja susah." Kekeh Lancelot.

"Walaupun mengulang, tetap harus membaca-baca sekilas lagi dong. Aku sudah membaca sekilas saat sebelum bel masuk, tapi yang keluar bukan yang kubaca." Odette cemberut.

"Hahaha, sini deh.." Lancelot memeluk Odette dari samping, "kemarin kamu sibuk teleponan sama Raja Tigreal sih."

"Kamu juga!" Odette menjitak kepala Lancelot yang keras, "tapi kamu bisa nggak ujiannya?"

"Nggak." Lancelot tertawa setelah itu yang dibalas cemberut Odette. "Kangen pulang ke istana ya.."

"Iya jadinya, daripada ujian disini. Nyiksa." Gerutu Odette, Lancelot mengecup pipinya perlahan.

"Kangen kamar atau danau angsanya hm? Putri Angsa?" Goda Lancelot.

"Dua-duanya!" Odette tertawa geli. "Kira-kira Alu sudah tahu sesuatu belum ya? Sampai Raja Tigreal panik kemarin gara-gara dia belum menelepon sampai malam?"

Layla bergumam-gumam mengumandangkan lagu yang didengarnya dari MP3 kesayangannya, sampai ponselnya yang berdering terus tidak dihiraukannya. Ia duduk di kursi taman dan menikmati lagunya dengan pemandangan air mancur.
1 jam lagi murid-murid boleh pulang, yey!

"Bener-bener ni anak, dicariin!" Miya melepas earphone Layla yang menyumbat telinganya dan menjewernya.

"Ooiii!! Sakeeet!! Lepasin telingaku mamak kedua!!! Nanti telingaku lember kayak pangsit mamak kesatuku marah-maraah!!" Jerit Layla ceplas-ceplos.

"Makanya, orang lagi panik nyariin situ malah santai-santai disini." Gerutu Miya sambil duduk disebelahnya.

"Maaf, 'kan udah jam bebas. So, I'll do everything that I want silly." Ujar Layla. "Emang kenapa sih aku sampai dicariin banget gitu? Doi nembak?"

"Iih, bukaan!" Miya mengerucutkan bibirnya. "Aku mau bertanya.. sesuatu tentang.. persahabatan kita dari kecil ini."
Perkataan Miya yang satu ini, biasanya membuat Layla seperti biasa ceplas-ceplos tertegun.

"Jangan disini lah." Layla segera menarik Miya.

"Kemana? Eeh! Pelan-pelan, La!" Seru Miya sambil tergeret-geret.

Sementara itu sepasang mata ungu bercahaya yang tidak mereka sadari mengamati mereka terus menerus di dalam bayangan gelap.

"Target ditemukan." Bisiknya.

"Bagus, Helcurt. Kita hanya harus menunggu saat yang tepat, Putri elf bulan itu masih lemah dan tidak mengetahui potenis elf yang dimilikinya. Kita bisa menyerangnya hanya dengan pasukanku saja, beritahu mereka panglimaku, jangan lupa sertakan Moskov dalam penyerangan." Sebuah suara dingin keluar dari sebuah bayangan.

"Dimengerti, Tuan Argus." Helcurt tersenyum licik.

Ssh..!!!

Seketika itu juga, ia lenyap beserta bayangan gelapnya.

Alucard, Odette, dan Lancelot segera mengadahkan kepala mereka ke langit saat tubuh mereka merasakan kejanggalan.
Sebuah kekuatan gelap mistis telah muncul, firasat buruk menghantui pikiran mereka dalam kejadian terburuk yang bisa saja terjadi.

"Tuan Putri Moonlight Archer Miya, semoga kau selalu dilindungi. Kekuatan gelap telah bangkit, penyerangan akan dilaksanakan dalam hitungan hari.."

Layla menarik Miya ke dalam toilet dan menguncinya.
Gini-gini toilet itu kedap suara manusia loh! Elit ya!

"Kau.. mengingat sesuatu?" Layla berbisik.

"Aku mengingat tentang Kastil Bulan, aku melihat bayanganmu di mimpiku yang membuatku teringat. Apa.. kau mengetahui sesuatu dalam masa laluku?" Miya berbisik juga.

"Aku justru tahu lebih banyak daripada sebuah 'sesuatu' Miya, kuakui. Tetapi aku tidak bisa memberi tahumu, aku sudah berjanji pada kedua malaikat pelindungmu." Bisik Layla. "Maafkan aku."

"Aku tidak menyalahkanmu, La. Kau sahabatku." Miya memeluk Layla yang mulai terisak, "aku hanya penasaran.. setelah Alucard memberi tahuku kelengkapan tentang potongan masa laluku yang kuingat.."

"Alucard tahu semuanya?" Bisik Layla.

"Dia bilang, kehidupanku tertulis didalam sebuah jurnal. Semacam biografi yang dipegang olehnya, tentang segala macam kenanganku di setiap tarikan nafasku." Bisik Miya.

Elah, napa bisik-bisikan sih? Ya antisipasi aja barangkali ada yang denger diluar ._.

"Oh.. begitu.." Layla mengangguk-angguk, "tetapi, Mi.. kalau kau harus memenuhi ramalan itu.."

"Iya, aku harus. Apa kau bersamaku?" Bisik Miya.

"Tentu saja, Miya. Aku selalu disampingmu." Senyum Layla, lalu mereka berpelukan.

---

The Moon Elf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang