Part 4

2.1K 129 1
                                    

Malam itu begitu dingin, dan Nana melupakan jaketnya. Ia mengigil kedinginan di balkon, sambil menatap bintang-bintang di langit.
Ia mengaduh pelan, mengapa dia tidak dapat tidur? Padahal Miya dan Lesley walaupun dipaksa untuk tidur dapat melakukannya dengan sangat pulas.

Taylor Swift ~ Back to December

So this is me swallowing my pride

Standing in front of you

Saying I'm sorry for that night

And I go back to December all the time

Nana bernyanyi tak sadar, dalam hatinya sakit. Menyesali cintanya yang bertepuk sebelah tangan.. sepertinya.
Suara indah Nana mengalun begitu lembut, ia tak menyadari bahwa ada seorang cowok yang memandangi dan menikmati musiknya.

"Suara yang indah." Senyum cowok itu.

Nana menoleh ke belakang, tampak seorang cowok berpakaian putih dengan jaket hitam memandangnya sambil tersenyum. Ia memalingkan wajahnya, berupaya agar Harley tidak melihat wajah merahnya.

Pluk!

Nana menegang. Sebuah jaket hitam di letakan di tubuh mungilnya, menutupi bahunya yang mengigil.
Harley lekas mengacak poni Nana, ia tersenyum memandang gadis yang ia cintai itu.

"Kenapa kau tidak memakai jaket? Kenapa kamu di balkon? Besok hari terakhir musim gugur lho, dingin." Tegur Harley lembut.

"Erm.. aku meninggalkannya di kasur.. maaf." Kata Nana sambil menundukan kepalanya dalam-dalam. "Kalau dingin, pakai saja jaketmu ini. Aku tidak.. apa-apa." Ia hendak melepas jaket hitam itu.

"Apa aku kelihatan selemah itu?" Senyum Harley lembut, "pakailah, nanti kamu sakit."

Nana beringsut merapatkan jaket Harley. Baunya tidak wangi, khas Harley entah Nana sangat menyukainya.
Mereka saling diam, tidak ada percakapan apapun yang cukup menyiksa keduanya. Apalagi keduanya saling menyimpan perasaan tersendiri yang tidak pernah mereka ungkapkan sedikitpun.

"Erm.." keduanya angkat bicara.

"Kamu dulu." Nana mempersilahkan Harley.

"Tidak, kamu duluan saja." Kata Harley.

"Erm.. aku tidak yakin soal ini tetapi lebih baik kamu saja duluan." Tolak Nana halus.

"Baiklah.." Harley menghela nafas. "Kau tahu Nana? Aku selalu merasa sangat senang bila berada di dekatmu."

"Benarkah? Kenapa?" Nana terbelalak kaget, dalam hatinya ia terlonjak-lonjak senang.

"Hatiku berdebar terus, padahal kita sedang saling diam. Hanya menatap langit yang sama." Kata Harley.

"Lalu..? Apa.. kau.." Nana bertanya.

"Sepertinya kau sudah menduganya, Nana." Senyum Harley, tipis. Wajahnya menunjukan kesedihan. "Tenang saja, aku tidak berharap."

Nana terperangah melihat wajah Harley, tangan yang dipangkunya mulai bergetar pelan. Entah oleh keberanian dari siapapun Nana meraba punggung tangan Harley yang bebas.
Harley yang sontak terkejut memandangnya yang sedang terduduk di kursi, wajahnya tidak bisa menyembunyikan merahnya.
Nana segera menggengam tangan cowok itu, bahkan ia memegangnya kuat-kuat.

"Hei.. hei.. Nana." Ujar Harley sambil berlutut. Mengusap air mata Nana yang mulai berlinang di mata indahnya.

"Kenapa kamu nggak bilang dari lama sih!" Isak Nana sambil memukul-mukul dada Harley pelan. "Kan.. aku juga.. udah dari dulu!"

Harley tersenyum tipis, lalu memeluk sahabatnya itu. Menepuk-nepuk punggungnya, sementara Nana masih terisak di pundaknya.
Nana mengeratkan pelukannya kepada Harley, matanya masih mengeluarkan air mata. Ia dapat merasakan setiap kehangatan yang di berikan Harley melalui pelukannya.

Pagi datang setelah malam yang panjang itu, Miya bangun dan meregangkan tubuhnya. Ia memandang jendela, sang surya sudah mulai terbit.
Ia memandang orang di sebelahnya, masih terlelap dengan rambut yang menutupi nyaris seluruh wajah cantiknya.
Sepupu tersayangnya, Lesley.

"Les? Masih kuat sekolah?" Katanya sambil membangunkannya.

Lesley mulai bangun, dan mengerjapkan matanya. Ia mengangguk dan menampilkan wajah penuh keyakinan, yang dibalas sorotan mata 'awas kau membolos lagi' dari Miya yang dibalas tatapan 'iya-iya' dari Lesley.

"Aku buat sarapan dulu." Miya bangkit dari kasur dan memakai sandalnya, berderap menuruni tangga dan mulai memotong-motong bawang yang telah di kupasnya semalam dan memasak nasi goreng (gausah ribet-ribet sarapan tuh, yang penting enak udah markotop).

Lesley meregangkan tubuhnya dan mengambil handuk untuk mandi, namun tiba-tiba langkahnya terhenti.
Harley! Juga Nana! Udah bangun belum?
Ia cepat-cepat keluar kamarnya dengan keadaan yang menurutnya super kacau, yaitu rambut di sanggul kayak emak-emak.

"Dek!" Lesley memanggil adiknya sambil mengetuk pintu kamarnya.

Tidak ada jawaban, artinya masih tidur.

Brak!

Lesley mendobrak masuk, dan yang di dapatinya adalah sebuah kasur berwarna krem bercorak kartu poker yang rapi.

"Eh?" Lesley berdecak kaget, di kamar mandi juga tidak ada suara orang sedang mandi. "Kemana lagi anak itu?"

Lesley segera memasuki kamar Miya, mencari Nana. Tetapi yang didapatnya hanya kasur berseprai biru muda yang sama rapinya. Nana dan Harley menghilang! Kemana mereka berdua?
Lesley mendesah sebal, mentang-mentang seangkatan dan bersahabat.. bukan artinya hilang bareng juga dong..

Krr... grm...

Lesley berpaling, dengkuran yang sangat dihapalnya. Dengkuran adiknya! Lho, asalnya kok dari balkon? Lesley memutuskan mendekati balkon yang terletak di lorong kamar tidur mereka itu, ia memandang pintu balkon yang berwarna cokelat itu sedikit terbuka. Lesley pun membuka pintu itu perlahan. Tampaklah Harley tertidur sambil berdiri bersandarkan tiang dan Nana sambil duduk menyender pada pinggang Harley dan tangan Harley merangkul pundak Nana.
Mereka tidur bersama! Astaga! Untung bukan di kasur!
Lesley menghela nafas lega, setidaknya mereka tidak hilang. Namun di temukan dalam kondisi begini justru mereka sangat imut, Lelsey mengambil foto mereka beberapa kali dengan ponselnya lalu beranjak mandi.
Sambil membasuh tubuhnya dengan guyuran shower Lesley tidak bisa berhenti terkikik mengingat Harley dan Nana di balkon berduaan kemarin malam, (nggak usah di kasih tau.. pasti itu makanya sampai ketiduran di balkon). Tapi ada 1 hal yang menarik perhatiannya, sambil mengeringkan badannya dan mengenakan seragam kemeja biru-muda berpita marun yang manis dan rok marun sebawah paha (satu sekolah kok sama Miya, kemarin dan kemarinnya juga aja dia bolos) yang manis ia berpikir..
'Harley nggak apa-apain Nana kan?'
Ia mendesah pelan sambil mengenakan kaus kaki semata kakinya, ia berharap semua baik-baik saja karena ia tidak mau sesuatu makin terjadi dan menambah sesak firasat buruknya pada orang tuanya yang ia pendam terus menerus dalam hatinya. 

---

The Moon Elf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang