Gusion mulai kelelahan menggendong Lesley, siapa sih yang nggak capek kalau menggendong orang pingsan sambil muter-muter asrama yang luas buat nyari kamar sepupunya?
"Lesley!" Miya kaget ketika Lesley datang di gendong oleh seorang tak dikenalnya, "dia pingsan lagi?"
"Mabuk pesawat." Jawab Gusion, "aku Gusion, salah satu murid yang ditunjuk oleh Tigreal untuk membina kalian disini."
"Salam kenal, Gusion." Senyum Miya.
"Aku tahu kau Miya, erm.. apa aku bisa segera membaringkan Lesley? Dia harus segera siuman untuk segera mendapat pelatihan." Ujar Gusion.
"Ah, iya maaf. Masuklah." Senyum Miya membukakan jalan bagi Gusion yang dengan hati-hati langsung meletakan tubuh lemah Lesley di ranjangnya.
"Kalian ditunggu di aula satu jam lagi, Alucard akan datang membimbing kalian. Aku harus pergi bersiap untuk tugas dari Tigreal lagi. Selamat tinggal." Ujar Gusion menarik diri.
"Ya, terima kasih banyak." Miya tersenyum simpul padanya.
"Ngomong-ngomong sepupu cantikmu itu sepertinya dan hebat mengendalikan snipernya." Bisik Gusion pada Miya sebelum ia pergi.
Miya tersenyum dan terkekeh setelah kepergian Gusion. Lesley dibilang cantik? Sejarah? Oh nggak juga sih, pernah ada satu teman cowoknya yang bilang dia cantik, Gusion adalah orang kedua. Ia tersenyum jahil sambil tetap telaten merawat Lesley yang masih terbaring di ranjangnya.
Tidak.. Miya tidak sejahat itu untuk mendandani Lesley saat ia pingsan, hanya untuk mencie-ciekannya tidak lebih.
Lesley siuman, kali ini dia tidak kena marah Miya karena ini adalah mabuk pesawat dan sudah mendapatkan hiburan. Ia juga bungkam tentang siapa yang membawanya ke kamar, supaya tambah seru cie-cieinnya.
"Miya, Lesley. Tolong keluar, Tigreal menunggu di aula. Gusion sudah memberi tahu kalian bukan?" Suara Alucard muncul dibalik pintu kamar mereka bersama sebuah ketukan.
"Gusion?" Lesley yang tidak tahu-menahu bertanya.
"Erm.. murid disini." Cengir Miya sambil membuka pintu dan segera menoleh, ia melompat mundur saat melihat wajah Alucard tepat dihadapannya.
"Kalian tidak perlu berbasa-basi mau bersiap atau merapikan seragam, seragam yang diberikan dan dikenakan kalian sekarang sudah di desain untuk menyesuaikan keinginan hati pemakainya." Alucard seakan bisa mendengar kata hati Miya, "ikuti aku."
Keduanya patuh, lalu mengekor Alucard ke aula yang ternyata dekat asrama mereka.
Mereka terpesona saat melihat aula tersebut, seperti sebuah ruang dansa istana! Cantik, menawan, dan anggun sekali. Tampak pula Clint, Layla, Nana, Harley, Bruno, Chou, Karina, Natalia, Fanny, Lancelot, dan murid lainnya berjajar rapi disana."Selamat datang sebelas murid baru." Tigreal berkata dengan wibawa yang sangat tinggi di depan aula, "sekolah kami adalah sekolah berfasilitas gratis, tapi tolong dijaga baik-baik. Setiap kerusakan ditanggung yang merusak."
Bruno dan Chou mendengus, sebuah keahlian mereka merusak fasilitas. Tetapi di akademi lama mereka, mereka tidak dituntut ganti rugi. Mereka harus berlatih agar tidak merusak barang hihihi..
"Terdapat sebelas murid terpilih yang akan membimbing kalian murid-murid baru. Mereka adalah Alucard tentunya, Gusion, Kagura, Lolita, Odette, Lancelot, Roger, Hayabusa, Saber, Zilong, dan Valir. Dan tentunya sudah kutentukan siapa membimbing siapa." Lanjut Tigreal, "sudah kutempel daftarnya di meja aula sana. Bubarkan."
Murid-murid yang tidak berkepentingan segera meninggalkan aula, akademi itu memang membebaskan kegiatan belajar muridnya. Mau praktek, mau teori, kapanpun si siswa bisa mengatur sendiri (huuh andai sekolah benerannya kayak gini.. T^T).
Miya berjalan menuju meja dekat pintu keluar, beberapa anak sudah berada disana untuk melihat siapa yang membimbing mereka dan yang dibimbing oleh siapa. Dan yang membimbing Miya adalah.. Alucard.
Yah setidaknya Miya sudah mengenal Alucard walaupun tidak dekat-dekat amat."Aku kedapatan kamu?" Alucard bergumam pada Miya, "memang bapak tua itu memasangkan pembimbingnya supaya bisa sekaligus melindungi muridnya."
Miya hanya mengangguk-anggukan kepalanya seperti boneka pengangguk, ia mengeluarkan busurnya yang cantik dari balik blazernya. Ia memastikan tidak ada yang rusak karena kebakaran itu, lalu menatap Alucard blo'on.
"Kenapa? Latihan 'lah kalau mau. Biar kutunjukan tempatnya." Ujar Alucard sambil menaikan alisnya.
"Em.. sebenarnya aku mau bertanya." Miya angkat bicara, "bolehkah aku melihat buku biografiku?"
"Tentu saja tidak tahu." Alucard menjawab, "buku itu sudah tidak ada ditanganku, buku itu sudah disamarkan menjadi artefak berharga di tempat berkeamanan sangat tinggi. Seekor semut pun tidak bisa masuk kalaupun ia bisa berarti dia punya puluhan nyawa."
"Oh.. yah padahal aku hanya ingin tahu nama papaku." Miya tersenyum miris, "ya sudah, dimana tempat latihannya? Aku harus kuat bukan saat aku ke Kastil Bulan nanti?"
Alucard mengangguk, ditatapnya Miya yang sudah mengalihkan pandangannya kearah Lesley dan Gusion yang berada tepat di depan sebuah mesin simulasi menembak. Taruhan.
Alucard tahu Miya ingin sekali mengetahui apa yang terjadi saat ayahnya meninggal dan kenapa ia bisa selamat, tetapi rahasia itu terkubur di dalam ingatannya yang ia lupakan. Ia mulai berjalan menuju tempat berlatih diikuti oleh Miya."Oh iya, Alu." Miya memecahkan keheningan, "kata Tigreal tadi masa lalumu mirip denganku, bisa kau ceritakan padaku?"
"Tidak." Alucard menjawab.
"Oh, ayolah. Kau juga sebenarnya sedih ya 'kan?" Miya berusaha membujuk Alucard, "jangan pendam semuanya sendirian, kau punya aku untuk mendengarkanmu. Ayo kita saling percaya mulai sekarang."
"Tidak, lain kali saja. Oh kita sampai." Sahut Alucard.
Miya mendecak, lalu terpesona oleh keindahan tempat itu. Rerumputan yang menyegarkan mata memenuhi lantainya, langit biru yang cerah kontras dengan kehijauan yang ada dibawahnya.
Tiba-tiba sekelebat ingatan kembali di kepalanya.Tampak dirinya digendong oleh seorang pria dan sebelahnya wanita, menatap ke padang rumput yang bersih dan mempesona. Tak lain adalah istrinya, ibu dari dirinya. Lalu sebuah kupu-kupu ungu nan cantik mendekati dirinya, hinggap di hidungnya.
Sang ayah tertawa melihat putri semata wayangnya terkejut, lalu ia menadahkan tangannya kupu-kupu itu beralih dan hinggap ditangannya."Miya.. tidak perlu takut atau terkejut, kupu-kupu ini akan menjadi bagian dari dirimu kelak." Sang ayah tersenyum lembut.
"Miya.. tolong jagalah dirimu baik-baik jika kami sudah tidak berada bersamamu lagi. Kami menyayangimu." Sang ibu membelai rambutnya yang halus dengan lembut.
"Sekarang pergilah, masuklah kedalam kastil. Bersembunyilah! Cepat!" Sang ayah berseru panik saat melihat sebuah awan gelap bercahaya hijau mulai datang kesana.
"Pergilah.. pergilah.. kami menyayangimu.."
Miya tersadar, tak terasa air matanya meleleh.
"Kupu.. kupu.. ungu.."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon Elf [Complete]
Fiksi PenggemarKehidupan Miya yang biasa-biasa saja sebagai gadis cantik yang cerdas berubah semenjak kedatangan anak baru itu, Alucard. Dibantu sepupu-sepupunya, dan sahabatnya ia berusaha menemukan jati diri sebenarnya yang terkubur bersama masa lalunya. Apa Miy...