3 - Indri

337 50 13
                                    

"Saya pesan nasi goreng sama jus jeruk."

Pelayan itu mencatat baik yang barusan Ghea ucapkan sejurus kemudian bergilir menatap Anggun.

"Samain aja."

Pelayan itu mengangguk kemudian mengulangi pesanan mereka sebelum akhirnya undur diri dari meja itu.

"Akhir-akhir ini gue stress tau nggak."

Setelah sama-sama diam dalam beberapa detik. Ghea pun memulai obrolan dengan konten hal-hal tak mengenakan yang ia alami akhir-akhir ini.

"Kenapa?" Anggun mendongak. Karena merasa tertarik dengan obrolan Ghea, Anggun pun menyimpan rapi ponselnya ke dalam tas.

"Gue mimpi setan mulu," jawab Ghea dengan helaan napas lelah. Tubuhnya terlihat tak bertenaga dan melorot beberapa centi pada kursi yang didudukinya.

"Hahaha...."

Ghea berdecak, respons yang tak terpikirkan sebelumnya justru ia dapati dari Anggun. Mata Ghea yang sudah mirip-mirip Panda, apa menurutnya ini lucu? Ya minimal Anggun merasa iba bukannya tertawa.

"Haha... Sorry sorry." Anggun berusaha menghentikan tawanya ketika matanya melihat sorot datar dari sahabatnya itu.

"Abisnya lucu sih, seorang Ghea Parwita bisa stress karna mimpi setan," tuturnya dengan senyum dikulum.

"Mimpinya beda, Nggun." Nada suara Ghea melemah. Menarik simpati Anggun untuk mulai serius dengan obrolan mereka.

"Tiap malem gue mimpiin makhluk-makhluk gaib itu. Berasa dishock theraphy setiap malem kebangun dengan dada degdegan. Abis itu susah tidur lagi, badan berasa pegel semua." Ghea mencurahkan isi hatinya.

"Oh jadi karena itu lo tadi bangun siang?"

Ghea mengangguk lemah, "kalo habis nonton film Risky juga nggak pernah kebawa-kebawa mimpi, ini malah ngerasa diteror. Padahal sebelum tidur gue selalu baca doa dulu."

"Cup cup cup, kasian anak gue. Kalo ceritanya gini, kenapa lo kasih gue?"

Ghea mengernyit, "Kasih?"

"Iya, kenapa lo tadi ngasih Dream Catchernya sama gue? Yang mimpi buruk kan elo," jawabnya enteng penuh kepolosan.

Ghea memutar bola mata kesal, "lo percaya sama hal kayak gitu? Ck! Gue cerita sama lo buat denger solusi tentang cara meningkatkan kualitas tidur loh, bukan tentang mitos-mitos yang udah jelas jauh dari logis."

"Haha... Lo tetep Ghea yang gue kenal."

"Emangnya lo berharap gue berubah jadi Ghea yang 'nggak lo kenal' seperti apa?" Ghea bertanya sinis.

Untuk kesekian kalinya Anggun kembali tertawa. Ghea sudah memperkirakan ini terjadi, tapi entah kepalanya terbentur apa sampai tetap saja bercerita tentang hal ini pada Anggun. Katakanlah sekarang Ghea menyesal memilih Anggun untuk jadi teman curhat.

"Oke, sekarang serius. Emang mimpi lo tentang apa aja?" Anggun menyatukan telapak tangannya kemudian menatap Ghea dengan seksama.

"Ya gitu, kayak di ruangan aneh yang nyeremin, dicekik makhluk tak terlihat, terus yang semalem gue mimpi setannya nyerupain Bu Rita, mukanya ancur banget. Lo inget nggak foto waktu kita kelulusan yang di depan perpus, nah di mimpi itu ada itu foto."

"Tunggu tunggu." Anggun menghentikan Ghea yang hendak menyambung ceritanya. "Kayaknya gue tau kelanjutan dari omongan lo."

Ekspresi Ghea berubah serius, ia tertarik pada ucapan Anggun. Apa Anggun juga mengalami mimpi-mimpi buruk itu sepertinya.

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang