Lesley POV :
Aku mendecak saat melihat namaku tertera di sebelah sebuah nama yang sudah tidak asing bagiku.
Gusion.
Yah, dia akan menjadi mentorku. Sungguh memalukan bahwa aku si gadis-mabuk-pesawat dibimbing oleh penolong-dari-si-gadis-mabuk-pesawat."Apa kabar nona-mabuk-pesawat? Kuharap kau baik-baik saja setelah pingsan." Sebuah suara berat mengejutkanku dari belakang.
"Aku baik, terima kasih sudah menolongku. Omong-omong, tuan-tak-kukenal, aku juga punya nama." Balasku sambil membalik tubuhku menuju tubuh pemuda itu yang berdiri tegap di belakangku.
Oh, Holly Crap!
Dia tinggi juga, aku harus mendengak untuk melihat wajahnya. Yah, tidak mendengak-dengak banget sih.. emang aku sependek apa dan dia setinggi apa? Aku sependek semut dan dia setinggi jerapah? Ayolah, tidak separah itu."Tentu saja kau punya nama, Nona Lesley. Kau juga pasti sebenarnya tahu namaku, dari sepupumu." Balasnya.
"Tentu aku tahu, Tuan Gusion. Terima kasih karena membuatku diejek olehnya." Sahutku dongkol.
"Ayolah, jangan ngambek. Memangnya kau mau aku apakan agar dia tidak mengejekmu lagi? Ah, lupakan. Mau melatih tembak-menembak?" Ujarnya mengalihkan pembicaraan.
Ah, menyebalkan. Dia mengalihkan pembicaraan ke sebuah pembicaraan menarik yang tidak bisa kutolak mentah-mentah walaupun aku gengsi setengah-mati.
"Huh, kenapa kau tiba-tiba mengajakku?" Ah!! Demi jiwa tsundere yang tiba-tiba bangkit! Kenapa harus sekarang?!
"Tidak perlu gengsi." Senyumnya, memamerkan senyum menawannya.. tidak apa yang kupikirkan?! "Aku tahu kamu suka tembak-menembak. Ada mesin simulasi menembak, kau mau mencobanya?"
"Baiklah.." aku pura-pura menuruti bujukannya dengan terpaksa, tetapi sepertinya ia tidak menyadari kalau aku sebenarnya sangat exited.
Atau menyadarinya, entahlah aku tidak peduli!!
Aku menembak-nembak para teroris yang ada dalam cerita tersebut, cara belajar yang menarik.. dan Gusion kalah secara telak dariku. Wajah berkeringatnya tampak keren saat menerima kekalahannya.
Tunggu, apa yang kupikirkan? Ayolah, kau bukan gadis yang mudah terperangkap di dalam pesona pria Lesley! Sadar!"Sepertinya kau harus mengendur sedikit, Lesley. Aku meremehkanmu." Gusion mengelap keringat di dahinya, "bagaimana kita taruhan?"
"Taruhan apa?" Tanyaku.
"Yang kalah.. traktir makan siang!" Jawabnya, "habis ini 'kan jam makan siang nona."
"Baiklah, jangan lupa siapkan uangmu." Ujarku sambil memulai permainan.
"Jangan meremehkanku, nona Lesley. Aku dulu jago memainkan ini berkali-kali dan menjuarainya." Gusion terkekeh sambil memandangku.
~~
"Dua es krim vanilla satu toping cokelat dan satu polos." Akai memberi Gusion dua gelas kaca es krim, Gusion mengeluarkan dua lembar uang dollar.
"Simpan kembaliannya." Sahut Gusion saat Akai akan memberinya kembalian, dengan dongkol ia berjalan menuju sebuah meja dekat kaca yang di duduki Lesley.
"Asyik, terima kasih Gusion." Cengir Lesley sambil meraup es krim kemenangannya. Es krim vanilla polos sih, tapi ya lumayan gratisan.. rezeki nomplok.
Gusion duduk dihadapan Lesley yang mulai menyendok es krimnya. Es krimnya tidak menarik untuk dimakan setelah kekalahan yang luar biasa memalukan dari seorang gadis.
Memang sih, saat Lesley memeriksa leaderboard simulasi menembak itu Gusion berada di urutan pertama.. sebelum Lesley menendangnya dan menjadikannya urutan kedua setelah dirinya. Kekalahan dari seorang gadis lho, semangat bermain gamenya hilang seketika."Kuharap kau makan Gusion, aku merasa tidak enak. Seperti aku sehabis memerasmu." Lesley berhenti memakan es krimnya dan cekikikan.
"Yah, aku mulai penasaran dengan gadis sepertimu yang bisa mengalahkanku dengan mudah dan berturut-turut." Gusion mendengus. "Entah kenapa takdir selalu mempertemukan aku dengamu."
"Hem? Kurasa aku hanya bertemu denganmu sekali dan kali ini saja?" Lesley menautkan alisnya.
"Yah.. lupakanlah dumelanku, lagipula aku akan mengajarkanmu menjadi assassin yang handal." Gusion mulai menyuap es krimnya, "menembak tadi hanya untuk memperbaiki moodmu dan membangun kepercayaan dirimu padaku tahu?"
"Tahu." Lesley menyantap es krimnya lagi, duuh.. meskipun dia gadis dia tidak peduli yang namanya 'belepotan'.
"Hei, poleskan lagi sedikit es krim pada pipi kirimu, kau akan jadi santa-Claus kecepatan datang." Ejek Gusion saat menyadari hal itu.
"Benarkah? Ya ampun, aku suka sekali es krim ini sampai lupa belepotan kali ya? Tisu.. argh! Mana tisu? Apa akademi ini tidak menyediakan tisu?" Gerutu Lesley panjang dan lebar.
"Tidak, tetapi uluran pertolongan selalu." Gusion tersenyum, lalu mengulurkan tangannya ke sakunya.
Ia mengeluarkan lagi tangannya dengan sesuatu di situ, lalu mengesampingkan gelas es krim kosongnya dan mengelap mulut Lesley.
Lesley memerah untuk beberapa saat, terpaku dengan kejadian itu. Tubuhnya serasa membeku saat Gusion menyapu es krim di mulutnya lembut."Nah, bersih lagi 'kan?" Senyumnya, tampaknya puas menjadikan gadis dihadapannya memerah. Namun dirinya sendiri juga berdegub kencang.
"Baiklah." Lesley mengubah arah pembicaraan, "aku kenyang, apa aku bisa segera berlatih. Tunggu, aku tidak melihat Miya.. dimana dia sekarang?"
"Dia bersama Alucard tentu saja." Gusion menjawab enteng, "Alucard ditugaskan untuknya."
Mulut indah Lesley membentuk huruf O, Gusion tersenyum melihat wajah cantik gadis dihadapannya. Sebenarnya dia menyangkal terus saar pikirannya mengatakan Lesley cantik, namun apa daya.. sebuah kenyataan buatnya!
Di tempat lain di akademi itu..
"Naah, Harley. Kau hanya perlu menggandakan kartu-kartu itu tidak lebih. Nah, begitu!" Valir mengajari Harley di sebuah ruangan.
Kartu-kartu yang menyakitkan mengenai seorang bertopeng hitam yang melintas.
"Aw, lihat kemana kau melempar sihirmu. Tuan Vance." Orang itu mengomel.
"Haya-kun! Jangan marah, Harley tidak bermaksud.." si gadis berpayung, yang tadi mengajari Nana menghampirinya. Kagura.
"Iya.. Ka-chan, habis capek saja. Karina lumayan juga." Pria itu tersenyum dibalik topengnya.
"Ehehehe, ya sudah jangan marah-marah. Clint, Layla, Nana, Harley, Bruno, Chou, Karina, Natalia, Fanny, Lolita, Odette, Lancelot, Roger, Saber, Zilong, Valir, dan aku akan ke cafetaria makanya kami berkumpul disini. Kau mau ikut?" Kagura mengoceh panjang lebar.
"Boleh." Jawaban singkat itu yang keluar dari mulut Hayabusa.
Setibanya mereka disana, cafetaria akademi sudah mulai renggang. Mereka dapat dengan leluasa mengambil makanan, dan mencari tempat duduk.
"Lihat.. Gusion.." bisik Roger pada Saber.
"Wow, dua orang mulai jatuh cinta sepertinya." Komentar Saber saat melihat Gusion mengelap mulut Lesley.
"Wow, siapa itu yang dengan kakakku?" Harley menunjuk Gusion.
"Gusion, tidak perlu khawatir pada kakakmu Harley. Gusion adalah pria baik-baik. Jangan ganggu mereka dahulu." Kekeh Lancelot.
Mereka tersenyum-senyum melihat keduanya dan memilih duduk jauh dari keduanya sambil makan. Tentu saja beberapa dari mereka yang sudah taken sambil ngobrol dengan sang doi dong..
---

KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Elf [Complete]
FanficKehidupan Miya yang biasa-biasa saja sebagai gadis cantik yang cerdas berubah semenjak kedatangan anak baru itu, Alucard. Dibantu sepupu-sepupunya, dan sahabatnya ia berusaha menemukan jati diri sebenarnya yang terkubur bersama masa lalunya. Apa Miy...