26/05/18
Sorry for typoIngat ini disc play!
Hari itu langit cerah berawan. Hawa panas sirna digantikan semilir angin sejuk. Menerbangkan dedaunan, pasir di jalanan, juga impian seorang anak laki-laki berumur lima tahun yang terjatuh dari sepedahnya di persimpangan jalan. Menyusruk tanah, melawan kerikil, membuktikan teori gravitasi.
Ada beberapa saat bagi Park Jimin kecil untuk tetap terdiam menerima kenyataan hingga sesuatu menyentaknya dan membuatnya tersadar. Ia bangkit, sambil menepuk-nepuk tangan yang kotor serta mengusap celana pendek berusaha untuk menahan air mata di pelupuk mata agar tidak lolos dengan mudahnya.
Ibu pernah berkata anak cengeng itu lemah, jadi ia tidak ingin mengecewakan ibunya dengan menangis. Jimin itu kuat.
Lantas dengan sisa-sisa tenaga ia memakai sandal yang sempat terlepas kemudian menuntun sepedah kecilnya berbelok ke arah rumah, pulang. Buruk sekali keadaan kendaraan kesukaannya itu. Rantai copot, rem bengkok, stang yang agak aneh. Mustahil bisa kembali dinaikinya.
Ayahnya bisa saja marah dan mengomel panjang lebar, tapi Jimin tidak perduli. Entah apa yang merasuki dirinya sehingga kaki mungil itu memutuskan untuk berhenti tepat di tengah-tengah jembatan. Menyandarkan sepeda pada tiang-tiang kayu pembatas, berdiam diri memperhatikan aliran air sungai nan jernih di bawah sana. Ikan-ikan berwarna-warni berenang bebas sambil bermain satu sama lain. Sangat mengasyikkan.
"Aku ingin mencuci tangan di sana! Oh, tidak, tidak. Mungkin sekaligus membersihkan diri? Berenang di sungai pasti menyegarkan."
Ia baru saja berpikir seperti itu ketika sekonyong-konyong tubuh mungilnya limbung tanpa sebab, mencari pegangan namun tak ada, sehingga yang terjadi adalah terceburnya ia ke dalam sungai. Mengagetkan ikan-ikan, membuat cipratan air maha dahsyat, menerbangkan kupu-kupu serta burung yang tadinya hinggap di pinggiran sungai.
Anak laki-laki itu jelas kaget. Apalagi ketika tersadar bahwa ia terlalu pendek untuk menyentuh dasar sungai, dan terlalu lemah untuk berusaha berenang ke tepi. Yang bisa dilakukan hanyalah bergerak agar tetap mengapung, meski lama kelamaan tenaganya terkuras dan nyaris habis. Entah berapa banyak air yang menyusup masuk ke dalam tubuhnya tanpa permisi.
Pasrah.
Menanti pertolongan, namun keadaan sekitar yang sepi membuat sangsi.
Lantas ketika akhirnya ia merelakan diri diraup air, ditarik ke kedalaman dan semua menjadi buram, sosok itu muncul. Menarik Jimin dengan satu sentakan kuat, mendekapnya erat-erat, menyelamatkannya.
Nafas terengah-engah yang terdengar begitu nyaring serta wajah khawatir sang penyelamat menjadi hal terakhir yang Jimin lihat sebelum matanya meredup dan terpejam.
Dengan begitu, kegelapan mengambil alih dirinya.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
Fiksi PenggemarMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단