Pukul tiga pagi.
Rasanya baru lima detik Seulgi memejamkan mata dan seruan-seruan para guru yang berusaha membangungkan anak didiknya terdengar begitu saja. Ia ingin tidur barang lima menit saja. Kendati guncangan serta tarikan selimut yang membungkusnya sekonyong-konyong hadir.
Bersamaan dengan terbukanya mata, sosok Jeon Jungkook yang selalu menyebalkan adalah hal pertama yang gadis itu lihat. Muak sekali rasanya.
"Bangun, bodoh. Semua orang sudah bergegas pergi ke aula. Kita akan uji nyali sebentar lagi," cecarnya.
Seharusnya Seulgi yang kesal karena sudah diguncangkan sesuka hari dan selimutnya diterbangkan begitu saja entah kemana. Tetapi mengapa malah Jungkook yang terlihat sebal?
Bergerak bangkit dengan kepala pusing, Seulgi merapihkan rambut panjangnya, menguap kecil, lantas menatap sekitar.
"Dimana Jimin?" Tanya Seulgi dengan suara serak.
Bagaimanapun, Park Jimin masuk ke dalam kelompoknya dan Jungkook untuk uji nyali bersama mengelilingi sekolah.
"Kau lupa, ya? Setelah tercebur tadi ia di bawa ke rumah sakit oleh Pak Seokjin. Kudengar si mungil itu malah akan di bawa ke Busan," jawab Jungkook.
Mendengarnya membuat Seulgi termenung. Ia teringat akan kejadian kemarin sore. Bagaimana Jimin tercebur, Pak Seokjin yang panik, juga suara itu...
"Aku baik-baik saja."
Jujur saja, Seulgi kaget. Suara itu tidak terdengar seperti suara-suara yang sebelumnya. Juga tidak se-transparan yang sering ia dengar. Suara itu nyata. Benar-benar nyata sebab bibir yang biasanya selalu terkatup itu diam dan vokal yang tak pernah terdengar itu memang lolos dari mulutnya.
Suaranya memang terdengar janggal, tetapi melihat bagaimana Jimin sendiri mendadak bahagiaㅡlepas keterkejutan tak terkiraㅡmembuat Seulgi berakhir tersenyum begitu lebar. Ia baru saja ingin ikut mengatakan sesuatu tatkala Pak Seokjin yang sama terkejutnya mendadak bangkit sambil membopong tubuh Jimin. Keduanya menghilang menuju bangunan serba putih dan sepertinya belum kembali bahkan setelah melewati malam yang terasa begitu singkat.
"Hei, cepatlah! Kau mau dijadikan bahan percobaan oleh si kumis tebal?"
Sekonyong-konyong Seulgi kembali ke kenyataan. Jeon Jungkook berdiri di ambang pintu berbalut jaket biru serta sebatang lilin yang belum di nyalakan. Buru-buru gadis itu bersiap diri, ikut memakai jaket dan membawa lilin miliknya lantas menghampiri Jungkook. Keduanya pergi ke aula bersama segerombol anak yang juga terlambat.
Lampu-lampu yang sengaja dimatikan membuat suasana terasa begitu aneh dan sepi. Bahkan dengan seratusan murid yang terkumpul, Seulgi tidak bohong bila ia merinding dan merasa takut.
Park Jimin seharusnya hadir di sini. Atau paling tidak seseorang yang dapat menggantikannya karena tolonglah, berdua menjalani uji nyali di sekolah yang gelap gulita bersama seorang Jeon Jungkook adalah hal terburuk yang pernah ada. Si menyebalkan satu itu bisa saja meninggalkannya, tiba-tiba menghilang lantas kemudian mengagetkan dengan segala triknya.
"Giliran kita sebentar lagi." Bisik Jungkook.
Anak-anak di barisan depan satu-persatu menghilang untuk menjelajahi sekolah. Oleh sebab itu Seulgi merasa semakin panik. Tangannya berkeringat namun terasa begitu dingin.
Tepat sebelum bagiannya dan Jungkook berangkat, sosok Kim Taehyung sekonyong-konyong hadir di tengah keduanya. Kemunculannya bagai hantu yang membuat kaget.
"Sedang apa di sini?" Jungkook berjengit. Suaranya terdengar tak suka meski bila ditafsirkan lebih lanjut dapat berarti kekagetan dan kelegaan.
"Suka-suka," balas Taehyung tak kalah sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
FanfictionMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단