Is He Proposing?

6.8K 426 7
                                    

Veronna's Point of View

"Veronna!"

Aku segera melangkahkan kakiku keluar dari kamar tidur dan menuju kearah pintu utama rumahku. Seseorang datang dan memanggil namaku dari luar rumah, dan dari suaranya, aku yakin itu pasti Jeremy.

Aku membuka pintu rumah dan kini menatap Jeremy yang benar tengah berdiri didepan gerbang rumahku sambil menjinjing sesuatu.

"Jer? Ada apa?" Tanyaku menatap dirinya yang tersenyum diluar rumahku.

"Ayolah, biarkan aku masuk dulu, Ve." Ia merajuk membuatku menepuk dahiku dan langsung melangkah untuk membuka gerbang rumah dan membiarkan Jeremy masuk.

"Kau kan hari ini sendirian, jadi siang ini aku menyenpatkan diri untuk membeli makanan, ayo kita makan bersama." Ujar pria itu enteng sambil menjinjing makanan di tanganya memasuki pekarangan rumahku.

Aku menggelengkan kepalaku sambil terkekeh, Kemarin di cafe saat sedang bekerja, tiba-tiba saja kepalaku sangat pusing hingga akhirnya Jeremy menyuruhku untuk pulang dan beristirahat. Dan hari ini pun Ia memberikanku jatah off berhubung aku sedang sakit.

Lihatlah, betapa perhatian dirinya, siang ini datang membawakan makanan untukku padahal Ia seharusnya sedang bekerja saat ini.

Perempuan yang bisa bersanding dengannya akan sangat beruntung. Tapi sayang, Jeremy tak mempersilahkan seorang wanita mana pun untuk mengisi hatinya.

Aku mempersilahkan Jeremy duduk di ruang tamuku, dan Ia lantas langsung membuka 2 box makanan yang sudah Ia bawa.

"Sebetulnya kau tak perlu repot-repot seperti ini, Ju, karena aku bisa membeli makananku sendiri."

Jeremy mengernyitkan dahinya bingung, membuatku pun ikut bingung menatapnya.

"Ju? Siapa?" Tanyanya dengan kerut di dahinya membuatku membelalakkan mataku. Apakah aku baru saja memanggil Jeremy dengan nama Julian? Ya Tuhan, mana mungkin. Aku sepertinya sudah gila.

"Ah, maksudku Jer, bukan Ju. Maaf, aku sedang kacau hari ini." Ujarku memaksakan diriku terkekeh membuat Jeremy mengangkat kedua bahunya tenang.

"Its okay, santai saja hahaha. Oh ya, apa keadaanmu sudah membaik?" Tanyanya padaku yang saat ini tengah membuka penutup box makananku.

"Tentu saja, aku kan sudah bilang padamu kalau sakitku ini takkan berlangsung lama, karena ini memang gejala normal kehamilan."

"Kau yakin? Aku tak yakin karena saat ini melihat wajahmu yang begitu pucat."

Keheningan menyelimuti kami ketika Jeremy kini mendekat dan meletakkan punggung tangannya di dahiku.

"Tubuhmu hangat, Ve." Gumamnya membuatku ikut meletakkan tanganku di permukaan dahi dan leherku.

Aku menggelengkan kepalaku pelan, "Tak apa, Jer. Kepalaku tak pusing, kok." Ujarku sebelum akhirnya aku dan Jeremy menyantap makan siang kami dalam keheningan.

.
.
.

Aku mengantar Jeremy ke pekarangan rumahku setelah Ia habiskan 1 jam di rumahku memperbincangkan segala hal, Ia bilang Ia setidaknya menemaniku meski hanya sebentar hari ini. Dan aku sangat senang karena Roxy menitipkan salam untukku melalui Jeremy.

"Veronna," Bisiknya setelah Ia mengikat tali sepatunya.

Aku menoleh menatapnya yang kini berdiri dan melangkah ke hadapanku.

"Kau pasti kesulitan ya mengatur sendiri urusan rumahmu sekaligus bekerja."

Aku mengernyit ketika Jeremy tiba-tiba saja nampak serius padaku, dan aku akhirnya mengangkat kedua bahuku. "Ya, begitulah. Tapi mau bagaimana lagi, itu memang kewajibanku sebagai seorang wanita lajang." Ucapku tertawa membuat Jeremy menghela nafas.

My Mysterious CustomerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang