I Slept With Him

12K 569 6
                                    

Peringatan: Konten 17+!

Aku menatap jam tangan yang melingkar di tangan kiriku sebelum akhirnya menghembuskan nafas panjang. "Ah sial, aku pulang terlalu larut." Gerutuku pada diriku sendiri.

Waktu telah menunjukkan pukul 6 sore, tadi setelah bekerja, aku dan Roxy menyempatkan diri untuk makan bersama dan menghabiskan waktu selama 2 jam. Dan kini, aku hanya bisa mengacak rambutku karena aku cukup ngeri melalui jalan ke rumahku saat langit sudah mulai gelap seperti ini.

Lebih baik aku jalan cepat agar segera sampai di rumah daripada berlama-lama dan membiarkan malam semakin mendekat.

Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaketku karena udara di sekitarku mulai mendingin.

...

Sedaritadi aku berjalan sambil menundukkan kepalaku, tapi aku terperanjat ketika kini menatap sepasang sepatu pria menghiasi pandanganku.

"Veronna." Ujar pria itu membuatku langsung mendongakkan kepalaku dan menatap kedua matanya lurus-lurus.

"J-julian?" Bisikku dengan jantung yang berpacu cepat, aku nyaris saja mengira bahwa seorang pembunuh tengah mencegatku, tapi ternyata yang melakukan itu adalah pria yang telah 10 hari menghilang dari pandanganku.

"K-kau kembali lagi?" Ujarku sekali lagi, membuat pria itu menyeringai puas.

"Apa kau menunggu kedatanganku?" Tanyanya dengan seringaian yang membuatku ngeri masih terpasang di wajahnya.

"Apa maksudmu? Jangan berpikir yang tidak-tidak."

Aku baru saja ingin melanjutkan langkahku dan melewati pria bertubuh besar di depanku, tapi Ia kembali mencegat jalanku.

"Jadi kau masih mencoba menghindariku?" Tanyanya, kali ini dengan ekspresi wajah datar. Ia menatapku intens, membuatku bingung karena sikapnya yang aneh.

"Aku tak menghindarimu. Aku ingin pulang, tolong minggir."

Faktanya, aku memang sedang mencoba menghindar darinya dan kembali melangkahkan kakiku cepat-cepat, tapi Julian tiba-tiba menarik lenganku.

"Baiklah, mari kita habiskan waktu setidaknya sebentar sebelum aku mengantarmu pulang."

Aku mengernyit mendengar ucapannya, "Untuk apa? Kau tak perlu mengantarku, terima kasih."

Julian terdiam tanpa menanggapi ucapanku membuatku segera menghela nafas lega. Kupikir Julian akan membiarkanku pergi, tapi Ia masih menarik lenganku.

"Ada apa lagi? Lepaskan." Tukasku tapi Julian kini menautkan pangkal alisnya dengan wajah parau, dan entah mengapa jantungku berdebar kencang menatap perubahan ekspresinya yang semula dingin menjadi parau.

"Veronna, selama ini aku selalu menunggumu. Tapi kenapa kau tak pernah melirikku bahkan untuk sekali saja?"

Aku menelan ludahku lalu menggelengkan kepalaku, "Kau ini bicara apa? Apa kau mabuk? Tolong biarkan aku pergi."

Aku menghempaskan tanganku dari genggamannya tapi Julian kini dengan kasar malah menarikku semakin mendekat ke tubuhnya.

"Ronna, kau sudah tahu selama ini aku menginginkanmu. Tapi kau tak pernah memberikan kesempatan untukku membuktikan ketulusanku padamu. Sebenarnya apa salahku?"

Percuma memberontak padanya, karena Ia keras kepala dan aku yakin Ia takkan pernah melepasku sebelum aku menjelaskan sesuatu padanya.

"Ju, dengar. Aku tahu kau menyukaiku, tapi kau juga perlu tahu, aku tak pernah jatuh cinta padamu. Tak pernah bahkan hanya untuk sekali pun. Kenapa kau keras kepala masih mengejarku, huh? Ibumu bahkan tak menyukaiku, tapi kenapa kau masih seperti ini, Ju? Jangan bodoh!"

My Mysterious CustomerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang