Part 23

1.5K 103 4
                                    

"Toet! Toet! Toeet!! Saatnya undian waltz pertama!!" Roger berseru-seru dengan malas, hidungnya ditancap bola merah sehingga tampak mengenaskan.

"Yaak! Topi undian-topi undian diacak weheeew..!!" Chou menambah seruan Roger yang sama malas-malasannya, ditambah malu.

Tigreal dan Natalia maju kepanggung, mengambil sebuah kertas dari topi yang dikocok oleh Chou, dan membacakan siapa yang menari.

"Zilong??!!" Seru Natalia, "bagaimana dia menari? Ia tidak punya pasangan, Tigreal." Bisiknya.

"Masalahnya, aturan bertahun-tahun adalah 'yang-terpilih-pertama-tidak-boleh-diganti-yang-lain' baiklah, kita cari gadis sukarelawan." Gumam Tigreal.

"Tigreal!" Saat itu juga Miya memanggilnya, lalu menunjuk-nunjuk Freya di sampingnya.

"Sebentar, Natalia." Ujar Tigreal, lalu menghampiri Freya dan Miya. Ia berdecak kagum saat menyapa Freya.

"Halo Freya." Senyumnya sopan, "sebuah kehormatan bisa bertemu denganmu setelah hanya membaca sejarahmu."

"Terima kasih, tapi tolong izinkan aku menjadi murid di sini untuk menyamar dan melindungin Putri Miya." Sahut Freya to the point.

"Sangat diperbolehkan." Senyum Tigreal, "omong-omong.. kau 'kan berada di acara ini tanpa pasangan, berpasanganlah dengan Zilong oke?"

"Aku tidak mau ribet-ribet jadi.. baiklah." Ucap Freya, lalu Tigreal menuntunnya menuju Zilong.

Tigreal menghampiri Natalia dan memperkenalkannya dengan Freya, yang saat itu sangat cantik dengan balutan gaun kekuningannya. Zilong melihat gadis yang tidak dikenalnya akan menari bersamanya itu begitu cantik langsung terpesona, dalam balutan jas (karena mau nari, pake jas) ia menghampiri Freya.
Ia mengecup punggung tangan valkyrie itu dan berkenalan lalu menuntunnya ke lantai dansa.

"Bisa berdansa?" Senyum Zilong.

"Tentu saja, meremehkan sekali." Ucap Freya dingin.

"Astaga, nggak Lesley, Natalia, Fanny, Karina.. cewe dingin tuh rata-rata cantik kali ya?" Batin Zilong.

Ia meletakan tangannya di pinggangnya, sementata gadis itu meletakan tangannya juga di pundak Zilong. Mereka mulai berdansa, diiringi musik klasik yang indah.
Sebenarnya Miya sedikit tertawa saat melihat Freya berdansa, rasanya.. gimana gitu. Aneh aja sih, cuma yaudah deh emang cewek sama cowok kok.. kalo cowok sama cowok kayaknya muntah dia (?).

"Kulihat kau berjalan bersamanya, Mi." Alucard mengejutkannya, "temanmu?"

"Ya, dia baru datang saat tahu aku disini." Senyum Miya, "makasih minumannya." Ia mengambil minuman yang diambilkan Alucard untuknya.

"Cantik ya?" Alucard berkomentar.

"Hn." Miya menjawab pendek, dikit-dikit kayaknya kerasa cemburu-cemburu gitu dia.

"Tapi menurutku cantikan kamu." Lanjutnya, sukses membuat api cemburu Miya memudar.

"Wow.. apa itu Alucard yang kukenal??" Kekeh Layla sambil menyenggol Miya dari samping, tampaknya dia mendengar semua perkataannya.

"Itu.. Alucard yang kukenal kok, tampan seperti biasa." Balas Miya datar.

"La, apa kamu nggak mau memujiku?" Goda Clint.

"Iya, kamu tampan. Bahkan lebih tampan dari Alucard kalau dilihat dari bulan, gatau kenapa bikin aku suka sama kamu." Layla mengerlingkan bola matanya.

"Jujur banget sih, La." Kekeh Clint, "tapi gapapa sih, aku juga suka sama kamu. Gatau kenapa buat PDKT ke kamu tuh yang paling bisa berantem."

"Ya, tapi gatau aku juga tertarik." Balas Layla.

"Hm.. La.. aku dikacangin?" Miya memecah suasana itu dengan wajah polosnya yang nongol diantara mereka.

"Ah kamu, nggak bisa baca situasi!" Omel Layla.

Miya tertawa saat Layla memarahinya, ia sudah sering dimarahi.
Ia tahu Layla sayang padanya, sangat menyayanginya. Karena itu dia sangat perhatian, cerewet, dan khawatir padanya seperti ibu menyayangi anaknya.

Sementara itu di tempat lain..

Tampak Nana-Harley, Odette-Lancelot, Valir-Karina, Fanny-Saber, Hayabusa-Kagura dan Tigreal-Natalia sudah bergabung dilantai dansa bersama murid lainnya.
Bruno memilih bermain gadget bersama Lolita (dasar anak jaman now), Roger dan Chou masih menjadi bahan tertawaan (pity ._.)..

Bagaimana kabar Gusion dan Lesley?

Dua orang itu sedang memandangi satu-sama lain bergantian, dasar saling suka tapi gamau bilang! Gemes-gemes gitu loh.
Terus, ngapain coba pandang-pandangan gantian? Gamau diliat gitu semu-semu merahnya?

Lo yang bikin ceritanya thor, ngapain lo nanya /plak

"Les." Panggil Gusion memecah kesunyian.

"Hn?" Tanggap Lesley.

"Udah malem." Ujar Gusion.

"Siapa bilang ini siang?" Balas Lesley.

Awkward...

"Mau nari di sana?" Tawar Gusion.

"Nggak ah, aku nggak bisa nari." Balas Lesley, "seumur hidupku.. kupakai untuk latihan menembak."

"Suram amat, sebanyak-banyaknya aku melatih permainan pisauku aku sedikit-sedikit belajar waltz maklum, keluarga penting." Gusion tersenyum kalem.

"Kamu bisa, aku nggak Gus. Aku mau ke taman saja." Lesley berlalu.

"Dingin lho." Ujar Gusion.

"Ada jaket ini lumayan." Lesley meninggalkannya.

Pemuda berambut cokelat itu mendesah berat. Apa salahnya dia menceritakan hal itu sampai Lesley tampak kecewa?
Apa dia marah?
Apa dia sedih?
Apa dia tersinggung?
Banyak pertanyaan menguar di pikiran pemuda malang itu.

"Kak Gusion!" Suara Nana mengejutkannya.

"Uhm.. hai?" Gusion tersenyum kaku.

"Kak Lesley?" Absen Harley.

"Narinya udah?" Gusion mengalihkan pembicaraan, disambut anggukan keduanya.

"Kak Lesley?" Absen Harley lagi.

"Ambil makanan, aku mau menyusulnya dulu ya? Makanlah!" Pamit Gusion sambil meninggalkan Harley dan Nana.

~~

Gusion POV :

Lesley..
Hanya satu nama yang ada dipikiranku saat ini, gadis itu. Gadis yang mengalahkan rekorku, gadis yang membuatku jatuh cinta unuk pertama kalinya, gadis yang misterius, gadis yang dingin, gadis yang kuat, gadis yang.. banyak lagi kata untuk mencirikannya.

Taman katanya? Disaat turun salju saat ini? Pasti dingin! Dia juga hanya mengenakan gaun.

Aku menyusulnya, tampak gadis itu duduk di kursi taman yang panjang. Lampu-lampu kekuningan yang redup kontras dengan salju yang hampir menutupi taman itu.
Kudengar isakannya, ia juga sepertinya mengusut ingusnya.
Dia menangis? Apa yang telah kukatakan?
Apa aku alasan ia menangis?
Aku memutuskan untuk menatapnya dari belakang, menatap punggungnya.

Aku tak tahan lagi!

Aku memeluk tubuhnya.. tubuhnya dingin dan terasa sangat rapuh saat ini.
Apa ini hebatnya cinta sampai tubuh terkuatpun terasa rapuh?

"G.. Gusion.." isaknya, dia memegang tangankku yang memeluknya.

"Maafkan aku.. maafkan aku jika menyinggungmu, Les. Maaf, kumohon jangan menangis.. lepaskan sedihmu padaku." Aku membalik tubuhnya, dan menenggelamkan wajahnya di pelukanku.

"Kau tidak bersalah Gusion. Aku.. memang tidak ada apa-apanya darimu, aku tidak bisa berdansa, aku seorang yang merepotkan, keahlianku hanya satu, aku tidak.." racaunya, aku tidak tahan lagi.

Cup!

Aku mempertemukan bibirku dengan bibir manisnya. Sebenarnya aku hanya bermaksud membungkamnya, tetapi aku justru menikmatinya.
Dibawah naungan bintang, saat itu aku merasa sangat bahagia.

---

The Moon Elf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang