"BURUAN DOBRAK KY!" Leya berseru panik. Setelah terdengar suara pecahan dan benda-benda jatuh, mereka yang baru selesai bersalaman dengan Kevin langsung berlari ke arah suara, arah dapur.
Semuanya panik mendengar Ghea yang berteriak-teriak, apalagi ketika mereka mendapati pintunya terkunci."AYO DRA BURUAN! GUE TAKUT GHEA KENAPA-NAPA!"
Leya mengingat ucapan Risky yang belum terselang waktu 10 menit itu, ia semakin ketakutan.BRAK!
Pintu yang berusaha didobrak oleh 2 orang itu akhirnya terbuka. Mata Leya langsung mendapati Ghea yang bergerak merangkak di lantai dengan darah yang tercecer di sekitar tangannya.
Gadis itu berusaha mengambil pisau tanpa peduli tangannya yang semakin terluka. Leya kontan melotot ketika Ghea mengarahkan pisau itu pada perutnya."GHEA!!!"
Andra, Risky, dan Kevin bergerak cepat. Masing-masing dari mereka membawa tubuh Ghea keluar dari sana juga melepaskan pisau dari cengkeramannya yang begitu kuat.
"LEPASIN GUE!!"
Pisaunya berhasil Kevin lepaskan dan ia lempar asal, tetapi tubuh Ghea terus bergerak brutal hingga kakinya yang bertelanjang pun tak luput terkena pecahan-pecahan kaca itu. Andra dan Risky semakin kesusahan membawanya.
"Leya bawain tas saya!" Kevin sedikit berteriak pada Leya yang masih berdiri d iambang pintu. Gadis itu terlalu shock dan ketakutan.
"Leya cepat bawa tas saya." Kevin harus berucap kedua kalinya untuk membuat gadis itu tersadar dan segera berlari ke ruang tengah guna menuruti perintahnya.
"LEPASIN GUE! KALIAN BAKAL MATI KALAU GUE NGGAK MATI!" wajah Ghea sudah basah dengan air mata. Darah dari tangannya sudah mengotori pakaian yang Andra dan Risky kenakan.
"Lo salah Ghe, justru kalo lo mati yang selamatin gue sama yang lainnya siapa?" Andra mencoba memberikan pengertian untuk membuat Ghea tenang.
"GUE HARUS MATI! KALIAN MATI KARENA GUE!" Bukan Ghea yang harus mengerti, tapi mereka yang harus mau mengerti seperti apa situasi ini.
"Kenapa lo terus berpikir di sana? Kenapa lo nggak berusaha patahin teror ini untuk selamatin kita yang tersisa? Coba pikir itu Ghe, lo mau kan kita semua selamat?" Kali ini Risky ikut berbicara. Tepat masuk ke pendengaran Ghea. Perlahan pergerakan gadis itu melemah. Teriakannya berubah menjadi isakkan. Perkataan Risky membuatnya sadar. Apa yang barusan dia lakukan? Benar, tak sepantasnya Ghea seperti ini. Seharusnya Ghea berusaha untuk menyelamatkan teman-temannya, bukan egois dengan mengakhiri hidup agar berhenti merasa bersalah.
Benar, tak sepantasnya Ghea bersikap seperti itu. Apalagi sekarang semuanya perlahan mulai terbuka. Mengingat ucapan dukun waktu itu, Ghea hanya perlu mencari tahu apa masa lalunya yang berkaitan dengan Larati."Pegang tangannya Ky." Ucapan seorang pria itu membuat Ghea yang menunduk mengangkat kepalannya kembali. Dia baru sadar ada orang lain selain sahabatnya di sini. Bukankah itu Kevin? Sepupu Risky yang seorang psikiater? Kenapa di sin--
Tunggu... Apa maksud dia memegang suntikan?Ghea menoleh pada Risky, sekarang ia paham. Jadi dirinya dijebak? Ucapan Risky barusan hanya bualan, ini agar Ghea lebih tenang dan Kevin mudah menyuntikkan penenang itu.
"GUE NGGAK GILA KY!" Ghea berteriak marah, lebih tepatnya kecewa. Risky tetaplah Risky. Harusnya Ghea tak mudah percaya bahwa pria itu berdiri di tempat yang sama dengannya.
Ghea berusaha melepaskan diri, dan dia baru sadar Andra sudah memeluknya dari belakang sehingga ia tak bisa berontak. Bagus Tuan-Tuan! Entah apa yang kalian pikirkan, tapi Ghea sudah sangat ketakutan. Betapa mengerikannya konsekuensi jika ia kehilangan kesadaran."YA JAUHIN ITU DARI GUE, LO TAU KAN APA YANG BAKAL TERJADI?!" Sudah jelas Ghea tak bisa lepas. Beruntung ada Leya di sana, dia bisa minta tolong padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby [Tamat]
Horror'Tutup matamu...' Akhir-akhir ini Ghea mendapat mimpi buruk. Didatangi makhluk-makhluk seram yang membuatnya terbangun dengan jantung berdetak kencang. Ketidak beruntungan itu berlanjut ketika ia menemukan buku yang tidak sengaja jatuh. Nama-nama t...