7 - Mulai Menyadari

199 37 3
                                    

Kematian Indri sama seperti yang ada dalam mimpi Ghea. Meskipun kronologi berbeda, tetap saja Indri meninggal karena tergantung pada tali. Ghea begitu sulit menerima pernyataan polisi yang menyebut Indri bunuh diri. Indri yang dikenalnya tidak selemah itu, seberat apa pun masalah yang dia punya akan selalu dihadapi. Bukan memilih jalan konyol dengan mengakhiri hidup. Ghea kenal betul Indri, dan Indrinya tidak mungkin seperti itu.

Apa ini ada sangkutannya dengan mistis? Teror dari buku itu membuat Ghea menarik kesimpulan pada hal yang tak logis. Nama-nama temannya yang tiba-tiba tertulis di sana, kemudian nama Indri yang berada di nomor pertama tercoret setelah dia meninggal, dengan kedatangan yang tiba-tiba pun sudah jelas buku itu bukan buku biasa, dan semua yang tertulis di sana pasti memiliki alasan atau tujuan tersendiri.

"Orang tua Indri masih di perjalanan. Mungkin nanti sore baru nyampe. Baru ada tantenya yang ke rumah sakit. Katanya pemakaman Indri bakal di Bandung."

Theo yang baru masuk ke ruangan pun bercerita. Setelah kejadian tadi pagi, Theo langsung dikabari dan dia pun langsung datang dari Jakarta. Mata Theo terlihat memerah, meskipun terhalang oleh kaca mataya.

Semuanya tentu kehilangan, meskipun para lelaki tidak menunjukkan kesedihannya seperti Ghea, Leya, dan Anggun. Mereka cenderung lebih terlihat tegar, tapi melihat Theo... Dalam hati Ghea tersenyum kecil. Lo nggak sepihak Dri. Lo pasti liat ini, Theo sayang sama lo.

"Dri... Kenapa lo bunuh diri sih Dri...." Theo mengurut tulang hidungnya. Suaranya terdengar lirih bersama dengan wajahnya yang menunduk.

"Indri nggak bunuh diri!" Ghea berseru tak setuju. Jujur ia merasa marah ketika semua orang mengatakan kalau Indri itu bunuh diri.

Sementara Leya juga Andra yang ada dalam ruangan rawat Ghea itu, menatap Ghea tanpa suara. Seolah memahami bahwa wajar Ghea bersikap begitu, Ghea adalah yang paling dekat dengan Indri, Ghea yang paling kehilangan. Tapi bukan itu, ini memang bukan soal bunuh diri!

"Semalem gue mimpi diteror hantu. Dan Indri mati digantung oleh hantu itu."
Ghea mulai bercerita, membuat ketiga orang itu menatapnya dengan raut tak terbaca.

"Dan paginya Indri ditemukan tergantung. Jadi Indri itu dibunuh bukan bunuh diri!"

Leya langsung mengusap punggung Ghea, menenangkannya yang berteriak dan mulai menangis lagi. Andra pun bangkit, ia menghampiri Ghea kemudian duduk di sampingnya. Ia tersenyum, mencoba memberikan pengertian pada Ghea yang terisak.

"Sama kayak mimpi lo ya Ghe? Mungkin itu cara Indri pamitan sama lo. Lo beruntung bisa ketemu Indri dulu." Andra berucap lembut, tapi bukan perkataan itu yang Ghea harapkan.

"Bukan gitu Dra! Ya, lo inget kan buku semalam yang ada di tas gue? Gue nggak pernah masukin buku itu dan gue nggak pernah nulis apa pun. Tapi lo liat di sana ada tulisan nama kan? Tadi pagi gu--"

"Ghe, lo istirahat dulu ya." Leya memotong ucapan Ghea.

"Kata dokter lo butuh istirahat yang cukup." lanjutnya seraya membantu Ghea berbaring. Ia tersenyum, kemudian menyelimuti Ghea.

Sementara Ghea memasang wajah sedih dan mengubah posisi tubuhnya menghadap tembok. Diam tanpa bersuara. Tidak ada yang mendengarkannya, tidak ada yang mengertinya, di saat seperti ini harusnya Indri ada di sampingnya. Dia pasti mengerti.

oOo

Andra, Leya, Anggun, dan Risky kini tengah duduk pada kursi di lorong rumah sakit. Lebih tepatnya di luar kamar rawat Ghea yang sekarang tengah tidur. Kata Dokter emosi Ghea memang terguncang karena kejadian ini juga daya tahan tubuhnya yang lemah karena kurang tidur. Mereka sahabat-sahabatnya yang merangkap jadi wali Ghea, sepakat Ghea harus mendapatkan perawatan dulu meskipun gadis itu keukeuh ingin pulang dengan ungkapan 'Gue baik-baik aja.'

Sementara sahabatnya yang satu lagi, Theo, pamit ke kantin untuk membeli kopi.

"Ky, menurut lo mungkin nggak sih, adegan-adegan yang ada di film horor itu terjadi di dunia nyata?" Leya yang sedari tadi diam memecah keheningan.

"Maksud lo?" Risky menaikkan sebelah alisnya bingung. Ia pikir topik yang seperti ini agak kurang tepat kalau dibahas sekarang.

"Itu yang kayak diteror terus dibunuh sama makhluk astral gitu." Leya mengerucutkan maksudnya.

"Kurang tau sih. Tapi kalo soal yang kayak di daerah-daerah angker terus ngelanggar larangan di sana, emang bener, mereka pada meninggal. Dan ada banyak tempat di Indonesia yang masih kayak gitu." jelas Risky.

"Emang kenapa sih? Kok lo nanya kayak gitu?"

Leya menatap ujung sepatunya ragu, ia menggigit bibir bawahnya bingung. "Kalian inget nggak sih sama buku Ghea yang gue buka semalem?" Leya menatap wajah ketiga sahabatnya bergantian, dan mereka mengangguk, mengiyakan ucapan Leya.

"Ghea bilang itu bukan buku dia, dan dia nggak nulis di sana. Gue sih setuju, karena itu juga bukan tulisan Ghea."

"Tunggu Ya, lo juga mau bilang kalo Indri dibunuh?" Andra menyela ucapan Leya.

"Gue belum yakin kesana sih. Tapi... Kalian liat nggak sih ekpresi Ghea waktu gue tunjukkin buku itu?"

Ketiga temannya hanya diam.

Leya berdecak. "Gini nih, kalian kurang peka sama Ghea, kurang respect sama dia. Padahal yang paling bisa diandalkan ketika kita butuh itu dia." Leya sedikit marah dengan ucapannya. Melihat bagaimana mereka terlalu cuek untuk memperhatikan Ghea, padahal gadis itulah yang selalu bisa memahami mereka.

"Gue nggak sengaja denger waktu Ghea sama Indri ngobrol di teras semalem. Buku itu bukan milik Ghea, dan buku itu bukan buku biasa, buku itu kayak neror Ghea."
Awalnya Leya tak terlalu memperdulikannya, tapi ketika tadi Ghea menjelaskan ada keterkaitan dengan mimpi juga, diam-diam Leya menyusun puzzle sendiri. Meskipun menjuris pada hal yang tidak logis.

"Ghea pernah bilang sama gue, kalo dia diteror mimpi-mimpi serem." Anggun bersuara. Meskipun tadi pagi Anggun yang paling kacau, perlahan ia mulai menenangkan diri sendiri. Kalau ia lebih kuat, setidaknya itu tidak akan semakin memperburuk Ghea yang tengah terpukul.

"Nah kan!" Leya menyahut. Kini terlihat bahwa sahabatnya itu memang diteror.

"Lagian emang mungkin Indri bunuh diri? Maksudnya, kita semua tahu watak dia kayak gimana. Kalo misalnya dia emang niat kayak gitu, nggak mungkin lah di depan kita juga, dia tahu kita semua bakal sedih. Terus semalem juga dia enjoy-enjoy aja, malah nyemangatin Ghea."
Setelah beberapa kali mendengar Ghea menentang bahwa Indri itu bunuh diri, Leya setuju bahwa Ghea itu tidak asal bunyi, ini masuk akal. Di samping penyebab Indri dibunuh seperti yang Ghea ucapkan. Setidaknya ia menemukan titik, Indri memang tidak bunuh diri.

"Gue nggak berani ambil kesimpulan, tapi apa kalian nggak ngerasa ada yang janggal?"    

23042018

Lullaby [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang