12/07/18
"Kau tinggal bersama Pak Seokjin dan Kak Mira? Kalian keluarga? Tapi bukankah keluarga tidak boleh bekerja di sekolah yang sama? Guru Ong saja katanya keluar karena istrinya menjadi guru di sini..."
Mulut itu terus mengoceh; menyuarakan isi pikiran. Lama kelamaan terasa mengintimidasi, menuntut sebuah jawaban jelas yang menjernihkan semua. Akan tetapi Jimin hanya diam. Tidak mengangguk ataupun menggeleng, juga tidak melakukan apa-apa kecuali menatap sosok di hadapannya datar. Diam yang sayangnya dianggap sebuah pembenaran.
"...jangan bilang Pak Seokjin dan Kak Mira itu suami-istri?! Lalu kau... Jimin-ah, apakah kau anaknya? Benar, aku tidak pernah melihat ayah dan ibumu datang ke pertemuan orang tua di sekolah..."
Jimin tetap diam; lagi-lagi di anggap 'iya' oleh sang lawan bicara.
"...lalu apa pihak sekolah tahu?"
"..."
"Hei... jawab aku..."
"..."
"Baiklah, kalau begitu biar aku yang bertanya pada kepala sekolah saja..."
Tatkala laki-laki yang sedari tadi bersimpuh di sisi lain meja beranjak untuk bangkit, Jimin serta-merta melotot dan mencekal lengannya erat. Mengerahkan segala tenaga untuk menahan agar lelaki itu tak menjalankan niatnya. Namun dari awal kalimat itu hanya gertakan.
"Ada apa? kenapa menahanku?"
Jimin menggeleng cepat, memberikan gestur melarang sehingga lelaki itu mengerti.
"Kau melarangku?"
Kali ini Jimin mengangguk.
"Baiklah. Kalau begitu lain kali saja... eh? kenapa lagi?"
Sementara Jimin merobek secarik kertas dan mulai menulis sesuatu di atasnya, sosok itu menunggu dengan sabar.
"Jangan bertitahu siapapun..." bacanya. "Kau menyuruhku untuk menutup mulut? Wah, tapi tidak gratis..."
Jimin menulis lagi. Kau ingin apa?
"Hmm... aku ingin kau menjadi temanku. Hanya aku, Kim Taehyung seorang."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
FanfictionMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단
![[1] 52 hz ●](https://img.wattpad.com/cover/144651233-64-k395899.jpg)