Testpack

9K 512 11
                                    

"Aaaaah! Pelanggan hari ini luar biasa banyak, aku sampai kewalahan dibuatnya." Roxy menghembuskan nafasnya panjang sambil merasakan sejuknya angin sore ini.

Kami sedang berjalan kaki pulang ke rumahku. Roxy sudah seminggu menginap di rumahku, dan itu artinya, minggu depan Ia akan kembali pulang ke rumahnya dan aku akan kembali menyendiri.

Aku memegangi kepalaku yang terasa begitu berat, hari ini rasanya badanku kurang fit dan yang aku rasakan seharian penuh ini adalah pandanganku yang berkali-kali mendadak berkunang-kunang, sehingga aku perlu menghentikan aktivitasku sejenak dan memijat pelipisku sampai pandanganku kembali normal.

"Ve, kenapa? Kau hari ini banyak memegangi kepalamu."

Aku menatap Roxy yang kini menampilkan wajah khawatirnya, dan saat ini kepalaku masih merasa pusing. "Entahlah, Xy. Seharian ini kepalaku terasa pusing setengah mati."

Roxy menghentikan langkahnya dan menempatkan punggung tangannya di dahiku. "Ya Tuhan, tubuhmu agak hangat. Kau butuh istirahat, Ve. Sepertinya kau akan sakit."

Aku menganggukkan kepalaku lalu kembali melangkah bersama Roxy sebelum akhirnya kami sampai di rumahku 4 menit setelahnya.

"Nah, lebih baik kau tak usah mandi dan langsung berbaring ya. Aku akan buatkan teh hangat, dan kau perlu minum obat."

Aku mendudukkan diriku di sofa sambil menyandarkan kepalaku dengan mata yang terpejam. "Xy, maaf ya. Seharusnya saat kau menginap di rumahku, kita bersenang-senang. Tapi aku malah merepotkanmu dengan sakit-sakitan seperti ini."

Roxy menghela nafas panjang, "Ronna, justru aku bersyukur, saat kau sakit aku sedang ada di dekatmu, setidaknya ada yang membantumu, Ve. Aku tak bisa bayangkan jadi dirimu, aku yang sedang fit saja merasa sangat kelelahan bekerja di cafe hari ini, apalagi kau yang sedang tak enak badan?"

Aku mengukir senyum tipis di wajahku yang kuyakin saat ini tengah pucat. "Terima kasih, Xy. Aku tak tahu bagaimana jika kau tak disini."

**

4 days later..

"Hueeek!"

Aku berlari kecil menuju kamar mandi dan segera memuntahkan isi perutku di wastafel. Perutku terasa sangat sangat mual hari ini. Kau tahu? Aku merasa ingin mati dengan rasa sakit yang kualami seminggu terakhir.

Kepalaku pusing bukan main setiap hari, dan pagi ini deritaku bertambah ketika saat baru bangun tidur aku merasa sangat mual.

"Veronna! Kau tak apa?" Teriak Roxy dari luar kamar mandi sambil mengetuk pintu, membuatku segera mencuci mulutku dengan air dan keluar dari kamar mandi sambil menepuk-nepuk dadaku.

"Sial, kenapa sakitku jadi makin parah begini." Gumamku membuat Roxy mengernyit khawatir.

"Ve, kurasa kau perlu ke dokter. Ini sudah hampir seminggu kau sakit seperti ini, dan lihatlah hari ini sakitmu semakin parah. Lebih baik aku telepon Jeremy dan meminta izinnya agar kau off hari ini, ya?"

Aku menggelengkan kepalaku, "Tak perlu, Xy. Aku masih kuat bekerja, kok. Tenang saja. Maaf aku membangunkanmu pagi-pagi begini ya. Perutku mual sekali."

Aku melangkahkan kakiku menuju sofa ruang tamu meninggalkan Roxy dengan kebingungannya. Ia melangkah pelan menghampiriku dan kini duduk di sampingku.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Ve? Kenapa kau tiba-tiba sakit begini? Kau tidak makan teratur? Atau masuk angin?"

Aku menghela nafas pelan, sebelum akhirnya kembali menggelengkan kepalaku. "Aku tak tahu, Xy." Ujarku menunduk lalu memejamkan mataku.

Aku yakin ada yang tidak beres dengan tubuhku. Kini aku mengusap wajahku kasar lalu meremas rambutku frustrasi.

My Mysterious CustomerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang