Part 13

1.7K 114 0
                                    

Miya POV :

Oke, ini menjadi sangat awkward.
Semua tatapan mata tertuju padaku, seperti mendengar guntur di siang bolong mereka seperti terkejut ketika mendengar namaku disebut beserta gelar yang sebenarnya kuketahui berhari-okelah dua hari yang lalu.
Kurasakan setiap tatapan menyiratkan keterkejutan yang sangat tinggi dan antusias mendengar kelanjutannya, oh ya terima kasih Tigreal kau akan membuatku menjadi artis lagi di sini padahal aku sudah bosan menjadi artis di sekolahku sampai di kejar-kejar melulu sama fan-boyku yang sebenarnya alay plus lebay.

"Putri Miya, mohon kerjasamanya." Tigreal yang jauh berada di seberangku dan Alucard tersenyum tulus dan hormat padaku.

"Eh.. iya mohon kerjasamanya juga, em.. tuan Tigreal juga bisa memanggilku Miya saja. Aku lebih nyaman seperti itu." Balasku halus.

"Baiklah, dan juga sebaliknya panggil saya dengan nama. Saya juga nyaman dengan itu." Tigreal menyahut dingin, "kembali ke topik pembicaraan."

"Miya saat ini mengalami amnesia tentang kejadian masa kecilnya yang mulai ia ingat semenjak kedatangan Alucard yang memaksanya mengingat dengan cara apapun." Ujarnya, "Alucard adalah murid kesayangan saya dan juga yang terpandai di akademi."

Oh pantas saja anak satu ini selalu meremehkan pelajaran yang diberikan di akademi ML-prep. Ranking satu di akademi internasional.. maunya apa ya ampun, gini sih aku juga kalah.

"Alucard juga memiliki kejadian masa lalu yang mirip dengan Miya. Karena itu ia sangat ingin Miya ingat masa lalunya itu, dan memiliki dendam yang sama dengannya lalu membunuh monster yang membunuh kedua orang tuanya." Kata Tigreal, "saya menemukannya di tengah kobaran api dan menganggapnya anak, dan ia menjadi murid saya setelah ia hidup mandiri."

"Menurutnya, Miya adalah satu-satunya jalan yang ia punya untuk membalaskan dendamnya dan memang benar. Miya satu-satunya harapan yang kita punya untuk membawa kembali cahaya keadilan dan mengesampingkan kegelapan." Tigreal bangkit, dan ia menekan tombol kursinya. "To the point, kalian akan dilatih di akademi dan setelah kira-kira kalian siap dan lulus kalian akan diterjunkan ke medan perang dan saya optimis tentang hasilnya. Kalian adalah anak-anak yang sangat berbakat. Tahun ini juga pasti menjadi lulusan terbaik sepanjang 20 tahun semenjak akademi ini berdiri."

"Kita sampai Tigreal." Odette memecahkan kesunyian.

Baguslah, pantatku sudah sakit sedari tadi duduk mendengar ocehan dan penjelasan Tigreal yang sampai satu jam.. sepertinya karena aku mulai mengantuk.

Whuz..!!

Kurasakan sebuah energi magis melintasi pesawat dan badanku, aku terkejut. Seiring terlewatnya diriku di pancaran energi itu, seragamku berganti menjadi seragam kemeja putih dengan dasi biru satin bergaris putih, rok biru muda seatas lutut, dan blazer biru satin.
Manisnya!
Kulihat Alucard dibelakangku juga berganti seragam, tampak seperti anak berandalan karena tidak rapi. Kemeja putihnya tampak asal-asalan, celana panjang biru muda tampak kusut di beberapa bagian dan ia memasukan tangannya ke saku celananya membuatnya makin terlihat keren.
Apa kubilang tadi? Oh tidak, jika Layla mendengarnya dia akan menghabisiku.

"Seragam apa ini?" Bruno bertanya, mengagumi seragam yang dia kenakan.

"Ini adalah cara kami mengatur seragam setiap murid disini. Sekolah ini dikelilingi kubah magis, semacam sihir, sihir itu akan menyihir setiap pakaian yang kalian pakai menjadi seragam sekolah setiap memasuki area. Juga melindungi dari energi jahat untuk sementara sampai retak dan hancur, namun sihir ini cukup kuat." Jawab Tigreal, "tenang, kalian tidak perlu takut soal tempat tinggal. Asrama untuk kalian memang sudah disiapkan."

Aku mendesah senang, aku juga mendengar desahan dan sorakan pelan kedelapan temanku dan dua sepupuku. Yah, setidaknya aku akan mendapatkan tempat untuk tidur dan istirahat. Kakiku rasanya sakit sekali.. uhuhuhu..

~~

Pesawat mendesing lembut, lalu mengeluarkan penahannya dan meletakannya di lapangan yang cukup luas. Disana tampak beberapa murid yang sepertinya pilihan juga seperti Lancelot, Odette, dan Alucard. Pintu pesawat terbuka dan keluarlah Tigreal paling pertama.

"Selamat datang kembali Tigreal." Mereka semua tersenyum.

"Ya, terima kasih. Aku akan ke kantorku, tolong mereka ya?" Balasnya.

"Baik." Mereka menyahut dan Tigreal berlalu.

Pertama-tama, keluarlah Alucard bersama sang putri di gendongannya karena ia masih belum bisa berjalan. Lalu Layla, Clint, Chou, dan Bruno menuruni pesawat dipandu murid-murid disana.
Harley turun bersama Nana, pacarnya (udah nggak jomblo, nggak perhatiin yang jomblo gitu loh nyebelin) ia tidak memperbolehkan seseorang pun menyentuh Nana dan sukses membuat Nana kembali deg-degan. Karina juga melompat turun karena ia sudah kelewat biasa naik pesawat, disusul Natalia. Sementara yang didalam masih ada Lesley dan Fanny yang mabuk pesawat.

"Saber, Gusion. Tolong mereka ya?" Pinta Lancelot pada dua teman akademinya sambil nyengir saat melompat turun bersama Odette.

"Tidak usah. Aku kuat." Fanny muncul di ambang pintu dan turun dengan kabel-kabel di pinggangnya karena kakinya masih mati rasa. "Siapapun saja, tolong Lesley di dalam. Kasihan, pingsan. Dia mabuk banget saking nggak pernah naik pesawat. Aku nggak kuat gendong."

Semua yang mendengar ocehan Fanny tersenyum dan terkekeh, lalu seorang pemuda berambut cokelat dan berparas tampan masuk kedalam setelah Fanny turun. (Ye elah, turun aja lama ye? Sengajain lah biar ngulur-ngulur gitu hehehe, /pletak maap).

Tak lama muncul lagi pemuda itu dengan Lesley yang digendong di punggungnya.

"Wow, padahal gadis ini ringan seperti bulu." Ia tersenyum, "cantik juga."

"Ahahaha ada yang jatuh cinta pandang pertama." Ejek satunya, yang berarmor biru Saber.

"Cuma muji kali, ya ampun sensi banget sih kayak emak-emak." Pemuda itu mendelik, Gusion.

"Becanda, kamu juga marah-marah kayak nenek-nenek." Balas Saber.

"Nggak tau ah, mau anterin nih cewek dulu. Kamarnya dimana?" Tanya Gusion.

"Mana kutahu, dia aja baru sampai. Bawa saja dia ke asrama, pasti ada yang nyariin dia." Sahut Saber enteng.

"Iya juga ya, kok nggak kepikiran?" Gusion nyengir.

"Lah.. apa gunanya jadi assassin/mage yang bagus banget plus GG kalo nggak bisa mikir buat naro cewek dimana?" Gerutu Saber. Gusion cuma bisa nyengir dengernya, habis dia nggak tau cara memperlakukan wanita sih.. taunya cara main pisau dikasih sihir aja

---

Ps : semoga jadi penebus dosa ya berapa hari yang lalu nggak nulis... keep reading and enjoy, thank you.. 💖💖

The Moon Elf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang