Extra 1

142 23 0
                                    

Senyuman tak berhenti mengembang di bibir Ghea. Tubuhnya yang berbalut kebaya lengkap dengan riasannya itu terlihat sempurna untuk ikut menggambarkan rasa bahagianya. Acara penyematan yang menjadi bukti bahwa mereka resmi menjadi alumni dari SMA ini baru saja selesai digelar.Tentu itu bukan penutupan dari acara, namun Ghea dan Ibunya memilih untuk menjauh sebentar dari tempat itu.

"Cie anak ibu yang udah mau jadi anak kuliahan."

"Ah Ibu...." Ghea berujar malu kemudian memeluk ibunya. Bisa dibilang ia sedikit manja pada satu-satunya keluarga yang ia miliki itu. Setelah kepergian Kakaknya, juga Ayahnya 1 tahun lalu, Ghea semakin menyayangi sosok wonder woman dalam hidupnya itu.

"Eh Bu, bentar." Ghea melepas pelukannya. Matanya kini terfokus pada seorang gadis yang tengah berjalan beriringan bersama seseorang yang sepertinya ibunya.

"Itu temen aku itu Bu." Ghea menunjukkan jarinya semangat pada arah yang yang dipandanginya itu.

"Oh, yaudah. Cepet temuin sana," ucap Ibu Ghea seraya menyerahkan sebuah kotak kado yang dikeluarkan dari tasnya. Ghea tadi menitipkannya karena ia tak membawa tas yang berukuran besar. Ghea sudah bercerita banyak sehingga ibunya langsung paham ketika ia menunjuk gadis yang sebaya dengannya itu.

"Ghea pergi dulu ya, ibu jangan kemana-mana," pesannya sebelum berjalan setengah berlari mengejar gadis itu. Ghea sedikit kesusahan karena pakaian yang ia gunakan, juga ada banyaknya orang yang berlalu-lalang.

Puk!

Orang yang Ghea tepuk pundaknya itu menoleh. Dahinya mengernyit menyimbolkan 'Ada apa?'
Ghea sedikit menggigit bibirnya ragu, namun ia teringat pesan Ibunya, 'Nggak papa terlambat, daripada nggak sama sekali.'

"Boleh bicara sebentar nggak?" Akhirnya ungkapan itu keluar juga. Oh iya, Ghea baru sadar kalau ibu-ibu yang tadi bersama gadis itu sudah tak ada.

"Boleh."

Ghea melihat keadaan sekitar, "Tapi nggak di sini."

Gadis itu mengangguk paham dan mengikuti Ghea yang kini membawanya pada bangku taman yang tidak terlalu ramai.
Ghea yang duduk lebih dulu, dan dia tahu bahwa gadis itu ragu ketika ikut duduk di sampingnya.

Tak berlama-lama Ghea menyodorkan kotak kado yang tentu membuat gadis itu mengernyit untuk kedua kalinya.

"Sorry...." ucap Ghea.

"Sorry? Sorry buat apa?" Gadis itu justru kebingungan.

"Buat segalanya. Buat ucapan-ucapan gue yang nyakitin lo, buat tindakan-tindakan gue yang nggak pantes buat lo, dan sorry buat gue yang baru minta maafnya sekarang." Ghea mengucapkan kata-kata yang sudah lama ia susun itu dengan lancar.

Gadis itu menatap Ghea, ada raut tak meyangka di sana. Ya tentu ini akan membuanya kaget. Kesalahan yang Ghea lakukan itu sekitar 5 tahun lalu, dan Ghea baru minta maafnya sekarang.

"Gue dimaafin kan? Terima kadonya dong." Ghea percaya gadis yang ada di depannya itu adalah gadis yang berhati baik.
Meskipun ragu, ia menerimannya. Tentu itu membuat Ghea menyunggingkan senyuman.

"Aku nggak pernah anggap kamu salah kok. Aku justru yang harusnya minta maaf. Aku nggak tau rasanya di posisi kamu tapi udah sok nasehatin ini itu." Gadis itu berucap. Meskipun nada suaranya tidak terlalu keras, Ghea dapat mendengarkan semuanya.

"Jadi kita bisa temenan?"

Sepertinya apa yang keluar dari mulut Ghea hari ini semuanya adalah sesuatu yang membuat gadis itu kaget, terutama yang barusan itu.

"Yah, kalo lo mau sih," Ghea membuntuti kalimatnya barusan, takut gadis itu merasa terpaksa.

"Tapi gue denger katanya lo mau kuliah ke Jogja ya?"

Gadis itu mengangguk setengah bingung karena Ghea bisa mengetahui hal itu.

"Lumayan jauh. Tapi nggak papa gini aja, 2 tahun lagi kita ketemu, dan lo harus janji saat itu lo harus jadi temen gue. Gimana?"

Gadis berwatak pendiam itu menatap Ghea. Ghea sempat pesimis, namun akhirnya ia ikut tersenyum ketika gadis itu menarik senyuman. Pertanda bahwa gadis itu menyetujui maksud baik yang Ghea tawarkan.
Sekarang Ghea merasa lega, benar-benar lega.

"Sampai ketemu nanti calon teman, awas kalo lo sampai lupa. Gue tunggu loh, Larati." ucap Ghea yang sekarang berdiri kemudian melambai sebagai tanda ia berpamitan pergi.

Sementara gadis itu masih setia menampilkan senyuman yang entah sudah berapa lama tak menghiasi wajahnya itu.

"Oh iya," tubuh Ghea berbalik menatap gadis itu lagi, seolah ada hal yang baru saja ia ingat.

"Thanks udah fotoin kita di depan perpus itu, lain kali lo harus ada di dalamnya ya."

08112018

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang