Everything Has Been Better

6.5K 404 12
                                    

Veronna's Point of View

Aku membalikkan tubuhku ketika mendengar Roxy memanggil namaku. Saat ini adalah jam makan siang, dan aku membuat janji untuk makan siang bersama Roxy.

Wanita itu kini memelukku sebelum akhirnya berkata, "Padahal kita hanya belum bertemu beberapa hari, tapi karena sekarang kita bekerja di ruangan yang berbeda, rasanya aku sudah lama tak bertemu denganmu."

Aku terkekeh kecil seraya mulai melangkah menuju jalan ke restoran yang akan kami datangi siang ini.

Aku yang semula menundukkan kepalaku melihat ke jalan kini menoleh kearah Roxy yang tengah menatapku dengan tatapan heran.

"Hm, ada apa dengan temanku ini? Kau tampak lebih bahagia hari ini, tumben sekali. Biasanya kau selalu muram." Ejeknya membuatku mendengus.

"Aku akan menceritakannya saat kita sampai di resto nanti, tapi kumohon jangan hujat aku, mengerti?"

Roxy memutar bola matanya sebelum mengangguk paksa. "Terserah kau, Veronna."

Dengan perasaan yang agak malu, aku akhirnya menceritakan pada Roxy apa yang telah terjadi padaku dan Julian beberapa hari lalu.

Aku menceritakan semuanya, dari awal mengenai Raymond yang sebenarnya adalah mantan kekasihku, Raymond yang mencoba melakukan hal bodoh padaku, sampai akhirnya Julian menyelamatkanku. Dan tak lupa, aku mengakui perasaanku yan sebenarnya bahwa selama ini aku selalu mengharapkan Julian setelah Ia menghilang.

Awalnya aku merasa malu karena Roxy terus mengejekku sebagai wanita yang besar mulut karena berani berkata bahwa aku tak akan butuh Julian dan bertekad membesarkan bayiku sendirian, tapi pada akhirnya ternyata aku membutuhkan pria itu juga.

Aku memang tak habis pikir, mengapa ini semua bisa terjadi padaku? Aku yang sama sekali tak menyangka akan membuka hatiku untuk Julian, kini malah menjadi wanita termanja di hadapan pria itu. Tapi syukur, Roxy memberikan respon positif dan mendukungku dengan Julian. Ia berkata mungkin semuanya memang sudah takdir, aku bisa bersatu dengan Julian melalui hal-hal yang awalnya tak menyenangkan untukku dan melalui sebuah insiden yang di awal menorehkan luka besar di hatiku.

"Tapi, Xy. Aku juga tak tahu bagaimana kelanjutan hubunganku dengan Julian. Pria itu ternyata sangat kaku. Selama ini Ia selalu memberikan kesan seolah Ia adalah pria yang mendominasi dan akan melakukan hal seenak dirinya bukan? Tapi saat aku telah berubah untuknya, Ia menjadi pria pemalu yang tampak tak biasa menunjukkan perasaannya. Dan aku sebenarnya tak tahu, Ia akan membawaku pada hubungan semacam apa."

Roxy menghela nafas panjang, "Aku tak tahu apa yang akan pria itu lakukan selanjutnya, tapi kuharap Ia akan bertanggung jawab dan benar-benar memegang ucapannya untuk selalu menjagamu, Veronna. Aku sudah cukup melihatmu selama ini yang tampak muram setiap hari, dan mulai saat ini aku ingin selalu melihat ekspresi bahagia terpasang di wajahmu."

**

"Veronna, jam pulang sudah menjemputmu."

Menghapus keringatku dengan tisu, aku menoleh menatap Jeremy yang baru saja memasuki dapur cafe. Ia memasang senyum lebar di wajahnya membuatku ikut tersenyum kecil dan melangkah kearah gudang untuk melepaskan dan menyimpan atribut juru masakku.

Setelah mengipas-ngipas wajahku sedikit karena kitchen terasa sangat panas hari ini, aku berjalan menuju pintu belakang cafe bersiap pulang. Waktu telah menunjukkan bahwa sekarang adalah pukul 6 sore. Ini adalah hari Minggu, makanya aku pulang lebih larut dari biasanya.

Aku hampir saja melangkah melewati ambang pintu, namun tiba-tiba panggilan Jeremy membuatku menoleh.

"Ah, seperti biasanya, malam ini aku akan mengantarmu karena diluar sudah sangat gelap."

My Mysterious CustomerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang