"Veronna, bisa tolong kau buang dulu sampah disana? Aku harus membantu Jeremy menyiapkan pesanan karena pelanggan sedang ramai."
Aku mengangguk mendengar permintaan Roxy dan dengan sigap langsung mengambil sebuah plastik besar berwarna hitam berisi sampah tersebut keluar melalui pintu belakang cafe dan melangkah ke arah bak sampah yang terletak di lorong kecil di samping cafe, tempat dimana orang-orang tak pernah berlalu lalang. Setelah aku mengikat plastik sampah itu, aku kembali menuju ke dalam cafe melalui pintu depan, namun langkahku terhenti ketika seseorang tiba-tiba memanggil namaku.
"Ronna, apa kabar?"
Aku segera menoleh dan mengernyit menatap sesosok pria kurus yang adalah mantan kekasihku semenjak setahun yang lalu. Kami menjalin hubungan kekasih kurang lebih selama 3 tahun, tapi hubungan itu kandas ketika aku menemukan bahwa dirinya berselingkuh di belakangku.
"Raymond?" Ujarku menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah meghilang semenjak kupergoki Ia sedang berkencan dengan wanita lain, kini Ia kembali menunjukkan batang hidungnya di hadapanku.
"Apa kau datang untuk makan atau minum? Silahkan masuk kalau begitu." Ujarku singkat sebelum akhirnya melangkahkan kakiku hendak masuk kembali ke dalam cafe, tapi pria itu mencekal pergelangan tanganku.
"Tidak, Ronna. Aku datang kemari untuk melihat keadaanmu. Kau tahu, aku sudah lama mencarimu, dan akhirnya aku dapat kabar bahwa kau bekerja disini."
Aku memutar bola mataku malas mendengar kebohongan yang keluar dari mulut Raymond. Ia berkata bahwa Ia selama ini mencariku, padahal aku tahu betul bahwa Ia memang ingin menghilang karena sibuk dengan wanita lain.
"Nah, aku baik-baik saja, sekarang silahkan pulang."
Aku mendorong pintu kaca cafe tapi Raymond kembali menarik tanganku, sebelum aku sempat menepis, tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi menerobos masuk ke dalam cafe seolah dengan sengaja melewatiku dan Raymond sampai tautan kami terlepas dengan kasar akibat dorongan tubuhnya.
"Permisi." Ujarnya singkat membuatku menyadari bahwa yang barusan menabrakku adalah Julian Rost.
Wajah Raymond tampak memerah ketika Ia melihat Julian berjalan melewatinya, dan setelah Julian masuk ke dalam cafe, kini Ray menatapku bingung.
"Mau apa anak boss itu disini?!" Tukasnya kesal membuatku menaikkan satu alisku sinis.
"Cafe ini tempat umum, memang tidak boleh dia datang kemari, hm?" Ujarku ketus sebelum akhirnya meninggalkan Raymond yang masih berdiri dengan rahang yang terlihat mengeras.
Sedetik setelah aku memasukki cafe, aku bisa melihat Julian sudah duduk di tempat seperti biasa, yaitu meja nomor 16, dan biar ku tebak, Ia sengaja duduk disana untuk dapat bisa menyaksikan aktivitas pegawai di counter barista, karena letaknya persis bersebrangan.
Apakah kalian heran mengapa Raymond menyebut Julian dengan sebutan 'anak boss'?
Kurasa ini sudah waktunya untuk menceritakan siapa sebenarnya Julian, dan apakah hubungan antara diriku dan dirinya.
Dahulu, ibuku bekerja sebagai asisten pribadi untuk ibunya yang adalah seorang wanita karir. Ibuku sudah bekerja untuk ibunya semenjak aku berusia 9 tahun, dan yang ku tahu betul, Julian menyukaiku sejak kami duduk di bangku SMP, tapi tentu sajalah ibunya tak ingin anaknya dekat denganku. Mana ada cerita anak majikan dengan anak asistennya saling mencintai, bukan? Tapi aku tak ambil masalah karena aku memang tak pernah jatuh cinta pada Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Customer
Romansa9 April 2018 - on going Halo, namaku Veronna Seanee Carl. Aku berusia 21 tahun dan bekerja di sebuah cafe di pinggir kota Dallas. Judul kisahku adalah My Mysterious Customer, tapi jangan kalian pikir bahwa aku memiliki sebuah cafe. Aku hanyalah seor...