28/06/18
Sorry for typo
Terhitung dua minggu selepas Jimin keluar dari rumah sakit, Kim Seokjin kembali muncul. Kali ini bukan di kamar inap dengan ranjang berderit serta bunga lavender yang hampir layu, melainkan ruang tamu kecil keluarga Park. Laki-laki itu mendatangi rumahnya.
Senyum yang terlukis secerah mentari yang terik memberi energi, sapaannya kelewat ramah. Berbalut kemeja biru ia menyalami baik Tuan dan Nyonya Park, bertanya kabarㅡberbasa-basi sebelum topik inti terkuak.
Sementara itu Jimin dan adiknya yang terbatuk-batuk sakit mengintip dari balik tirai dengan malu-malu. Telinganya tajam mendengarkan obrolan yang terjadi meski samar didapat.
Sejujurnya ada niat untuk menghampiri Seokjin dan berterima kasih untuk yang kesekian kali. Namun demi menghormati sopan satun anak lelaki itu bergeming.
"...bibi tidak tahu harus sebanyak apa ucapan terima kasih meluncur dari mulut bibi. Sungguh, kau ini pemuda yang sangat dermawan..." terisak-isak Ibu berujar.
"Paman sungguh minta maaf sudah banyak merepotkan," sambil mengusap bahu Ibu, Ayah menyahut.
"Ah tidak, sama sekali tidak merepotkan... Bibi tolong jangan menangis, nanti saya jadi ikut sedih..."
Jimin tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kenapa Ibu menangis? Kenapa namanya samar disebut-sebut?
Namun tatkala Ibu memanggil dan sosoknya berjalan canggung menghampiri, Jimin tahu.
Anak laki-laki berumur lima tahun itu tahu bahwa perpisahan dengan keluarganya sudah di depan mata, dan hal tersebut semata-mata demi kebaikannya.
"Halo Jimin-ah," Kim Seokjin tersenyum hangat. "Ingin ikut hyung ke Seoul?"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 52 hz ●
FanfictionMereka bilang Park Jimin tidak bersuara. Tapi mengapa Seulgi mendengarnya berbicara? Insfire by Whalien 52 ㅡ방탄소년단
![[1] 52 hz ●](https://img.wattpad.com/cover/144651233-64-k395899.jpg)