file ○ 1

2.9K 439 20
                                    

10/04/18

Tak ada penghuni kelas yang benar-benar tahu apa Park Jimin, anak laki-laki mungil yang senang menyendiri di pojokan dekat jendela itu bisa bicara atau tidak. Ia diam ketika ditanya--kadang-kadang menjawab dengan anggukan dan gelengan--juga ketika diminta ibu guru untuk menyampaikan pendapat.

Seulgi bahkan sangsi ada anak kelas yang pernah mengajak Park Jimin mengobrol. Laki-laki itu dijauhi oleh semua orang. Dikatakan bisu atau aneh, juga rumor lainnya. Yang jelas ada peringatan tak tertulis bagi anak-anak untuk tidak mengobrol dengan Jimin, bahkan berada di sekitarnya. Entah ibu guru tahu atau tidak.

"Jangan dekat-dekat dengan Jimin, Seulgi. Nanti kau ikut dikutuk."

Ketika Sungjae tak sengaja memergokinya sedang memperhatikan Jimin, Seulgi terkesiap kaget. Sedetik kemudian raut heran menghiasi wajahnya.

Anak yang dikutuk.

Rumor paling parah yang beredar adalah itu. Mereka bilang Jimin dikutuk oleh penyihir jahat saat masih di dalam kandungan sehingga tidak bisa bicara. Katanya orang tua Jimin menanggung dosa besar yang susah untuk di ampuni.

Tapi pada dasarnya rasa penasaran anak-anak memang terlampau tinggi. Sehabis diperingati oleh Sungjae, rasa penasaran gadis berumur sembilan tahun itu malah semakin menjadi.

Seulgi ingin mencoba mengobrol dengan Jimin. Ia ingin mendekati laki-laki itu.

Oh, jelas sekali tekadnya dihalangi oleh teman-teman yang khawatir dan panik akan rumor kutukan.

"Kau tahu sadako? Jimin bisa dibilang mirip seperti itu," ujar Seungwan dan segala caranya untuk menahan sahabat kecilnya itu.

"Tapi Jimin laki-laki. Rambutnya pendek dan dia tidak memakai gaun."

"Kalau begitu dia sadako versi laki-laki," Seungwan mendesah kala menangkap raut Seulgi yang jelas-jelas tidak setuju akan gagasannya. "Oke, lupakan saja. Yang jelas jangan ambil resiko untuk mendekatinya barang satu meterpun. Kau tidak mau jadi ikutan bisu, bukan?"

Seulgi mengangguk saja. Terlalu malas untuk berdebat dengan Seungwan.

Padahal Mama bilang bisu itu bukan penyakit menular.

Pada akhirnya ia tetap menjauh, kembali ke Kang Seulgi mode awal yang sibuk menjawab pertanyaan guru dan menjadi murid teladan di kelas. Untuk beberapa waktu Seulgi melupakan rasa penasarannya akan Park Jimin. Hingga ibu guru memintanya untuk pergi ke ruang guru bersama Jimin. Berdua, berjalan bersama di koridor sekolah yang kosong saat waktu pembelajaran. Dan untuk pertama kalinya ia mendengar Park Jimin berbicara.[]

[1] 52 hz ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang