Part 7

1.9K 126 5
                                        

Miya merebahkan dirinya di kasurnya yang nyaman dan hangat.

~pesan masuk~
Alucard
Apa kau sudah tidur? Maaf kalau aku
mengganggu.

Miya meraih-raih telepon genggamnya yang berada di meja lampu sebelah kasurnya. Ia membaca chat dari Alucard dan segera membalasnya.

Miya : belum, maaf baru lihat. Ada apa?

Alucard : baguslah. Maaf yang tadi kuurung kirim.

Miya : eh? Kenapa?

Alucard : aku akan menjelaskannya saat aku pikir kau mampu memikirkannya.

Miya : apa tentang elf itu? Kalau iya, aku memang belum siap. Apa aku harus memberi tahu seseorang tentang ini?

Alucard : tidak, nanti kalau kusuruh saja. Sudah ya, selamat tidur.

Miya cemberut memandangi perkataan Alucard yang dingin seperti es. Namun setelah ia memastikan Harley dan Lesley terlelap ia ikut tidur juga.

Pyash...

"Apa itu papa?" Seorang gadis mungil yang cantik jelita berambut putih kebiruan memandangi sebuah cahaya putih di tangan sang papa.

"Ini adalah kekuatan dari para elf bulan sayang. Tak lama lagi.. kekuatan ini akan berada dalam dirimu." Sang papa tersenyum lembut. "Tadahkan tangamu."

Si gadis mungil itu menadahkan tangannya, menampun semua cahaya yang diberikan papanya padanya. Cahaya itu membesar dan menyilaukan sang gadis, lalu menyelimutinya.

"Moonlight archer.. sang elf bulan berdarah petarung terbaik di seluruh Kastil Bulan.. dialah yang akan menumpas seluruh kejahatan di Kastil Bulan, membawa kesejahteraan, dan menuntun yang tersesat.."

Cuping telinga gadis itu meruncing, sebuah busur mungil berwarna kebiruan muncul dihadapannya. Sang gadis memegang busur dan itu dengan hati-hati.
Sang papa, tampak tersenyum. Dengan hati-hati ia memutar sebuah lambang bulan emas di atas singgasananya, sebuah pintu bawah tanah muncul dan mengantar keduanya ke sebuah ruang bawah tanah yang gelap.

"Papa.. gelap.. aku takut.." putrinya merengek.

"Sebentar lagi sampai sayang.. boleh 'kan bersabar?" Belai papanya.

Putrinya itu mengangguk, lalu tibalah mereka di sebuah ruangan yang berkilauan oleh pusaka-pusaka Kastil Bulan. Sang gadis terpukau melihat busur mungilnya diletakan berjajar dengan pusaka lainnya, sebelah buku pusaka milik sang papa.

Wuuung...!!

Sebuah lencana kupu-kupu ungu yang sangat cantik muncul, lalu lencana itu diletakan di sebuah laci rahasia meja tempat pusaka milik sang gadis diletakan.

"Gunakanlah ibu jarimu.. untuk membuka segel laci ini.. gunakan di saat yang tepat.. sang Moonlight Archer.. kelak kaulah yang akan mengalahkan kejahatan, membawa kesejahteraan rakyat elf bulan, dan menuntun mereka yang sudah tersesat di kegelapan.. Putri Moonlight Archer Miya.." ujar sang papa sambil menggendong putrinya.

"Tunggu, Miya?!"

"HUAA!!!" Miya berseru terbangun dalam mimpinya.

'Apa itu?' Pikirnya, 'masa iya aku seorang elf bulan seperti perkataan, Alucard?! Lalu dia tahu darimana kalau iya benar? Rasanya.. itu seperti kejadian masa kecilku!'

Miya tidak lagi ingin tidur, terlalu takut barangkali mimpi itu berlanjut. Ia belum berani untuk mengetahui masa lalu yang ia lupakan itu, dan berfirasat setelah kejadian indah itu.. sesuatu buruk terjadi. Tunggu, ia melihat sosok gadis cilik berambut pirang dikuncir dua.. rasanya dia tidak asing..

"Pagi, Kak Miya." Sapa Harley ceria, tampaknya dia senang karena bisa bangun pagi tanpa dibangunin oleh toa Lesley.

"Pagi.. juga, Lesley." Ujar Miya sambil mengambil sebuah roti tak berselai dari piring dan mengunyahnya.

"Aku? Kenapa?" Lesley yang baru turun langsung menyahut saat mendengar namanya disebut.

"Eh? Harley toh?" Miya terkejut dengan mata panda yang mengelilingi matanya.

"Hm.. Miya.. Miya, kamu baik-baik saja 'kan?" Lesley terkikik sambil mereguk minuman yang dibuatkan Harley untuknya.

"Ya.. aku baik-baik saja." Jawab Miya pelan.

"Mana mungkin Kak Miya baik-baik saja." Celetuk Harley, "Kak Miya 'kan selalu memakai seragamnya rapi, nggak kayak Kak Lesley. Tuh, sekarang satu dua sama Kak Lesley."

"Harley!" Jewer Lesley yang segera dibalas teriakan ala-ala orang utan dari Harley.

Miya tersenyum lemah melihat kedua sepupunya. Ia tidak mau membuat keduanya yang tampak bahagia sekarang mengetahui bahwa ia sedikit-dua dikit mengingat masa lalunya, ia memilih bergadang semalam sambil bersenandung di balkon. Tahu-tahu matahari sudah terbit saja, Miya segera kembali ke kamarnya agar sepupu-sepupunya tidak khawatir akan dirinya.
Akibatnya, mata panda terpampang di sekitar matanya. Miya segera merapikan dasi marunnya dan mengancingan kancingan yang belum terkancing di seragam kemeja putihnya dan membersihkan remah-remah di rok marunnya.

"Les.. Har.. udah berantemnya, sekolahnya nanti terlambat.." Miya menenangkan mereka.

"Denger, Kak!" Seru Harley menghentikan kakaknya yang mengejarnya.

"Iya.. iya! Awas kamu!" Gerutu Lesley sambil merapikan seragam kusutnya, "kita belum selesai!" Ia meliriknya tajam.

"Ampun, Kak.." Harley memberinya puppy eyes.

Lesley mengedikan bahunya, ia melahap rotinya dan menyeret tas selempangnya dan mengenakan sepatu kets putihnya yang senada dengan kaus kakinya. Ia mengejar Miya yang sudah mau keluar pagar dan mengejar bus sekolah yang akan pergi dua menit lagi, (menurut perkiraan Miya sih tapi ya percaya aja sama anak pinter, tapi lagi agak.. tepar sih ya.. hm..).
Apa Harley membolos lagi?
Oh, jawabannya tidak. Ia masuk siang, Kakaknya, Kakak sepupunya dan angkatannya sedang menempuh ujian sehingga adik-adik kelas unyu-unyu a.k.a amit-amit mereka masuk sekolah di siang hari!

"Ukh.. Miyaaa!!" Layla berjalan oleng kesana-kemari dan menepuk bahu Miya. "Sejak kapan Lesley jadi sama kamu terus?"

"Sejak aku menyuruhnya." Kata Miya sambil tetap fokus pada bukunya.

"Awas nabrak." Ujar Lesley dingin.

"Makasih." Miya menjawab, lalu segera bergeser dari tiang listrik yang akan bertemu lagi kepalanya jika Lesley tidak memperingatinya.

"Les, semangat otak pecah pas ujian double subjectmu." Layla mengacungkan jempol.

"Oh, dia tenang saja." Ucap Miya, "dua subjek bukan masalah untuknya. Apalagi anak-anak dengan double subject memiliki advantage yang cukup tinggi akan materi, sehingga kita diberikan full dan harus kita ujiankan. Sementara dia hanya separuh dari kedua subjek itu."

"Tepat." Lesley mengangguk kaku, dasar jiwa tsundere!

"Haah, beda ya aku sama kamu Mi. Otak kamu encer kayak air, aku masih kayak es.." kilah Layla yang tampak mengantuk, oh tidak satu orang mabuk-pagi lagi.

Bau mint memenuhi hirupan udara Miya. Ia terkejut dan mendongakan kepalanya dari bukunya, seseorang itu berdiri tepat dihadapannya. Lesley dan Layla disuruhnya duluan, ia ingin berbicara pribadi dengan Miya.

"Jadi." Ucapnya, "apa kau mengingat sesuatu semalam? Aku hanya bertanya, jangan berpikir bahwa aku benar kalau itu adalah kebetulan. Aku akan bertanya setiap hari."

---

The Moon Elf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang