17 - Anggun

168 21 5
                                    

"ANGGUUUN!!!"

Leya segera memegang bahu Ghea ketika gadis itu tiba-tiba bergerak brutal. Leya tak mengerti apa yang terjadi pada Ghea, dia seperti orang yang kesurupan. Padahal semua tahu tubuh Ghea pasti masih lemas.

"Ghe tenang, lo jangan kayak gini." Melihat Ghea yang seperti ini membuat Leya khawatir, sangat khawatir.

"Anggun Ya!" ucap Ghea dengan tangan menepis-nepis mencoba melepaskan Leya dan Andra yang sekarang memeganginya. Ia tak sedikit pun menoleh pada lawan bicara, matanya menatap lurus ke depan, tepatnya ke arah penginapan.

"Anggun kenapa? Dia baik-baik aja. Lo tenang dong Ghe," ucap Leya dengan usapan lembut di bahu gadis itu mencoba untuk menenangkan.

"Iya Ghe, lo tenang dulu." Andra ikut menimpali.

"Anggun Ya! Anggun!!!" Ghea berteriak, histeris pada sesuatu yang tidak dipahami orang-orang di sana.

Leya sedikit meringis ketika tangannya tak sengaja tercakar kuku Ghea.

"Iya Anggun, tenang dulu dong Ghe." Leya sedikit kesal, meskipun tak ia tunjukkan. Penuturannya tetap lembut. Namun sayangnya Ghea tak memedulikan, ia justru terus mencoba lepas dan berlari dari sana.

"Anggun Ya! Anggu--"

"GHEA!"

Ghea terdiam seketika. Sementara bahu Leya terlihat naik turun. Sudah cukup tingkah aneh Ghea. Apa yang ada di otak sahabatnya itu? Apa dia tidak berpikir kalau tingkahnya membuat orang-orang di sekitarnya khawatir?

"Lo bisa nggak sih tenang sedikit? Tingkah lo bikin yang lain khawatir tau nggak!" Leya terisak. Ia tak berniat membentak atau memarahi Ghea, ia hanya ingin mengingatkan bahwa Ghea tak sendiri. Ghea bisa bercerita padanya dan mencari solusi bersama, bukan bertingkah yang jelas membuat Leya takut. Tentang teror, tentang ucapan Risky yang bersikeras kalau Ghea gangguan mental ketika ia menjelaskan hal di balik kasus Indri dan Theo, Leya tak bisa mengatakan kalau dia tidak memikirkan hal itu.

"Ya...." suara Ghea berubah lirih, ia terkejut dengan bentakan Leya, orang-orang yang ada di sana juga demikian. Leya tak pernah marah seperti itu padanya.

"Anggun...." lanjutnya dengan suara tercekat. Ada jutaan kata yang bisa Ghea ucapkan, namun hanya itu yang bisa keluar. Ghea menarik napas, dan tanpa kata ia pergi dari sana. Tangan-tangan yang memeganginya terjatuh begitu saja seolah kehilangan tenaga.

"Gue nggak bermaksud bentak lo Ghe."
Suara yang Ghea dengar sebelum mengubah langkahnya menjadi berlari. Dengan tangisan baru.

"Loh, kok lo basah Ghe? lo kenapa?" bingung Risky ketika pria itu keluar dari penginapan dan berpapasan dengan Ghea di teras. Risky berada di dapur untuk membantu Anggun memotong sayuran, karena itu ia tidak mengetahui tragedi Ghea di pantai.

"Anggun di mana?!"

Risky mengernyit, nada ucapan Ghea tinggi dengan mata yang menangis, ada apa ini?

"Di dapur, lagi masak."

Risky segera mencekal tangan Ghea ketika gadis itu hendak pergi setelah mendengarkan jawabannya.

"Lo belum jawab lo kenapa."

Ghea menepis tangan Risky. "Itu nggak penting!" tegasnya dan segera berlari.

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang