Veronna terbangun dari tidurnya ketika merasakan tubuhnya seperti ditekan oleh sesuatu yang berat. Rupanya, dirinya dan Julian tertidur dengan posisi setengah tubuh Julian menindihnya. Kepala Julian berada di atas dada Veronna dan kedua lengan pria itu melingkari tubuh bagian atas Veronna. Syukurlah Julian tak menindih perut buncitnya.
Wanita itu kini merintih pelan ketika mencoba menggeser tubuh Julian menjauh dari tubuhnya, namun terasa sulit karena Julian dalam posisi tengkurap saat ini.
"Rrmm.." Erang Veronna mencoba membangunkan Julian yang mulai mengerjapkan matanya.
"Ju, berat." Bisiknya singkat membuat pria tersebut sedikit semi sedikit membuka matanya.
"Good morning, Veronna." Bisik Julian serak, mengangkat lehernya dan kini menatap Veronna dengan kedua matanya yang menyipit sambil tersenyum.
Veronna hanya membalas dengan senyum kecil kemudian menyisir rambut Julian yang berantakan dengan jari-jari tangannya yang mungil.
"Kau tidur menindihku semalaman." Ujar Veronna mendengus kesal, namun tak mendapat respon apapun.
Julian kini masih dalam posisinya, namun kedua mata pria itu terpaku pada permukaan kulit leher Veronna yang dipenuhi beberapa titik memar.
"Ah, lehermu merah-merah. Tapi aku senang melihatnya." Bisik Julian membuat Veronna kini teringat bahwa semalam kekasihnya memberikan banyak hickey di lehernya sebelum tidur.
"Ya Tuhan, kau memang iseng."
Veronna memutar bola matanya lalu mencubit pelan lengan Julian membuat pria itu tertawa kecil lalu sekilas mencium bekas hickey di leher wanitanya itu dengan lembut.
"Bisakah sekarang kau menyingkir?" Ujar Veronna membuat Julian akhirnya mengangkat tubuhnya dan mendudukkan dirinya.
Veronna pun juga akhirnya mendudukkan dirinya di hadapan Julian lalu menatap pria itu intens.
"Lihatlah, kulitmu bersih mulus karena aku tak pernah melakukan apapun terhadapmu. Tapi lihatlah dirimu?" Veronna menggantungkan kalimatnya sambil mengelus leher Julian yang putih bersih tanpa bekas hickey seperti yang ada di lehernya.
Semalam Julian jahil dan mengatakan bahwa Ia ingin sesekali meninggalkan hickey di leher Veronna, dan pada akhirnya pagi ini wanita itu benar-benar terbangun dengan banyak jejak lumatan di lehernya yang semula mulus.
"Memangnya siapa yang menyuruhmu membiarkan leherku tetap bersih? Aku tak keberatan jika kau melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan padamu." Julian berujar dengan seringaian jahil di wajahnya membuat Veronna berdecih sebal dan meninju bahu Julian pelan.
"Kau mesum, aku benci." Tukas Veronna sebelum akhirnya menurunkan kedua kakinya dari tempat tidur dan kini melangkah perlahan keluar dari kamar mereka meninggalkan Julian yang hanya bisa terkekeh kecil sambil menggeleng.
Veronna merintih pelan ketika merasakan pegal-pegal di pinggulnya mulai Ia rasakan karena perutnya sudah mulai besar.
Wanita itu kini melangkah sambil memegangi pinggulnya membuat Julian hanya menatap Veronna dengan kening yang berkerut.
"Kau baik-baik saja?" Teriak Julian dari dalam kamar kepada Veronna yang kini berada di dapur. Wanita itu mengambil 2 gelas air sebelum akhirnya kembali melangkah masuk ke kamar dan memberikan satu gelas pada Julian.
"Minumlah, kau harus tetap sehat." Ujar Veronna penuh perhatian.
Wanita itu juga meneguk air di dalam gelasnya lalu mendudukkan dirinya di tepi ranjang tidur, menghela nafas.
"Mmm... Pinggangku pegal." Rengeknya sambil mengusap-usap bagian belakang pinggangnya.
Julian hanya bisa menghela nafas berat dan menatap wanitanya iba. "Apa yang bisa kulakukan untukmu, sayang? Bersabarlah, tinggal sekitar 3 bulan lagi.."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Customer
Romance9 April 2018 - on going Halo, namaku Veronna Seanee Carl. Aku berusia 21 tahun dan bekerja di sebuah cafe di pinggir kota Dallas. Judul kisahku adalah My Mysterious Customer, tapi jangan kalian pikir bahwa aku memiliki sebuah cafe. Aku hanyalah seor...