28 - Mimpi

139 20 5
                                    

"Sudah ingat?"

Ghea menggeleng-geleng dengan air mata yang tak bisa ditahan itu. Tidak mungkin, ia tidak mungkin membully Larati.
Tidak mungkin ia yang menjadi alasan Larati tidak punya teman. Itu tidak mungkin!

"Jadi, sekarang kita bisa berteman?"

Ghea lagi-lagi menggeleng. Ia belum bisa menerima ini.

"Atau kamu ingin membunuh 2 temanmu dulu?"

Mata Ghea membulat. Benar, Ghea belum melihat Andra dan Leya, di mana mereka?

"Jangan sakiti mereka!" teriaknya kontan.

"Kalau mereka hidup, kamu nggak akan mau berteman denganku."

Ghea mendecih, Ghea tak akan pernah sudi berteman dengan Larati. Dia adalah pembunuh sahabat-sahabatnya!

"Lo hantu Larati! Kita beda alam!"

Larati terkikik senang, membuat bulu kuduk Ghea kembali meremang. "Kamu egois. Padahal siapa yang membuat aku seperti ini?"

Ghea menunduk. Larati benar, semua ini salahnya. Sahabat-sahabatnya mati juga imbas dari perlakuannya dahulu. Jadi, apa Andra dan Leya akan selamat kalau Ghea berteman dengan Larati?

"Ghea!! Jangan mau Ghe!!"

Terdengar suara gaduh dari sebelah kiri kelas, tepatnya pada jendela kaca yang berdampingan dengan pintu. Di sana ada Leya yang menggetuk-ngetuk kaca guna memperingatkannya.

"Loh Ya? Kok bisa di sini?"

Larati terkikik, seperti mendapatkan hal yang begitu menyenangkan. Ghea paham, keinginan Larati sekarang adalah kematian Leya dan Andra, Tidak! Itu artinya Leya harus pergi dari sini!

"YA PERGI DARI SINI!" Ghea panik.

Larati lagi-lagi terkikik, "Cemaskan diri kamu."

Sementara itu dari arah pintu sendiri mulai terdengar suara seperti orang yang berusaha mendobrak.

"Ayo Dra cepetan!"

Andra juga ada di sini? Ghea menggeleng, "GUE BILANG PERGI YA! PERGI DARI SINI!"
Ghea tahu mereka ingin menolongnya, tapi dengan berada di sini sama saja itu dengan mengantarkan nyawa pada Larati.

"Larati gue mohon maafin gue, jangan bunuh temen-temen gue lagi, gue tau gue salah."
Memohon pada hantu, otak Ghea benar-benar sudah buntu. Yang di kepalannya hanya bagaimana agar Andra dan Leya selamat.

"Tapi kamu melupakannya."

BRUK!

Ghea berlutut di hadapan Larati, ia tak mengerti apa yang barusan Larati katakan. Yang ia ingin sekarang Larati membiarkan Leya dan Andra. Meskipun Ghea sempat sakit hati pada sahabatnya yang menyudutkan dan tak adil padanya, namun semua berawal dari kesalahannya dan ia harus mempertanggung jawabkan itu.
"Gue mau jadi temen lo, lepasin mereka. Lo boleh siksa gue seperti apa yang dulu gue lakuin, lo bahkan boleh bunuh gue." Ghea memohon dengan bahu terguncang dan isakan yang keras. Ia tak bisa melihat kematian lagi, semuanya sudah cukup.

"Buka matamu, dan ingatlah."

BRAK!

Pintu itu terbuka, cahaya di ruangan ini sedikit bertambah. Andra dan Leya berdiri di sana membentuk siluet.

"Kamu terlalu baik."

Mereka mulai berjalan ke arah Ghea.

"Padahal mereka sudah mati."

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang