"Ah, aku sudah terlambat. Bodoh."
Aku menepuk dahiku ketika menyadari bahwa sekarang sudah pukul 10 kurang 5 menit. Aku biasa berangkat ke cafe pukul 10 kurang 15 meski jarak rumahku dan cafe dekat. Tapi aku sangat tidak terbiasa untuk datang terlambat meskipun itu hanya 2-3 menit.
Pagi ini aku membersihkan rumahku sebelum bersiap-siap bekerja, dan aku tak menyadari bahwa aku sudah terlambat.
Kini aku terburu-buru mengambil tasku dan mengunci pintu rumah sebelum akhirnya berlari kecil kearah gerbang rumahku.
Ketika aku selesai mengunci gerbang rumahku, tiba-tiba pandangan mataku dihiasi oleh sosok Julian Rost yang tengah berdiri di hadapanku.
Aku menghembuskan nafas kasar. Tentu saja aku emosi, bayangkan, saat ini kau tengah terburu-buru karena sudah terlambat bekerja, tapi penguntit sialan yang kemarin membuatmu kesal kini kembali memberanikan dirinya muncul di hadapanmu.
"Veronna." Panggilnya pelan, dan entah mengapa bersamaan dengan itu, jantungku tiba-tiba berdetak begitu cepat sampai dadaku terasa sesak.
"Julian? Mau apa kau?" Tanyaku menatapnya lurus, tapi aku tak sanggup menerima tatapannya yang begitu intens, dan akhirnya aku menyerah dan menundukkan kepalaku.
"Kenapa kau selalu menghindariku?" Tanyanya dengan ekspresi wajah datar. Ia menatapku lurus-lurus, membuatku bingung karena sikapnya yang selalu misterius.
"Apa maksudmu? Aku tak menghindarimu. Maaf, Ju, aku sudah terlambat bekerja."
Aku mencoba melewatinya dan melangkahkan kakiku cepat-cepat, tapi Julian saat ini menarik lenganku.
"Julian, apa yang kau inginkan? Aku tak mengerti kenapa kau selalu bertingkah aneh begini!" Tukasku mulai terpancing emosi, tapi Julian kini berdeham.
"Kemarin kau mengatakan bahwa kau terganggu dengan sikapku yang terus saja mengekorimu, bukan? Kali ini aku datang tepat ke hadapanmu, dan tidak mengekorimu diam-diam. Sekarang beri kesempatan padaku untuk bicara denganmu, kumohon."
Aku menggelengkan kepalaku, "Karena aku memintamu berhenti mengekoriku, bukan berarti aku ingin kau datang ke hadapanku langsung, Ju. Yang ku maksud adalah, berhenti menemuiku. Aku tak ingin melihatmu. Sudah cukup banyak masalah yang pernah kuhadapi karena aku berurusan denganmu."
Sebelum Julian sempat menimpali ucapanku, aku melangkahkan kakiku, tapi seperti yang sudah pernah kukatakan, Julian pantang menyerah. Ia kembali menarik tanganku membuatku cepat-cepat menepisnya kasar.
"Ju, kumohon. Aku sudah terlambat. Biarkan aku pergi. Sekali lagi kuminta berhenti temui aku, mengerti?"
Aku melangkah cepat dengan emosi, meninggalkan Julian yang berdiri mematung di tempatnya.
Setelah sampai di cafe, aku segera mengenakan celemek khusus barista dan bersiap mengerjakan kewajibanku. "Aduh, Jer. Maafkan aku, aku datang terlambat hari ini."
Jeremy tertawa menatapku, "Santai saja lah. Ini baru pukul 10 lewat 5 menit, kok. Lihat, kau sampai keringatan begitu."
Aku menghela nafas lega karena Jeremy tak ambil pusing dengan kesalahan kecilku pagi ini. Aku menghampiri Roxy yang kini tengah membuat sebuah espresso.
"Ah, padahal masih pagi. Tapi pelanggan sudah berdatangan." Bisikku sambil menghapus keringat di dahiku dengan tissue.
"Itu bagus, biar gaji kita bisa ditingkatkan karena jumlah pelanggan semakin banyak." Roxy tertawa dengan maksud tertentu membuatku menepuk dahiku sambil terkekeh.
"Lihat deh, pria itu sudah datang pagi-pagi begini." Roxy berbisik kepadaku sambil menunjuk sesuatu, tapi aku tak mau menatap objek yang sedang Ia tunjuk, karena aku yakin betul bahwa Ia sedang membicarakan Julian.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Customer
Romance9 April 2018 - on going Halo, namaku Veronna Seanee Carl. Aku berusia 21 tahun dan bekerja di sebuah cafe di pinggir kota Dallas. Judul kisahku adalah My Mysterious Customer, tapi jangan kalian pikir bahwa aku memiliki sebuah cafe. Aku hanyalah seor...