file ○ 25

854 184 14
                                    

19/09/18
Sorry for typo!

Haloooo anyone miss this weird story?
Anw ini agak mix flashback and present gitu sorry kalau bingung.
Also karena aku lama nggak nyentuh ini, aku mau tanya siapa tahu ada pertanyaan kalian tentang cerita ini yang belum terjawab? Please kindly comment!


Barangkali Seulgi tak ingat.

Kendati demikian, di antara usaha meraih ujung jemari dari sosok yang limbung itu, sisa-sisa kejadian yang perlahan terputar secara samar telah mebangkitkan kenangan lama yang hampir tersortir ke tempat pembuangan. Otaknya mulai mencerna kronologis apa yang terjadi di masa lampau. Memang, tak sampai detail yang didapat. Hanya garis besar; intisarinya.

Musim panas beberapa tahun yang lalu; umurnya masih berupa angka lima dan keluarganya berlibur ke Busan.

Benar, kira-kira masa itu.

Ketika tubuh mungilnya berjingkrak tak terkendali di sepanjang jalan seraya bersenandung riang dengan segenggam bunga matahari di tangan. Saat itu Nenek menyuruhnya untuk pergi ke toko kelontong terdekat bersama sang sepupu. Membeli bumbu dapur, sabun cuci, dan bla... bla... bla... Sulgi tak ingat.

Atensinya teralihkan pada sungai jernih yang memanggil-manggil minta untuk dimasuki. Bebatuan di bagian dasarnya tampak begitu kentara, pun ikan-ikan beraneka warna yang berenang bebas tanpa gangguan berarti. Tak dapat dipungkiri, semua hal tersebut membuat gadis berkaos kuning itu tergoda.

Sayang, tak ada jalan menuju pinggiran sungai yang aman, atau paling tidak tempat untuk menikmati riak air yang bilamana dibayangkan menyentuh kulit pasti akan menyegarkan. Alih-alih, ada sebuah jembatan kayu berukuran sedang yang menghubungkan dua sisi sungai yang terpisah. Sulur hijau tumbuh merambat tanpa bisa di cegah.  Mempercantik coklatnya jembatan dengan bunga merah muda yang entah bernama apa.

"Aku ingin ke jembatan!" Serunya riang.

Sang sepupu mengangguk dengan senyum maklum, kemudian membiarkan anak ibu kota itu melangkah antusias. Mencegah kebahagiaan anak berwajah lucu itu luar biasa susah. Senyum senangnya, keantusiasannya, celotehan panjangnya ... jikalau suatu hal memutarbalikkan segala kelucuan tersebut, maka habislah sudah sisa-sisa kebahagiaan yang ada.

Mungkin suatu hal seperti melihat sosok anak laki-laki yang jatuh dari atas jembatan; terjun bebas melawan gravitasi sebelum dipeluk erat oleh fluida yang beriak. Atau melihat ketidakberdayaan anak laki-laki tersebut.

Maka Seulgi mematung. Wajahnya pias, napas tercekat, serta jantungnya berdetak lebih cepat. Dunia sekonyong-konyong berubah menjadi abu-abu yang menghalangi mata dan membuat kesadaran menipis di ambang batas.

Yang gadis itu tahu, mulutnya tiba-tiba menjerit luar biasa nyaring; meminta pertolongan pada siapapun yang mendengar

Yang gadis itu tahu, seorang lelaki berbaju abu sudah berperang melawan air demi menyelamatkan anak lelaki yang tak sadarkan diri.

Dan kejadian tersebut terulang untuk yang kedua kalinya.

"Pak Seokjin, bagaimana keadaan Jimin?"

Alih-alih mendapat jawaban, Jimin yang terbatuk dan mulai membuka mata mengalihkan atensi Seulgi, Jungkook, Tehyung dan beberapa orang lain yang ikut berkerumun. Seokjin mengusap rambut Jimin pelan seraya mendudukkan anak lelaki yang tadinya berada dalam rengkuhannya.

"Hei, kau tak apa?" Seulgi tanpa sabar bertanya. Gadis itu menyentuh lengan Jimin, menunggu suara darinya terdengar oleh telinga.

Tetapi nihil.

Seberapa lama ia menunggu pun, tak ada suara yang terdengar. Daripada itu, ada hal lain; suara asing yang terkesan aneh akibat belum pernah terdengar sebelumnya.

Suara seseorang yang ...

"Aku baik-baik saja."

... pernah bisu sebelumnya.[]

[1] 52 hz ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang