disc play ○ suara yang hilang

873 222 21
                                    

03/06/18
Sorry for typo!

Diingetin lagi ya ini flashback. Biar nggak bingung, hehe.

Hal pertama yang tertangkap oleh indra penglihatan Park Jimin adalah sosok laki-laki tampan dengan tatapan penuh kasih sayang yang tidak ia kenal.

Siapa?

"Syukurlah, kau sudah sadar," bersamaan dengan gumaman itu, suara tangisan terdengar. Ibu yang tiba-tiba muncul seketika memeluknya erat, meracau banyak, sesekali memastikan anaknyaㅡJiminㅡmemang benar-benar sudah sadar.

"Terima kasih, terima kasih banyak."

Mungkin tiga kali Ibu memberi hormat pada sang laki-laki yang memberi jarak sesaat. Air matanya masih mengalir deras, berbanding terbalik dengan senyum lebar yang justru terlukis di bibir itu.

"Bukan apa-apa, Bi. Tidak usah sampai begini, sungguh."

Ibu menggeleng kuat selagi laki-laki itu menghampirinya dan memberi sebuah usapan menenangkan. "Sekali lagi terima kasih banyak, Seokjin-ah. Bibi tidak tahu lagi harus bagaimana jika saat itu tidak ada kau disana."

Percakapan itu masih berlanjut diiringi isak tangis. Park Jimin yang baru siuman hanya dapat menonton sebagai saksi, bingung dengan apa yang sedang terjadi.

Kenapa ia ada di rumah sakit? Kenapa Ibu menangis? Siapa laki-laki itu?

Memori mengenai kejadian beberapa jam yang lalu lantas mengalir bagai air sungai. Menyentak Jimin tanpa aba-aba sehingga anak itu mencoba menggapai Ibu, ketakutan.

Namun tatkala niatnya memanggil sang sumber kehangatan dalam hidupnya dan bertanya mengani ini-itu hendak terlalsanakan, ia tercekat.

Ada apa ini?

Kenapa tak ada suara yang keluar dari mulut? Kenapa lehernya terasa tercekik sehingga vokal barang satu nada pun tak berhasil lolos dan membuat objek yang dimaksud menoleh? Ibu, kenapa?[]

[1] 52 hz ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang