1 - Hanya Mimpi

609 68 26
                                    

"AAA!!!!"

Ghea bangkit. Napasnya terdengar ngos-ngosan dengan keringat yang membanjiri pelipis. Tangannya memegang dada yang berdegup kencang, sementara matanya menjelajah menatap sekitar. Meja belajarnya, meja tempat riasnya, gorden bergambar bunga tulipnya, dan ... Ghea menghela napas lega, dia masih berada di kamarnya.

Tuhan ... Mimpi seram macam apa barusan. Terasa seperti nyata. Bahkan Ghea harus berdeham beberapa kali untuk memastikan bahwa lehernya tidak apa-apa.

"Sebelum tidur kayaknya gue baca doa deh," Ghea bergumam sendiri ia mengurut dahinya. Bangun secara tiba-tiba tadi membuat kepalanya terasa pening. Bahkan otot-ototnya terasa pegal.

Ghea menarik napas kemudian menghembuskan secara perlahan, beberapa kali hingga ia rasa tubuhnya benar-benar tenang, dan paru-parunya kembali bekerja dengan normal.

"Udah ah itu cuma mimpi, mimpi bunga tidur Ghe. Sekarang lo harus tidur, besok ada kelas pagi," putusnya sebelum kembali berbaring dan menarik selimut hingga leher. Meskipun berkeringat, Ghea tidak merasa gerah sama sekali.

oOo

"Andra mana, Ya?" Ghea yang baru saja sampai melempar pertanyaan pada Leya. Gadis yang merupakan sahabatnya itu tengah asik menikmati bakso yang mengepulkan uap panasnya. Bulir-bulir keringat pun tampak di dahinya. Selain panas, kuah bakso itu sudah dipastikan sangat pedas, favorit Leya.

Leya tak sendiri, ada Anggun dan Risky yang turut duduk di bangku kantin itu. Seperti namanya, Anggun terlihat lebih tertib dari Leya dalam memakan kuliner berbahan daging giling itu. Sementara Risky, dia terlihat lebih asyik pada bukunya daripada memesan sesuatu.

"Masih di kelas." Anggun yang menjawab, memahami bahwa orang di sampingnya akan kesulitan bebicara dengan bibir merah yang nyaris bengkak itu.

Bisa dibilang Ghea, Leya, Anggun, Risky, dan Andra adalah sebuah geng persahabatan. Mereka saling kenal sejak SMA, meskipun di dunia kuliah ini mereka memilih jurusan yang berbeda, itu tak membuat tali persahabatan mereka terputus atau merenggang. Mereka bahkan punya agenda khusus, salah satunya adalah setiap malam minggu mereka akan berkumpul di kost-an Anggun. Dari membuat party kecil hingga nonton bersama film horor koleksi Risky. Selain tak ada satu pun dari mereka yang punya pasangan buat diajak malmingan, mereka sepakat kalau ritual mereka itu untuk merefresh otak dari tugas kuliah yang bejibun.

"Novel horor, Ky?" tanya Ghea setelah menilik-nilik sampul buku yang dipegang Risky. Hanya basa-basi, semuanya tahu kalau pria tinggi dengan wajah blasteran itu sangat tertarik dengan hal yang berbau horor. Entah itu yang berbentuk novel atau film. Katanya hal itu bisa mencipta semangat baru dan membuatnya senang. Aneh? Iya, bahkan sering Ghea dan teman lainnya protes atas pendapat Risky, yang bikin merinding sampe takut pergi ke wc kok dibilang bikin seneng?

"Dari tadi itu Ghe, nggak lepas-lepas. Apalagi horor Indonesia sekarang lagi tinggi-tingginya. Beuh ... yang lain semakin keliatan gaib di mata dia," curhat Anggun dengan setengah mencibir. Ghea tertawa mendengar pengaduan penuh nada kesal itu. Memang benar kalau Risky sudah bertemu dengan novel horor, semua fokus pria itu tertuju ke sana. Dia cuek dengan keadaan sekitar, seperti kata Anggun tadi, yang lain dianggapnya gaib. Yang jelas itu membuat kesal, Anggun saja yang notabenenya sudah kenal lama kadang ingin menjambak rambut pria itu kalau sudah pada 'mode'nya.

"Kamu nggak usah cemburu sama buku-buku ini, seberapa pun aku suka, tetep kamu yang paling utama di hati aku." Yang sedang menjadi objek pembicaraan pun bersuara. Bukunya sudah ditutup rapi dan diletakan di atas meja. Sementara matanya berkedip-kedip menatap Anggun yang sudah melotot, siap melahapnya hidup-hidup.

"Calon istri kok galak-galak gitu sih." Goda Risky seraya mencolek pipi kiri Anggun.

Anggun mengacungkan garpu, "Sekali lagi lo ngomong, gue colok tu mata!" ucapnya pedas.

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang