13/04/18
Gadis cilik yang menggenggam sebuah kantung plastik putih itu berlari menerjang kerumunan anak-anak di dekat ayunan. Refleks berteriak begitu melihat siapa sosok yang dikerubungi. Tak perduli akan nasib es krimnya yang terjatuh dengan naasnya.
Seulgi dengan tenaga yang entah muncul darimana menyingkirkan dua anak laki-laki yang menghalanginya ke arah samping, sementara ia tanpa rasa takut memasuki kerumunan.
"Hey, kau baik-baik saja?" Tanyanya pada Park Jimin yang terduduk begitu saja di tanah. Rambut laki-laki itu acak-acakan seperti bekas di jambak, wajahnya coreng-moreng, pakaiannya kotor dipenuhi tanah. Dan sepatunya... Ya Tuhan. Seulgi baru sadar kaki itu bertelanjang tanpa alas.
"Apa yang kalian lakukan padanya?" Kali ini ia bertanya galak pada lima sampai enam anak yang masih mengerebunginya. Wajahnya merengut tak suka.
"Siapa kau?" Salah satu dari anak-anak tersebut, si gendut berkaos biru yang sepertinya pemimpin geng balik bertanya.
"Aku temannya," jawab Seulgi. Ia menunjuk Jimin, lantas membantunya berdiri.
"Hahaha! Si bisu ini memiliki teman?"
Demi Tuhan, Seulgi benci sekali dengan tawa si kaos biru itu. Tawanya jahat! Seperti tokoh antagonis--monster mungkin? Atau criminal mastermind?-- yang ada di film-film.
Oke, secara keseluruhan ia membenci anak laki-laki itu. Mengapa orang-orang harus menghabiskan waktu dengan membully orang lain sementara masih banyak hal bermanfaat di dunia yang bisa dilakukan?
"...mana mungkin! Kau mau berteman dengan anak terkutuk sepertinya?"
Sahutan anak-anak yang lain berhasil membuat Seulgi mengepalkan tangan. Ia menatap satu-persatu wajah yang mengelilinginya. Tampang anak-anak nakal, brandal, terlihat begitu jelas.
Tidak logis jika ia harus melawan keenamnya secara langsung. Bagaimanapun ia ini perempuan, dan hanya berdua dengan Jimin--kalau laki-laki yang bersembunyi di belakangnya itu bahkan berani untuk melawan.
Namanya bunuh diri kalau ia nekat melawan.
Ayo, cari cara lain, Kang Seulgi.
Sambil berpikir dan berusaha mengulur waktu, matanya memperhatikan keadaan sekitar. Taman mulai kedatangan para pengunjungnya, meramaikan lingkungan. Ada lansia bertongkat yang menikmati kesejukan tanaman hijau, ibu dan bayinya yang sedang berjemur, kakak-kakak jogging, pemuda dengan anjingnya, orang tua dengan anak-anak lincahnya. Ide itu seketika terlintas di otak.
Seulgi tanpa aba-aba menjerit kencang. Suaranya melengking seperti mic yang di dekati pada speaker, memekakkan telinga. Cukup membuat anak-anak di hadapannya tersentak kaget, juga setiap orang yang mendengarnya.
"Anak-anak ini menggangguku!" Ia kembali berteriak. Sedetik kemudian sudah berhasil menjadi pusat perhatian.
Seorang nenek dengan kalung mutiaranya hendak berjalan mendekat ketika ke enam anak itu celingak-celinguk panik dan memutuskan untuk kabur. Tak menduga aksi Seulgi tentu saja. Sayangnya ketika ia berbalik dan ingin mengatakan sesuatu pada orang yang di tolongnya, Park Jimin sudah menghilang.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
FanfictionMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단
![[1] 52 hz ●](https://img.wattpad.com/cover/144651233-64-k395899.jpg)