Part 3

2.2K 139 7
                                    

Srrr...

Miya mencuci piring bekas makan Lesley. Lalu ia memotretkan catatannya untuk Layla dan Odette. Ia menggosok giginya dan menuju kamar Lesley.

"Les, kamu udah enakan?" Tanyanya.

"Lumayan, makasih." Kata sepupunya itu.

"Nana, kamu nggak pulang?" Tanyanya pada gadis berambut pink yang duduk di sebelah kasur Lesley.

"Eh, iya aku sampai lupa." Harley bergumam pelan, "kuantar ya?"

"Tidak perlu, Har. Aku menginap saja di sini, papa dan mama juga sedang menjenguk nenek dan pulang 1 minggu lagi. Lagipula, aku khawatir dengan Kak Lesley." Senyum Nana hangat.

"Hm.. baiklah, Nana kau bisa memakai kamarku. Aku akan bersama Lesley." Senyum Miya sambil mengacak poni Nana. "Ambilah beberapa pakaian dari rumahmu. Harley, Temani dia ya?"

Harley mengangguk dan menggandeng tangan Nana. Ia menuruni tangga mengambil kunci mobilnya di ikuti Nana, Miya mengikuti mereka sampai ke pintu. Dan saat ia yakin mereka berlalu, ia cepat-cepat kembali ke kamar Lesley.

"Les, sudah berapa kali kubilang. Jangan terlalu memaksakan diri, lihat apa yang terjadi." Kata Miya.

"Aku harus melakukannya, Mi." Kata Lesley sambil duduk. "Aku tidak mau gelisah terus-terusan.".

"Kamu tidak perlu gelisah, Les. Berapa kali kubilang. Kau saudaraku, sepupu terdekatku. Jangan merasa sungkan untuk bercerita padaku, lagipula uang di rekeningku bertambah terus tiap bulannya. Lancar, semua baik-baik saja." Sahut Miya. "Aku tahu kamu mencari orang tuamu karena..."

"Aku harus menemukan mereka. Aku selalu berfirasat sesuatu yang buruk telah terjadi, Mi." Ujar Lesley.

"Les.." Miya memeluk Lesley, "berdoalah supaya mereka selalu baik-baik saja. Oh iya, tadi Harley sudah membersihkan snipermu. Istirahatlah."

Lesley tersenyum, ia melepaskan penutup matanya. Memutuskan untuk mandi, setelah mandi ia membiarkan rambut marunnya terjuntai indah begitu saja. Lesley merasa dirinya beruntung memiliki sepupu yang sangat baik dan perhatian padanya, namun.. perasaan sesak itu terus memenuhi hatinya.

Sementara itu.. di rumah Nana..

Nana melipat bajunya dan meletakannya di sebuah tas kecil. Ia memutuskan untuk menginap di rumah Harley, sahabatnya itu sampai Lesley sembuh.
Ia menganggap Lesley adalah kakaknya sendiri, ia sangat menyayangi Lesley, Harley, dan Miya.

"Aku sudah siap, Har. Kamu mau minum dulu?" Tawar Nana.

Cowok seumurannya yang berparas tampan itu mendatanginya dari sofa ruang tamu, tersenyum perlahan padanya.
Senyum itu sukses membuatnya memerah.

"Tawarin dari tadi dong, aku haus nih." Harley terkekeh pelan.

Nana tersenyum, ia menuangkan segelas air putih dingin dan memberikannya pada Harley.
Jantungnya tak berhenti berdegup.
Jujur saja, Nana memiliki perasaan pada Harley. Namun ia merasa bahwa perasaan itu mustahil untuk di balas oleh seorang seperti Harley, meskipun Harley sering kesepian di sekolah karena cap anak berandalnya Nana tidak pernah bosan berteman dengannya.
Bahkan jatuh cinta padanya.

"Makasih." Senyum Harley pada Nana yang masih asyik berbengong-bengong ria.
"Panggilan kepada Nana..? Halo??"

"Eh?" Nana tersadar dari lamunannya, ia mengambil gelas yang di sodorkan Harley dan meletakannya di meja.

"Bengongin apa hayo? Aku ya?" Goda Harley, ia pun cekikikan.

"Geer kamu!" Kata Nana sambil terkikik pelan, ia meninju dada Harley pelan. Wajahnya memerah, Harley seperti bisa membaca pikirannya!

Nana mencuci gelas yang tadi di pakai Harley. Ia terbiasa bersih dan langsung tanpa ada komando. Harley memandangi Nana yang memunggunginya, sedang mencuci gelasnya.
Ia mengangkat sudut bibirnya sebelah, ia memang menyukai.. sangat menyukai Nana dari awal pertemuannya.
Bisa di bilang, cinta pada pandangan pertama.
Tapi ia berpikir, mana mungkin gadis secantik dan sebaik Nana mau dengannya? Seorang berandal sekolah.
Tetapi, kalau ia diam saja ia tidak akan tahu kebenarannya. Nggak mungkin selamanya dia di friendzone 'kan?

"Yuk, sudah nih." Senyum Nana membuyarkan lamunan Harley.

"Kamu lagi suka sama orang nggak?" Tanyanya mendadak, sambil mengangkat tas Nana.

"Eh? Harley? Apa maksudmu? Menyukai sesorang? Kenapa kau bertanya tiba-tiba? Erm.. iya sih, aku sedang menyukai seseorang.." gumam Nana.

"Oh." Ujar Harley singkat, pupus sudah harapannya untuk memiliki Nana.

"Kenapa nanya gitu mendadak?" Tanya Nana, wajahnya tampak memerah. Sama merahnya dengan Harley.

"Nggak, nggak ada apa-apa. Yuk, kakak-kakak pasti sudah menunggu di rumah." Cengir Harley, menutupi kesedihannya.

Nana mendengus kecil, ia sudah berharap salah Harley akan menyatakan perasaanya atau apa..
Namun begitulah Harley, walaupun ia sedang bersedih atau apapun ia selalu berpura-pura ceria. Mereka pun melesat menuju rumah Harley, dan menemui Miya yang sudah menunggu.

"Lama banget kamu, Dek." Cubit Lesley ke pipi tembem Harley.

"Eeeehh!! Aduh, Kak! Nanti pipiku molor!" Seru Harley mengaduh kesakitan. "Kok kakak bangun dari tempat tidur sih? Di suruh istirahat juga!" Gerutuan Harley dibalas cengiran Lesley.

"Kalau tidur terus, kakakmu ini nanti pusing." Miya yang menjawab. "Nana, yuk."

Nana mengikuti Miya ke kamarnya. Namun begitu mereka sampai, Miya lupa membereskan kamarnya yang super-messy.
Catatan dan buku-buku bertebaran di lantai dan kasur, bungkus cemilan ada yang masih nempel di tiang kasur, baju-baju kotor ada yang di gelar di bawah.

"Ups, maaf Nana. Aku lupa membereskan kamarku." Cengir Miya sambil mulai berberes.

"Hihihi, biar kubantu Kak Miya." Senyum Nana.

"Ya ampun, Miya. Ternyata kamu lebih berantakan daripada aku!" Lesley berseru dengan suara serak di daun pintu putih kamar Miya.

"Kali ini aja tau, sisa hari lainnya sih rapi. Beda yang di rapiin sama orang lain sih." Cibir Miya menyindir Lesley yang kamarnya masih sering di bersihkan oleh dirinya.

Lesley memerah sejenak, lalu ia segera di gusur oleh Harley untuk segera tidur. Miya juga di tariknya untuk menjadi satpam Lesley agar kakak perempuannya itu tidur, sementara dirinya sambil PDKT dikit-dikit membantu Nana membereskan kamar Miya yang bak kapal pecah.

---

The Moon Elf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang