Yang Jimin rasakan hari itu hanyalah kebahagiaan. Menginap di sekolah memang bukan kegiatan yang baru. Kendati demikian, bersama siapa ia akan menghabiskan waktu adalah poin penting yang menbuatnya hampir tersenyum sepanjang hari.
Ada Kang Seulgi, Jeon Jungkook, serta Kim Taehyung. Tak lupa juga Seokjin hyung dan Mira nuna.
Belakangan ia merasa hari-harinya menyenangkan. Meski perlakuan kasar, tatapan mengejek serta jijik, juga bisikan menyakitkan masih hadir, setidaknya Jimin merasa ia memiliki teman.
Sejak kapan ya, semuanya jadi begini?
Mungkin sejak dirinya dan Kang Seulgi dapat berbicara satu sama lain?
Atau sejak Taehyung yang tahu mengenai hubungan Seokjin hyung dengan Mira nuna dan mengancam Jimin untuk berteman dengannya?
Ah, Jimin tahu Taehyung tidak sungguh-sungguh dengan ancamannya. Dia hanya kesepian dan membutuhkan teman yang sesungguhnya. Mereka sedikit-banyak senasib, dan karena itulah Jimin rela melakukan apa saja demi Taehyung. Termasuk menjauhi Kang Seulgi dan Jeon Jungkook.
Taehyung takut ia ditinggalkan. Jimin mengerti. Karena ia pun begitu.
"Jeon Jungkook itu kasar."
Saat Taehyung mengatakannya, Jimin tahu ia lagi-lagi tak bermaksud begitu. Baiklah, Jeon Jungkook dan sifatnya memang agak kasar dan blak-blakkan. Akan tetapi saat lelaki itu berteriak menasihatinya di depan perpustakaan, Jimin tahu Jungkook itu peduli.
Ia hanya tak bisa menampakkan kepeduliannya seperti yang orang lain lakukan.
Lalu Kang Seulgi. Pertama kali keduanya 'berbicara' di koridor yang sepi, Jimin terkejut. Tak penah ada yang bisa mendengar suaranya selain penyelamatnya di hari ia tenggelamㅡSeokjin. Perasaan bahagia tentu terselip, namun konskuensi yang kemudian hadir membuatnya tersadar dan perlahan menjauh.
Seulgi pantas mendapatkan kehidupan yang baik.
Sampai kejadiannya terulang dan Jimin menemukan kembali suaranya. Sungguh, ia ingin mengatakan sesuatu dengan suaranya sendiri pada Kang Seulgi. Juga Jungkook dan Taehyung.
Tetapi tak bisa.
"Jimin, kau baik-baik saja?"
Anak itu menoleh. Ditemukannya wajah Mira yang cemas, juga Seokjin yang penasaran dengan apa yang keduanya perbincangkan.
"Aku tak apa," jawabnya. Masih tak terbiasa dengan suara yang lolos dari bibirnya. "Tapi apa kita benar-benar harus kembali ke Busan sekarang? Aku belum mengucapkan apa-apa pada Taehyung dan Jungkook, juga Seulgi."
"Maaf, sayang. Tapi kita harus bertemu dengan orang tuamu dan mengunjungi Dokter Yoo di Busan."
Itu Mira yang menjawab dengan nada menyesal. Agak tidak tega melihat kesedihan yang menyelimuti Jimin, namun ini memang harus terjadi.
"Tenang saja, jagoan. Kau bisa bertemu kembali dengan teman-temanmu di lain waktu," hibur Seokjin meski ia sendiri tak yakin bila ucapannya dapat menjadi kenyataan di masa depan. Paling tidak demi melihat segurat senyum yang lucu terpatri pada bibir Jimin.
"Baiklah. Aku pasti akan menemui teman-temanku lagi."
Jimin menatap keluar jendela kereta. Hamparan kebun yang tak lama berganti hutan hadir. Di antaranya ia tersenyum. Benar, teman-temannya.
Di antaranya ia bertekad. Benar, aku harus kambali menemui teman-temanku.
Di antaranya ia berharap. Semoga Jungkook, Seulgi dan Taehyung berteman dengan baik.
Semoga ketiganya tak pernah melupakannya dan selalu menunggunya.
Semoga paus yang akhirnya mendapatkan balasan dapat bahagia selamanya.
끝
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
FanficMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단