Worst Day

9.6K 605 10
                                    

Veronna's Point of View

Siang ini sama seperti siang-siang sebelumnya yang biasa ku lewati. Aku selalu mencium aroma kopi yang rasanya sudah menjadi pelepas penat bagiku saking aku sudah sangat mencintai pekerjaanku.

Aku segera melangkahkan kakiku menjauh dari tempat kasir ketika menyadari saat ini Julian baru saja masuk kedalam cafe dan hendak memesan sesuatu pada Jeremy selaku pemegang posisi kasir.

"Ve, hari ini Ia tampak berbeda. Lihat, wajahnya muram."

Aku melirik kearah Julian yang barusan Roxy maksudkan lalu kembali memalingkan pandanganku darinya.

Tak lama kemudian Julian sudah kembali melangkah kearah meja nomor 16, dan detik berikutnya aku menangkap pemandangan Jeremy yang sedang melambai-lambaikan tangannya untuk mencoba mendapatkan perhatianku.

"Ada apa, Jer?" Tanyaku mengernyitkan dahiku.

"Cepat buatkan pesanan ini, Ve." Bisiknya membuatku sontak menganggukkan kepalaku. Setelah kulihat nomor pesanannya, kertas yang kupegang menunjukkan angka 16 yang berarti ini adalah pesanan milik Julian.

Aku langsung membuatkan pesanan milik pria menyebalkan itu, dan seperti biasa, Ia selalu memesan secangkir caramel macchiato dan sepiring tuna croissant.

Setelah menyiapkan pesanannya, seperti biasa pula aku meminta seorang pegawai untuk mengantarkannya pada Julian. "Car, tolong ya. Seperti biasa." Bisikku pada Caroline sambil menunjuk meja milik Julian dengan daguku.

Saat Caroline menganggukkan kepalanya, tiba-tiba kini Jeremy menatapku tajam dan segera menunjuk nampan yang ada di tangan Caroline.

"Ey, bukan. Bukan Caroline." Tukas Jeremy menghampiriku dan Caroline membuat kami menautkan kedua pangkal alis kami kebingungan.

"Maksudmu?" Tanyaku menggaruk tengkukku yang tak gatal. Jeremy menghela nafas pelan lalu berbisik, "Ronna, kali ini kau yang antar pesanan pria itu. Ia yang tadi memintanya khusus padaku. Tolong antarkan sekarang, ya."

Ucapan Jeremy barusan membuatku sedikit tersentak dan kini menelan ludahku. Apa? Julian meminta langsung pada Jeremy untuk aku yang membawakan pesanan itu ke mejanya?

Sial. Dia memang pria bodoh yang keras kepala.

Bagaimana bisa aku membantah perintah atasanku? Tanpa pikir panjang, aku mengangguk setengah hati dan memindahkan nampan pesanan itu dari tangan Caroline ke tanganku.

Dengan debar jantung yang tak beraturan, aku melangkah ragu ke arah meja Julian yang kini sudah menatapku dari kejauhan.

Aku tak mau menghabiskan waktuku lama-lama di dekatnya, bisa frustrasi aku dibuatnya. Segera setelah aku sampai di hadapannya, aku meletakkan pesanannya di atas meja miliknya dan menatapnya sejenak, "Enjoy your meal."

Dan sebelum aku sempat meninggalkannya, kau tahu apa yang pria itu lakukan? Ia kembali bertingkah tidak sopan padaku dengan menarik tali celemekku yang berada di bagian belakang tubuhku sehingga terlepas dan kini aku menatapnya dengan dahi yang mengernyit.

"What the fuck are you doing?" Tukasku kesal, tapi pria itu malah berdeham dan dengan lebih tidak sopannya lagi, Ia kini menarik panggulku mendekat kearahnya.

"Akhirnya. Ini kali pertama dalam 9 bulan kau mengantar pesanan untukku. Selama ini apa yang kau lakukan?"

Aku terdiam mendengar ucapannya yang sedikit memancing emosiku.

"Duduklah sebentar. Bisakah kau layani aku dengan baik? Pelanggan adalah raja, bukan? Tapi mengapa kau memperlakukanku dengan tidak sopan seperti ini?"

My Mysterious CustomerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang