24/06/18
Sorry for typoSeulgi hanya ingin membicarakan beberapa hal dengan Jimin. Bertanya ini-itu demi mendapatkan kepastian dan membuat kepalanya kembali normal tanpa pusing-pusing memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Namun apa daya. Selepas kejadian di depan perpustakaan Jimin selalu berada di dalam genggaman Taehyung.
Tidak nyaman rasanya menghampiri dua laki-laki itu. Terlebih pada Taehyung yang setelah dihujani gerutuan Jungkook, terasa jadi mencurigakan.
"Tapi Taehyung terlihat begitu baik saat hari pertama aku bergabung ke club," gumamnya selagi angin siang berhembus menerpa wajah. "Jimin juga terlihat biasa saja. Apa Jungkook saja yang berlebihan?"
Entahlah. Jungkook kadang terlalu susah untuk dipercaya. Mulutnya boleh dibilang berbahaya, apalagi Seulgi tidak benar-benar mengenalnya. Dia itu pembuat masalah, ingat?
Lantas mengapa kata-katanya terus mengiang di kepala Seulgi?
"Jimin-ah! Oper bolanya padaku!"
Dari ambang jendela kelas gadis itu bisa mendengar seruan Kim Taehyung di lapangan sekolah. Tak jauh berjarak, presensi Jimin hadir. Berdiri bagai batang kayu nan rapuh sambil memeluk bola sepak erat-erat. Rambutnya teracak oleh angin sementara matanya menyipit silau. Siang itu matahari memang bersinar terik dari singgasananya.
Seulgi melihat Jimin menunjuk bola sebagai isyarat dan Taehyung yang menggangguk antusias. Laki-laki Park itu meletakkan bola pada tanah dengan ragu, sekali lagi menatap Taehyung yang menunggu.
"Ayo!" Taehyung berseru lagi.
Butuh waktu sekian sekon bagi Jimin untuk meyakinkan diri. Dan ketika tungkainya mengayun menendang bola dengan sukses, sebuah ekspresi bahagia muncul.
Sungguh, Seulgi tidak pernah melihat Jimin tersenyum begitu lebar. Tidak, laki-laki itu bahkan tertawa! Tawa yang terus bertahan selama operan selanjutnya hingga bel tanda masuk berbunyi.
Ia tidak pernah melihat Jimin sebahagia itu.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
Fiksi PenggemarMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단