Ibu sering bercerita saat malam menjelang dan waktu mengisyaratkan saatnya untuk berbaring di ranjang empuk dengan selimut wol biru menutupi tubuh. Dongeng-dongeng klasik, kisah-kisah hebat, cerita-cerita penuh makna.
Tapi dari sekian banyak cerita yang terurai, ada satu yang sangat membekas bagi Park Jimin.
Alkisah di sebuah lautan yang luas hiduplah seekor paus yang kesepian. Bicaranya sangat rendah hingga seberapa kerasnya ia berteriak dan menjerit, tak akan ada yang bisa mendengarnya. Ia berbeda dari paus kebanyakan.
Paus itu berenang kesana-kemari sendirian. Setiap saat mencoba untuk berkomunikasi dengan sesama paus. Demi mencari teman, demi dapat didengar oleh yang dicintai. Tapi nihil.
Seakan putus asa dan mengatupkan mulut rapat-rapat. Menyembunyikan diri. Ingin menyerah tapi segan. Ingin berhenti tapi itu berarti pengecut.
Maka paus itu terus mencoba, mencoba, dan mencoba. Tanpa kenal lelah, tanpa mengkhawatirkan akhir yang menyedihkan.
Ia percaya pada suaranya. Pada hertznya. Pada lagu yang setiap hari disenandungkan demi mendapat perhatian. Pada lautan yang luas beserta isinya. Pada harapan yang membuatnya yakin akan terlepasnya belenggu kesendirian dan kesepian yang menyiksa.
Begitulah Whale Alien yang memiliki frekuensi 52 hz menjalani hidup.
Serta seorang Park Jimin yang berusaha mengikutinya.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
FanfictionMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단