He's Shameless

10.9K 486 4
                                    

Aku menatap tubuhku yang saat ini tengah tak terbalut pakaian. Aku kembali menitihkan air mataku menatap Julian yang kini masih tertidur dengan lelap di sampingku, dalam keadaan yang sama denganku.

"Kenapa kau lalukan ini padaku, Julian? Aku tak tahu kau bisa berbuat segila ini.." Bisikku serak.

Saat ini pukul 2 pagi, dan semalam tubuhku telah bersatu dengan milik Julian..

Aku melangkahkan kakiku lemas dan kembali memungut pakaianku. Aku harus segera pergi sebelum pria tak berotak yang semalam tidur denganku itu bangun dan kembali menahanku.

Dengan wajah dan penampilan yang berantakan, aku mengenakan mantelku sebelum akhirnya melangkahkan kakiku perlahan menyusuri jalan dan kembali pulang ke rumahku, memberanikan diriku menerobos gelapnya malam.

Julian sepertinya sudah gila..
Aku tak tahu apakah Ia sadar dengan apa yang telah Ia lakukan padaku.

**

"Veronna, apakah terjadi sesuatu yang buruk padamu? Apa kau mau bercerita padaku?"

Aku menggelengkan kepalaku ketika Roxy menatapku khawatir dan terus memegangi kedua lenganku.

"Aku tak apa-apa, Roxy. Jangan khawatir." Ujarku pelan, tapi Roxy mengernyitkan dahinya.

Saat ini aku tengah melepaskan jaket dan topiku yang baru sampai di cafe, dan tadi, segera setelah melihat wajahku, Roxy tergesa-gesa menghampiriku.

"Apa kau yakin? Kau tampak tak baik, Ronna. Wajahmu lelah, dan matamu sembab." Roxy sempat menghela nafasnya pelan, sebelum akhirnya kembali berujar padaku. "Jika memang terjadi sesuatu dan kau tak ingin bercerita padaku, itu tak apa, Ronna. Aku menghargai privasimu, tapi tolong, jika kau sudah tak sanggup menyimpannya sendiri, aku ada disini untuk mendengarkanmu."

Aku menganggukkan kepalaku dan melemparkan senyum palsuku terhadap temanku yang selalu mengerti diriku ini.

Tidak, Roxy. Sebenarnya aku tak baik-baik saja. Semalam Julian menguasai tubuhku secara paksa. Tapi aku malu untuk memberitahumu soal itu.

"Ya Tuhan, Veronna? Kau tampak menyeramkan." Jeremy yang baru muncul dan melihatku, kini menautkan pangkal alisnya. Ia heran menatapku yang datang dengan mata sembab pagi ini.

Roxy kini meninju lengan Jeremy pelan, "Berisik, Jer. Jaga ucapanmu, Veronna sedang tak enak badan, kau tahu."

"Ah, maafkan aku, Ronna. Apakah kau butuh istirahat? Aku akan memberimu izin untuk off jika kau memang benar-benar membutuhkan itu."

Jeremy menatapku khawatir, tapi aku menggeleng sambil melemparkan senyum tipis padanya. "Tak apa, Jer. Aku hanya kurang tidur. Tapi tolong angkat saja tubuhku jika aku jatuh pingsan." Ujarku terkekeh membuat Jeremy menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Mari mulai bekerja!" Pekikku kembali memalsukan senyum lebar di wajahku. Padahal sebenarnya, di dalam hatiku ada lubang yang begitu besar jika mungkin bisa terlihat.

Aku melangkahkan kakiku menuju counter, tapi hatiku tercelos begitu pandangan mataku bertemu dengan kedua mata milik Julian dari jauh. Pria itu sudah duduk di meja bernomor 16.

Apa? Pria brengsek itu sudah datang ke cafe pagi-pagi begini? Setelah apa yang Ia lakukan padaku semalam? Benar-benar gila. Apa Ia tak punya rasa malu?

"Wah, pelanggan pertama kita hari ini sudah datang. Pagi sekali, kita bahkan baru buka cafe."

Aku menundukkan kepalaku mendengar ucapan Jeremy. Aku benar-benar tak menyangka bahwa Julian dengan tak tahu dirinya masih berani menunjukkan batang hidungnya di hadapanku. Apakah Ia tak peduli dengan harga dirinya di mataku?

My Mysterious CustomerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang